Wednesday, November 6, 2013

Problematika Dakwah Dewasa Ini dan Studi Tokoh (Da'i)


Problematika dakwah yang kita hadapi sekarang adalah tantangan dakwah yang semakin hebat, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam mendapatkan hiburan (entertain­ment), kepariwisataan dan seni dalam arti luas, yang semakin membuka peluang munculnya kerawanan-kerawanan moral dan etika.
Kerawanan moral dan etik itu muncul semakin transparan dalam bentuk kemaksiatan karena disokong oleh kemajuan alat-alat teknologi informasi mutakhir seperti siaran televisi, keping-keping VCD, jaringan Internet, dan sebagainya.
Kemaksiatan itu senantiasa mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas, seperti maraknya perjudian, minum minuman keras, dan tindakan kriminal, serta menjamurnya tempat-tempat hiburan, siang atau malam, yang semua itu diawali dengan penjualan dan pendangkalan budaya moral dan rasa malu.
Tidak asing lagi, akhirnya di negeri yang berbudaya, beradat dan beragama ini, kemaksiatan yang berhubungan dengan apa yang dinamakan sex industry juga mengalami kemajuan, terutama setelah terbukanya turisme internasional di berbagai kawasan, hingga menjamah wilayah yang semakin luas dan menjarah semakin banyak generasi muda dan remaja yang kehilangan jati diri dan miskin iman dan ilmu. Hal yang terakhir ini semakin buruk dan mencemaskan perkembangannya karena hampir-hampir tidak ada lagi batas antara kota dan desa, semuanya telah terkontaminasi dalam eforia kebebasan yang tak kenal batas.
Ledakan-ledakan informasi dan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang itu tidak boleh kita biarkan lewat begitu saja. Kita harus berusaha mencegah dan mengantisipasi dengan memperkuat benteng pertahanan aqidah yang berpadukan ilmu dan teknologi. Tidak sedikit korban yang berjatuhan yang membuat kemuliaan Islam semakin terancam dan masa depan generasi muda semakin suram.
Apabila kita tetap lengah dan terbuai oleh kemewahan hidup dengan berbagai fasilitasnya, ketika itu pula secara perlahan kita meninggalkan petunjuk-petunjuk Allah yang sangat diperlukan bagi hati nurani setiap kita. Di samping itu kelemahan dan ketertinggalan umat Islam dalam meng-akses informasi dari waktu ke waktu, pada gilirannya juga akan membuat langkah-langkah dakwah kita semakin tumpul tak berdaya.
Yang menjadi pemisah antara dakwah Islamiyah dengan jalan lain adalah petunjuk Allah yang disampaikan melalui wahyu dan jalan (contoh) yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW. Musuh kita yang sebenarnya adalah syaithan dan konco-konconya yang menjelma melalui al-hawa' (hawa nafsu) yang ada di dalam diri kita serta yang lebih nyata lagi adalah dalam bentuk jahiliyah yang zahir. Jahiliyah yang sekecil-kecilnya dari dosa-dosa yang berupa keingkaran hingga kepada al-kabair (dosa-dosa besar), bid'ah-bid'ah yang menyesatkan, nifaq (kemunafikan), serta kekufuran kepada Allah. Jahiliyah inilah yang seterusnya lahir dan menjelma di dalam bentuk keingkaran kepada Allah baik di dalam bentuk undang-undang, negara, masyarakat, dan segala bentuk sistem yang bukan berasaskan Islam.
Jadi intinya problematika dakwah yaitu diantaranya:
1.        Problematika internal maupun eksternal
2.        Kerawanan moral dan etika
3.        Kemaksiatan yang mengalamai peningkatan kualitas dan kuantitas
4.        Meledaknya informasi dan kemajuan teknologi
5.        Banyak yang terbuai oleh kemewahan hidup
6.        Kelemahan (sumber daya manusia) dalam berbagai bidang ilmu
Bertolak dari faktor-faktor tersebut, agar problematika dakwah tidak semakin kusut dan berlarut-larut, perlu segera dicarikan jalan keluar dari kemelut problematika yang dihadapi itu. Dalam konsep pemikiran yang praktis, Prof. Dr. H. M. Amien Rais,MA. dalam bukunya Moralitas Politik Muhammadiyah, menawarkan lima ‘Pekerjaan Rumah’ yang perlu diselesaikan, agar dakwah Islam di era informasi sekarang tetap relevan, efektif, dan produktif.
