Problematika dakwah yang kita hadapi sekarang
adalah tantangan dakwah yang semakin hebat, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk kegiatan
masyarakat modern, seperti perilaku dalam mendapatkan hiburan
(entertainment), kepariwisataan dan seni dalam arti luas, yang semakin membuka
peluang munculnya kerawanan-kerawanan moral dan etika.
Kerawanan moral dan etik itu muncul semakin
transparan dalam bentuk kemaksiatan karena disokong oleh kemajuan alat-alat
teknologi informasi mutakhir seperti siaran televisi, keping-keping VCD,
jaringan Internet, dan sebagainya.
Kemaksiatan itu senantiasa mengalami
peningkatan kualitas dan kuantitas, seperti maraknya perjudian, minum minuman
keras, dan tindakan kriminal, serta menjamurnya tempat-tempat hiburan, siang
atau malam, yang semua itu diawali dengan penjualan dan pendangkalan budaya
moral dan rasa malu.
Tidak asing lagi, akhirnya di negeri yang
berbudaya, beradat dan beragama ini, kemaksiatan yang berhubungan dengan apa
yang dinamakan sex industry juga mengalami kemajuan, terutama setelah
terbukanya turisme internasional di berbagai kawasan, hingga menjamah wilayah
yang semakin luas dan menjarah semakin banyak generasi muda dan remaja yang
kehilangan jati diri dan miskin iman dan ilmu. Hal yang terakhir ini semakin
buruk dan mencemaskan perkembangannya karena hampir-hampir tidak ada lagi batas
antara kota dan desa, semuanya telah terkontaminasi dalam eforia kebebasan yang
tak kenal batas.
Ledakan-ledakan informasi dan kemajuan
teknologi dalam berbagai bidang itu tidak boleh kita biarkan lewat begitu saja.
Kita harus berusaha mencegah dan mengantisipasi dengan memperkuat benteng
pertahanan aqidah yang berpadukan ilmu dan teknologi. Tidak sedikit korban yang
berjatuhan yang membuat kemuliaan Islam semakin terancam dan masa depan
generasi muda semakin suram.
Apabila kita tetap lengah dan terbuai oleh
kemewahan hidup dengan berbagai fasilitasnya, ketika itu pula secara perlahan
kita meninggalkan petunjuk-petunjuk Allah yang sangat diperlukan bagi hati
nurani setiap kita. Di samping itu kelemahan dan ketertinggalan umat Islam
dalam meng-akses informasi dari waktu ke waktu, pada gilirannya juga akan membuat
langkah-langkah dakwah kita semakin tumpul tak berdaya.
Yang menjadi pemisah antara dakwah Islamiyah
dengan jalan lain adalah petunjuk Allah yang disampaikan melalui wahyu dan
jalan (contoh) yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW. Musuh kita yang sebenarnya
adalah syaithan dan konco-konconya yang menjelma melalui al-hawa' (hawa nafsu)
yang ada di dalam diri kita serta yang lebih nyata lagi adalah dalam bentuk
jahiliyah yang zahir. Jahiliyah yang sekecil-kecilnya dari dosa-dosa yang
berupa keingkaran hingga kepada al-kabair (dosa-dosa besar), bid'ah-bid'ah yang
menyesatkan, nifaq (kemunafikan), serta kekufuran kepada Allah. Jahiliyah
inilah yang seterusnya lahir dan menjelma di dalam bentuk keingkaran kepada
Allah baik di dalam bentuk undang-undang, negara, masyarakat, dan segala bentuk
sistem yang bukan berasaskan Islam.
Jadi intinya problematika
dakwah yaitu diantaranya:
1.
Problematika internal maupun eksternal
2.
Kerawanan
moral dan etika
3.
Kemaksiatan yang
mengalamai peningkatan kualitas dan kuantitas
4.
Meledaknya informasi dan
kemajuan teknologi
5.