1.    Perlu ada pengkaderan yang serius untuk memproduksi juru-juru dakwah dengan pembagian kerja yang rapi. Ilmu tabligh belaka tidak cukup untuk mendukung proses dakwah, melainkan diperlukan pula berbagai penguasaan dalam ilmu-ilmu teknologi informasi yang paling mutakhir.
2.    Setiap organisasi Islam yang berminat dalam tugas-tugas dakwah perlu membangun laboratorium dakwah. Dari hasil “Labda” ini akan dapat diketahui masalah-masalah riil di lapangan, agar jelas apa yang akan dilakukan.
3.    Proses dakwah tidak boleh lagi terbatas pada dakwah bil-lisan, tapi harus diperluas dengan dakwah bil-hal, bil-kitaabah (lewat tulisan), bil-hikmah (dalam arti politik), bil-iqtishadiyah (ekonomi), dan sebagainya. Yang jelas, actions,speak louder than word.
4.    Media massa cetak dan terutama media elektronik harus dipikirkan sekarang juga. Media elektronik yang dapat menjadi wahana atau sarana dakwah perlu dimiliki oleh umat Islam. Bila udara Indonesia di masa depan dipenuhi oleh pesan-pesan agama lain dan sepi dari pesan-pesan Islami, maka sudah tentu keadaan seperti ini tidak menguntungkan bagi peningkatan dakwah Islam di tanah air.
5.    Merebut remaja Indonesia adalah tugas dakwah Islam jangka panjang. Anak-anak dan para remaja kita adalah aset yang tak ternilai. Mereka wajib kita selamatkan dari pengikisan aqidah yang terjadi akibat ‘invasi’ nilai-nilai non islami ke dalam jantung berbagai komunitas Islam di Indonesia. Bila anak-anak dan remaja kita memiliki benteng tangguh (al-hususn al-hamidiyyah) dalam era globalisasi dan informasi sekarang ini, insya Allah masa depan dakwah kita akan tetap ceria.
Menyimak uraian-uraian di atas, dapat diprediksi bahwa misi dan tantangan dakwah tidaklah pernah akan semakin ringan, melainkan akan semakin berat dan hebat bahkan semakin kompleks dan melelehkan. Inilah problematika dakwah kita masa kini. Oleh sebab itu semuanya harus dimenej kembali dengan manajemen dakwah yang profesional dan dihendel oleh tenaga-tenaga berdedikasi tinggi, mau berkorban dan ikhlas beramal.
Mengingat potensi umat Islam yang potensial masih sangat terbatas, sementara kita harus mengakomodir segenap problematika dan tantangan yang muncul, maka ada baiknya kita coba memilih dan memilah mana yang tepat untuk diberikan skala prioritas dalam penanganannya, sehingga dana, tenaga, dan fikiran dapat lebih terarah, efektif, dan produktif dalam penggunaanya. Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan dan petunjuk agar kita tidak salah pilih dan tidak terlambat, insya Allah…Amiiin…
1. Problematika Dakwah Perspektif Materi
Ada beberapa problematika dakwah perspektif materi yaitu diantaranya:
1.    Disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat
2.    Disesuaikan dengan kadar intelektual masyarakat
3.    Mencakup ajaran Islam secara kaffah dan universal yakni aspek ajaran tentang hidup dan kehidupan
4.    Merespon dan menyentuh tantangan dan kebutuhan asasi dan kebutuhan sekunder
5.    Disesuaikan dengan program umum syariat Islam
6.    Adanya sumber kekuatan. Dimanakah sumber kekuatan dakwah? Sebenarnya, kekuatan bermula dari kekuatan Iman, kemudian diikuti oleh kekuatan Ukhuwah Islamiyah, kemudian barulah diikuti dengan kekuatan material dan organisasi.
7.    Wasilah-wasilah (jalan-jalan kerja) dakwah "Wasilah di dalam pembinaan dan pengukuhan setiap dakwah dapat dikenali oleh siapa saja yang mengkaji sejarah jamaah. Intisari dari wasilah ini dapat disimpulkan sebagai berikut: Iman dan Amal, Kasih sayang, dan Persaudaraan"
8.    Berangsur-angsur (tadarruj) di dalam langkah kerja Maksud tadarruj adalah kitatidak tergesa-gesa dalam bekerja mencapai tujuan. Segala amal harus disusun dan direncanakan mengikuti tingakatan-tingkatan atau tahap-tahap yang ditentukan. Misalnya, upaya pembentukan harus didahulukan daripada upaya-upaya lain di dalam medan yang lebih berat dan menantang. "Perlu adanya kesungguhan dan amal, serta usaha pembinaan (takwin) setelah kita melaksanakan upaya penjelasan kepada masyarakat umum. Kemudian diikuti dengan upaya pengasasan setelah kita melasanakan usaha mendidik"
9.    Kesempurnaan di dalam pelaksanaan (Takamul fi tatbiq). Imam Al-Banna menyebutkan bahwa dakwah Islamiah bukanlah partai politik, namun penegakan hukum Allah adalah salah satu tugas kita. Dakwah bukan pula satu mazhab fiqih, kuliah syara, atau institusi fatwa, namun lebih mementingkan syari'ah. Demikian pula, dakwah bukan lembaga sosial, tetapi kita mementingkan problematika menjaga kebajikan masyarakat.
10.              Adanya evaluasi dalam berdakwah baik dalam penyampaian materi ataupun yang lainnya.
2. Problematika Dakwah Perspektif Metodologi
            Dalam penngertian yang sudah umum digunakan, metode difahami sebagai cara atau jalan (methodos). Kaitannya dengan kegiatan keilmuan adalah metode mengandung arti cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Berkaitan dengan itu, setiap cabang ilmu mengembangkan metodologinya (pengetahuan tentang berbagai cara) yang disesuaikan dengan objek studi ilmu-ilmu yang bersangkutan.
            Suatu metode dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaianya dengan karakteristik objek kajian. Objek penelitian dakwah, misalnya, merupakan usaha yang dilakukan oleh jamaah Muslim (lembaga-lembaga dakwah) dalam rangka mewujudkan Islam dalam kehidupan fardhiyah (individu), usrah (keluarga), jamaah (masyarakat), sampai terwujudnya khairu ummah.
Ada beberapa rancangan dakwah yang dapat dilakukan untuk menjawab problematika dewasa ini, yaitu:
1.    Memfokuskan aktivitas dakwah untuk mengentaskan kemiskinan umat.
2.    Menyiapkan elit strategis Muslim untuk disuplai ke berbagai jalur kepemimpinan bangsa sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing.
3.    Membuat peta sosial umat sebagai informasi awal bagi pengembangan dakwah
4.    Mengintregasikan wawasan etika, estetika, logika, dan budaya dalam berbagai perencanaan dakwah
5.    Mendirikan pusat-pusat studi dan informasi umat secara lebih propesional dan berorientasi pada kemajuan iptek
6.    Menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan: ekonomi, kesehatan dan kebudayaan umat Islam. Karenanya, sistem manajemen kemasjidan perlu ditingkatkan
7.    Menjadikan sebagai pelopor yang propertis, humanis, dan transpormatif. Karenanya perlu dirumuskan pendekatan-pendekatan dakwah yang progkresif dan inklusif. Dakwah Islam tidak boleh hanya dijadikan sebagai objek dan alat legitimasi bagi pembangunan yang semata-mata bersifat ekonomis-pragmatis berdasarkan kepentingan sesaat para penguasa.
            Sifat kajian seperti ini tentu menghendaki pilihan metodologis yang lebih komfrehensif dan partisipatif karena sifat objeknya menyentuh semua aspek kehidupan masyarakat. Suatu catatan penting dalam dakwah Rasulullah Saw yaitu fase Madinah dan Mekah ketika peristiwa hijrah. Karena dalam perspektif metodologi dakwah peristiwa ini dipandang sebagai langkah dakwah yang sangat revolusioner dan secara metodologis peristiwa hijrah setidaknya memberikan pesan dakwah yang sangat jelas.   
            Menurut Syariati (1995:15) hijrah adalah pemutusan keterikatan masyarakat terhadap tanah kelahirannya, yang dapat mengubah pandangan manusia terhadap alam dan mengubahnya menjadi pandangan yang luas dan menyeluruh, dan pada akhirnya hilangnya kejumudan, kemerosotan sosial, pemikiran dan perasaan sehingga masyarakat yang rigad dan jumud berubah menjadi masyarakat yang dinamis.

3. Problematika Dakwah Perspektif Profesionalisme
Dinamisasi kehidupan global yang semakin tinggi dan kompetitif telah mengiringumat manusia senantiasa memandang problematika hidup secara pragmatis, logis, serba instan,dan bahkan matematis. Keadaan demikian di samping membawa manfaat berupa kemajuanilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin memudahkan aktifitas manusia, juga telah membawa implikasi negatif berupa lemahnya semangat transendental dan memudarnyahubungan-hubungan sosial. Implikasi ini berlangsung demikian lama, sehingga dewasa initelah melahirkan berbagai kenyataan sosial yang cukup bertentangan dengan cita-cita ideal Islam.
Realitas sosial di atas ada yang tidak sesuai dengan cita ideal Islam, karenanya harus diubah melalui dakwah Islam. Mengingat kenyataan-kenyataan sosial tersebut banyakdijumpai dalam beberapa komunitas Islam dengan problematika yang berbeda-beda, makadiperlukan paradigma baru dalam melakukan dakwah Islam yang mempertimbangkan jenisdan kualitas problematika yang dihadapi oleh umat. Di sinilah institusi-institusi dakwahdituntut dapat melakukan usaha-usaha dakwah secara sistematis dan profesional melalui langkah-langkah yang srategis, sebagaimana yang diisyaratan dalam surat at-Taubah ayat 105:
È@è%ur (#qè=yJôã$# uŽz|¡sù ª!$# ö/ä3n=uHxå ¼ã&è!qßuur tbqãZÏB÷sßJø9$#ur ( šcrŠuŽäIyur 4n<Î) ÉOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»pk¤9$#ur /ä3ã¥Îm7t^ãsù $yJÎ/ ÷LäêZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÉÎÈ  
Artinya: bekerjalah kamu (secara profesional) maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang Mukmin akan melihat pekerjaanmu itu. (Q.S AT-Taubah:105).

Untuk mengatasi berbagai problematika umat yang begitu kompleks, institusi dakwah tidak cukup hanya dengan dengan melakukan program dakwah yang konvensional, sporadis, dan reaktif, tetapi harus bersifat profesional, strategis, dan pro-aktif.
Menghadapi sasaran dakwah (mad‟u) yang semakin kritis dan tantangan dunia global yang makin kompleks dewasa ini, maka diperlukan strategi dakwah yang mantap, sehingga aktivitas dakwah yang dilakukan dapat bersaing di tengah bursa informasi yang semakin kompetitif. Pembenaran strategis terhadap unsur tersebut dapat dilakukan melalui langkah- langkah sebagai berikut:
1.        Peningkatan sumber daya muballigh/Da’i (SDM) 
2.        Pemanfaatan Teknologi Modern sebagai Media Dakwah
3.        Pengembangan Metode Dakwah Fardhiyah.
4.        Penerapan Dakwah Kultural
5.        Monitoring dan Evaluasi Dakwah
6.        Membuat Pemetaan (Peta Dakwah)

II.                Studi Tokoh (KH. Abdullah Gymnastiar)

1.      Riwayat Hidup
220px-Aa_gym.jpg
Yan Gymnastiar (lahir di Bandung, Jawa Barat, 29 Januari 1962; umur 51 tahun) atau lebih dikenal sebagai Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym adalah seorang pendakwah, penyanyi, penulis buku dan penerbit, pengusaha dan pendiri Pondok Pesantren Darut Tauhid di Jalan Gegerkalong Girang, Bandung. Istrinya bernama Hj. Ninih Mutmainnah atau Teh Ninih dan Alfarini Eridani atau Teh Rini. Sedangkan nama-nama anaknya diantaranya adalah Ghaida Tsuraya, Muhammad Ghazi Al-Ghifari, Ghina Raudhatul Jannah, Ghaitsa Zahira Shofa, Ghefira Nur Fathimah, Ghaza Muhammad Al-Ghazali.
Ayah Aa Gym bernama Letnan Kolonel H. Engkus Kuswara dan ibunya bernama Ny. Hj. Yeti Rohayati. AA’ Gym diberi nama Gymnastiar oleh ayahnya karena saat itu ayah beliau sangat menggemari olahraga Gym dan berharap anaknya menjadi anak yang sehat dan menyukai olahraga.
AA’ Gym adalah empat bersaudara dimana ketiga saudaranya bernama Abdurrahman Yuri, Agung Gunmartin dan Fathimah Genstreed. Keluarga AA’ Gym adalah keluarga yang sangat disiplin hal ini dikarenakan ayahnya yang menjadi TNI sehingga didikan kepada anak-anaknya juga disiplin layaknya tentara. Namun juga sangat religius.
Sebagai putera seorang tentara, dia bahkan pernah diamanahkan menjadi komandan resimen mahasiswa (menwa) Akademi Teknik Jenderal Ahmad Yani, Bandung. Dan ternyata kekuatan yang semacam inilah yang justru membuat dirinya dan dua orang adiknya memiliki rasa percaya diri, mampu hidup prihatin, pantang menyerah, da kental dengan rasa kesetiakawanan.
Aa’ Gym menempuh sekolah dasar di SD Sukarasa III Bandung, kemudian melanjutkan ke SMP 12 Bandung. Aa’ Gym termasuk siswa yang cerdas sehingga beliau diterima di sekolah favorit yaitu SMA 5 Bandung. Beliau kemudian melanjutkan pendidikannya dengan berkuliah di PAAP Unpad yaitu Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan, namun hanya mengambil D1. 
Setelah lulus D1 beliau kemudian mendaftar di Akademi Teknik Jendral Ahmad Yani yang kini menjadi Universitas Ahmad Yani atau Unjani. Beliau mengambil Teknik Elektro namun tidak sampai selesai karena lebih sibuk berbisnis dan berorganisasi. 
2.      Aktivitas Dakwah
Aa Gym menjadi populer karena mengenalkan cara berdakwah yang unik dengan gaya teatrikal dengan pesan-pesan dakwah Islami yang praktis dan umum diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Pesan-pesan dakwahnya berkisar pada pengendalian diri, hati nurani, toleransi dan keteguhan iman. Aa Gym digemari oleh ibu-ibu rumah tangga karena ia membangun citra sebagai sosok pemuka agama yang berbeda dengan ulama lainnya. Ketika para ulama “konvensional” berdakwah tentang keutamaan salat, puasa, dan kemegahan surga, Aa Gym memilih untuk bercerita tentang pentingnya hati yang tulus, keluarga yang sakinah dengan menggunakan bahasa sehari-hari yang ringan dan menyenangkan. Topik pembahasannya seputar keluarga dan pemirsanya terkonsentrasi pada ibu-ibu rumah tangga, citranya pun didaulat menjadi “ustad keluarga bahagia.”
Pada tahun 2000, Aa Gym mulai tampil berdakwah di TV Nasional. Sayap dakwah Aa’ Gym makin melebar dengan ditawarinya Aa’ Gym untuk memberikan tauziah di RCTI melalui Hikmah Fajar. Pada tahun 2001, Aa Gym memiliki program mandiri di bawah rangkaian program Hikmah Fajar berjudul "Manajemen Qolbu" dan mengisi program Damai Indonesiaku di TV One. Selain itu, dakwahnya juga melalui VCD dan buku-buku yang tersebar di Indonesia dan juga di negara tetangga di sekitar Asia. Perkiraan jumlah undangan yang ingin mengundang Aa’ Gym sebagai pembicara bisa mencapai 1200 per bulan. Bahkan di bulan Ramadhan Aa’ Gym paling laris muncul di TV. Selain itu Aa’ Gym juga menjadi penceramah dengan bayaran termahal yaitu $ 100,000 untuk 1 jam ceramah.
Sosok A’ Gym yang sangat populer mengundang pendapat berbagai kalangan seperti Solahudin Wahid yang merupakan saudara Gus Dur mengatakan bahwa Aa’ Gym bisa seperti itu karena semangat berbaginya yang tulus dari hati seperti konsep tauziahnya yaitu Manajemen Hati dan Jagalah Hati. Tak luput tokoh Islam Liberal yaitu Abshar Abdala mengatakan bahwa Aa’ Gym seperti Brithney Spears dalam Islam, bahkan Majalah Time pernah memuat profil Aa’ Gym dalam covernya dengan topik “The Holy Man”.
3.      Prestasi-prestasi istimewa
Saat SD beliau menjadi juara kelas ke dua dan saat mahasiswa beliau terpilih menjadi mahasiswa teladan. Aa’ Gym juga terpilih menjadi Ketua Menwa yaitu Resimen Mahasiswa, semacam polisi kampus. Di rumahnya Aa’ Gym terpampang berbagai piala dan penghargaan prestasi dirinya di berbagai bidang. Pada 1982, ia menjadi Komandan Resimen Mahasiswa di Akademi Teknik Jenderal Achmad Yani.
Pada tahun 1987, ia bersama teman-temannya melalui lembaga Keluarga Mahasiswa Islam Wiraswasta (KMIW) merintis usaha wiraswasta pada bidang usaha kecil seperti pembuatan stiker, kaos, gantungan kunci, dan peralatan tulis kantor dengan slogan-slogan religius.
Pada tahun 1990, KMIW mendirikan Pondok Pesantren Darut Tauhid (DT) di rumah orang tua Aa Gym yang kemudian pindah lokasi ke Jalan Gegerkalong Girang 38 yang awalnya berupa rumah pondokan dengan 20 kamar yang akhirnya dibeli angsung dari pemiliknya dengan harga Rp 100 juta. Ide pembentukan DT terilhami oleh keberhasilan gerakan Al-Arqom dari Malaysia yang sukses mengembangkan kemandirian dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari secara Islami. Dengan perbedaannya DT tidak bersifat eksklusif seperti Al-Arqom tetapi terbuka untuk semua orang.
Pada tahun 1993, Yayasan Pondok Pesantren Daarut Tauhid dibangun menjadi gedung permanen berlantai tiga. Lantai satu digunakan untuk kegiatan perekonomian, lantai dua dan tiga dijadikan masjid. Pada 1994, didirikan Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) DT untuk menopang dakwahnya. Pada1995 sekitar 50 meter dari masjid, seorang jemaah membelikan sebidang tanah berikut bangunannya di Jalan Gegerkalong Girang 30 D yang kemudian digunakan sebagai kantor yayasan, kediaman pemimpin pondok, Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKA) dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), ruang pertemuan, ruang produksi konveksi, gudang, dan kamar para santri. Pada akhir tahun 1997 Gedung Kopontren empat lantai di seberang masjid ini digunakan untuk kantor Baitul Mal wat-Tamwil (BMT), penerbitan dan percetakan, swalayan dan mini market, warung telekomunikasi, dan lainnya.
Pada tahun 1999, DT berhasil memiliki Radio Ummat yang mengudara sejak 9 Desember 1999, mendirikan CV House and Building (HNB), PT MQs (Mutiata Qolbun Salim), PT Tabloid MQ, Asrama Daarul Muthmainnah 2000, Radio Bening Hati, dan membangun Gedung Serba Guna, seluruh aset ini diperkirakan bernilai 6 miliar rupiah.
Buku-buku yang pernah ditulisnya diantaranya: Aa Gym dan fenomena Daarut Tauhid: Memperbaiki Diri Lewat Manajemen Qalbu. Penerbit Daarut Tauhid. Tebal 255 halaman. Cetakan pertama 2001. ISBN-13: 978-9794332894. Saya Tidak Ingin Kaya Tapi Harus Kaya. The Power of Network Marketing - Hikmah Silaturahmi dalam Bisnis oleh Andrew Ho dan Aa Gym. Getaran Allah di Padang Arafah, Indahnya Hidup Bersama Rasulullah, Nilai hakiki Do’a, Seni Menata Hati Dalam Bergaul, Kiat Praktis Menjadi Orang Terpercaya, Seni Mengkritik dan Menerima Kritik, Mengatasi Minder, Ma’rifatullah, Lima Kiat Praktis Menghadapi Persoalan Hidup, Bersikap Ramah Itu Indah dan Mulia,  Menuju Keluarga Sakinah, Aa Gym Apa Adanya ( bekerjasama dengan Hermawan Kertajaya).
Seiring waktu Daarut Tauhiid mengalami pertumbuhan yang pesat. Dengan perjuangan umat Islam yang ikhlas, Daarut Tauhiid kemudian didirikan di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya, dan dakwah tersiarkan media radio, radio internet, video streaming, twitter, facebook, youtube, sms Tauhiid dan media lainnya. tentu dengan adanya sarana ini dakwah AaGym bisa melintasi batas negara dan mencapai Jerman, Kanada, Malaysia, Jepang, dan China.
Karena hobi bisnis dan organisasi inilah pada tahun 1987 Aa’ Gym kemudian mengajak teman seangkatannya untuk membuat suatu organisasi berlatar wirausaha dengan nama Keluarga Mahasiswa Islam Wiraswasta atau disingkat KMIW. Dimana organisasi ini menjalankan berbagai bisnis seperti membuat gantungan kunci, pembuatan kaos dengan sablonan kata-kata mutiara tentang Islam serta lainnya.
Usaha ini menempati lahan milik orang tua Aa’ Gym. Dalam organisasi ini tidak melulu berbisnis namun juga ada kegiatan agama Islam seperti tauziah yang diadakan seminggu sekali. Tauziah tersebut mengangkat tema dari kehidupan sehari-hari dengan bahasa yang gampang di cerna dan mudah diaplikasikan sehingga semakin banyaklah anggota organisasi atau jamaahnya.
Oleh karena tempat sudah tidak cukup, mereka (Aa’ Gym dan kawan-kawan) mengontrak sebuah kos-kosan dengan 20 kamar dan kemudian dibeli seharga 100 juta. Pondokan itu kemudian di pugar menjadi bangunan tiga lantai dimana lantai satu untuk kegiatan bisnis dan lantai dua dan tiganya digunakan untuk masjid sebagai kegiatan keagamaan seperti tauziah dan TPA. Pondokan ini kemudian diberi nama Daarut Tauhid yang berlokasi di Geger Kalong Girang 38 seperti saat ini kita kenal.
Sebenarnya model organisasi Aa’ Gym ini mencontoh model organisasi Al- Arqom yang ada di Malaysia dimana telah berhasil memberdayakan kemandirian umat dengan konsep-konsep Islami namun Daarut Tauhid (DT) pimpinan  Aa’ Gym tidaklah se eksklusif Al-Arqom. Ponpes Daarut Tauhid bukanlah bangunan yang terpisah dari masyarakat namun justru membaur dengan masyarakat sehingga masyarakat sekitar juga terkena imbas ekonomi dan nuansa religinya dengan adanya Ponpes DT ini.
Model penggalangan dana dari bisnis yang dijalankan Daarut Tauhid adalah koperasi dengan sistem bagi hasil yang terkenal dengan nama Kopontren Daarut Tauhid dan dari infaq jamaah. Ada juga dari waqaf jamaah yang berupa tanah dan bangunannya yang kemudian digunakan sebagai asrama santri, kediaman pemimpin pondok, TPA, TKA (Taman kanak-kanak Al Quran), gudang, ruang pertemuan, dan ruang konveksi.

4.      Lembaga/organisasi yang pernah dikelola
Pada tahun 2002, Aa Gym telah memiliki 15 usaha penerbitan yang telah menerbitkan 32 judul buku dan lusinan kaset serta VCD nya sebagai media menyebarkan dakwahnya. Aa Gym tercatat menerima 1.200 undangan untuk menjadi pembicara setiap bulannya. Tarif siarnya untuk berdakwah bisa mencapai USD 100.000 per jam pada bulan Ramadhan, dan penampilannya menjadi rebutan stasiun-stasiun TV. Usaha lainnya yang ia miliki adalah penyiaran radio, studio mini televisi, dan usaha media lainnya termasuk kantor situs-situs web, koperasi supermarket, mesjid dan pesantren berkapasitas 500 santri, dua panti asuhan, rumah persinggahan untuk menampung pengunjung yang datang, serta penyelenggaraan seminar-seminar pelatihan manajemen yang tarifnya mencapai USD 200 per kepala.










DAFTAR REFERENSI

Asep Muhyidin, Agus Ahmad Syafei. 2002.  Metode Pengembangan Dakwah. Pustaka Setia: Bandung.

Asep Saeful Muhtadi, Agus Ahmaf Syafei. 2003. Metode Penelitian Dakwah. Pustaka Setia: Bandung.

Masyari, Anwar. 1992. Butir-Butir Problematika Dakwah Islamiyah. Surabaya: Bina Ilmu.


d'SwEEt piNk