Banyak
yang terbuai oleh kemewahan hidup
6.
Kelemahan (sumber
daya manusia) dalam berbagai bidang ilmu
Bertolak dari faktor-faktor tersebut, agar
problematika dakwah tidak semakin kusut dan berlarut-larut, perlu segera dicarikan
jalan keluar dari kemelut problematika yang dihadapi itu. Dalam konsep
pemikiran yang praktis, Prof. Dr. H. M. Amien Rais,MA. dalam bukunya Moralitas
Politik Muhammadiyah, menawarkan lima ‘Pekerjaan Rumah’ yang perlu
diselesaikan, agar dakwah Islam di era informasi sekarang tetap relevan,
efektif, dan produktif.
1. Perlu ada pengkaderan yang serius untuk
memproduksi juru-juru dakwah dengan pembagian kerja yang rapi. Ilmu tabligh
belaka tidak cukup untuk mendukung proses dakwah, melainkan diperlukan pula
berbagai penguasaan dalam ilmu-ilmu teknologi informasi yang paling mutakhir.
2. Setiap organisasi Islam yang berminat dalam
tugas-tugas dakwah perlu membangun laboratorium dakwah. Dari hasil “Labda” ini
akan dapat diketahui masalah-masalah riil di lapangan, agar jelas apa yang akan
dilakukan.
3. Proses dakwah tidak boleh lagi terbatas pada
dakwah bil-lisan, tapi harus diperluas dengan dakwah bil-hal, bil-kitaabah
(lewat tulisan), bil-hikmah (dalam arti politik), bil-iqtishadiyah (ekonomi),
dan sebagainya. Yang jelas, actions,speak louder than word.
4. Media massa cetak dan terutama media elektronik
harus dipikirkan sekarang juga. Media elektronik yang dapat menjadi wahana atau
sarana dakwah perlu dimiliki oleh umat Islam. Bila udara Indonesia di masa
depan dipenuhi oleh pesan-pesan agama lain dan sepi dari pesan-pesan Islami,
maka sudah tentu keadaan seperti ini tidak menguntungkan bagi peningkatan
dakwah Islam di tanah air.
5. Merebut remaja Indonesia adalah tugas dakwah
Islam jangka panjang. Anak-anak dan para remaja kita adalah aset yang tak
ternilai. Mereka wajib kita selamatkan dari pengikisan aqidah yang terjadi
akibat ‘invasi’ nilai-nilai non islami ke dalam jantung berbagai komunitas
Islam di Indonesia. Bila anak-anak dan remaja kita memiliki benteng tangguh (al-hususn
al-hamidiyyah) dalam era globalisasi dan informasi sekarang ini, insya Allah
masa depan dakwah kita akan tetap ceria.
Menyimak uraian-uraian di atas, dapat
diprediksi bahwa misi dan tantangan dakwah tidaklah pernah akan semakin ringan,
melainkan akan semakin berat dan hebat bahkan semakin kompleks dan melelehkan.
Inilah problematika dakwah kita masa kini. Oleh sebab itu semuanya harus
dimenej kembali dengan manajemen dakwah yang profesional dan dihendel oleh
tenaga-tenaga berdedikasi tinggi, mau berkorban dan ikhlas beramal.
Mengingat potensi umat Islam yang potensial
masih sangat terbatas, sementara kita harus mengakomodir segenap problematika
dan tantangan yang muncul, maka ada baiknya kita coba memilih dan memilah mana
yang tepat untuk diberikan skala prioritas dalam penanganannya, sehingga dana,
tenaga, dan fikiran dapat lebih terarah, efektif, dan produktif dalam
penggunaanya. Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan dan
petunjuk agar kita tidak salah pilih dan tidak terlambat, insya Allah…Amiiin…
1. Problematika Dakwah Perspektif Materi
Ada beberapa problematika dakwah perspektif
materi yaitu diantaranya:
1.
Disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat
2.
Disesuaikan
dengan kadar intelektual masyarakat
3. Mencakup ajaran Islam secara kaffah dan
universal yakni aspek ajaran tentang hidup dan kehidupan
4. Merespon dan menyentuh tantangan dan kebutuhan
asasi dan kebutuhan sekunder
5. Disesuaikan dengan program umum syariat Islam
6. Adanya sumber kekuatan. Dimanakah sumber
kekuatan dakwah? Sebenarnya, kekuatan bermula dari kekuatan Iman,
kemudian diikuti oleh kekuatan Ukhuwah Islamiyah, kemudian barulah diikuti
dengan kekuatan material dan organisasi.
7. Wasilah-wasilah (jalan-jalan kerja) dakwah
"Wasilah di dalam pembinaan dan pengukuhan setiap dakwah dapat dikenali
oleh siapa saja yang mengkaji sejarah jamaah. Intisari dari wasilah ini dapat
disimpulkan sebagai berikut: Iman dan Amal, Kasih sayang, dan
Persaudaraan"
8. Berangsur-angsur (tadarruj) di dalam langkah
kerja Maksud tadarruj adalah kitatidak tergesa-gesa dalam bekerja
mencapai tujuan. Segala amal harus disusun dan direncanakan mengikuti
tingakatan-tingkatan atau tahap-tahap yang ditentukan. Misalnya, upaya
pembentukan harus didahulukan daripada upaya-upaya lain di dalam medan yang
lebih berat dan menantang. "Perlu adanya kesungguhan dan amal, serta usaha
pembinaan (takwin) setelah kita melaksanakan upaya penjelasan kepada
masyarakat umum. Kemudian diikuti dengan upaya pengasasan setelah kita
melasanakan usaha mendidik"
9. Kesempurnaan di dalam pelaksanaan (Takamul fi
tatbiq). Imam Al-Banna menyebutkan bahwa dakwah Islamiah bukanlah partai
politik, namun penegakan hukum Allah adalah salah satu tugas kita. Dakwah bukan
pula satu mazhab fiqih, kuliah syara, atau institusi fatwa, namun lebih
mementingkan syari'ah. Demikian pula, dakwah bukan lembaga sosial, tetapi kita
mementingkan problematika menjaga kebajikan masyarakat.
10.
Adanya
evaluasi dalam berdakwah baik dalam penyampaian materi ataupun yang lainnya.
2. Problematika Dakwah Perspektif Metodologi
Dalam penngertian yang sudah umum digunakan, metode difahami sebagai cara atau
jalan (methodos). Kaitannya dengan kegiatan keilmuan adalah metode mengandung
arti cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan. Berkaitan dengan itu, setiap cabang ilmu mengembangkan
metodologinya (pengetahuan tentang berbagai cara) yang disesuaikan dengan objek
studi ilmu-ilmu yang bersangkutan.
Suatu metode dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaianya dengan karakteristik objek
kajian. Objek penelitian dakwah, misalnya, merupakan usaha yang dilakukan oleh
jamaah Muslim (lembaga-lembaga dakwah) dalam rangka mewujudkan Islam dalam
kehidupan fardhiyah (individu), usrah (keluarga), jamaah (masyarakat), sampai
terwujudnya khairu ummah.
Ada beberapa rancangan dakwah yang dapat
dilakukan untuk menjawab problematika dewasa ini, yaitu:
1.
Memfokuskan
aktivitas dakwah untuk mengentaskan kemiskinan umat.
2.
Menyiapkan
elit strategis Muslim untuk disuplai ke berbagai jalur kepemimpinan bangsa
sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing.
3.
Membuat
peta sosial umat sebagai informasi awal bagi pengembangan dakwah
4.
Mengintregasikan
wawasan etika, estetika, logika, dan budaya dalam berbagai perencanaan dakwah
5.
Mendirikan
pusat-pusat studi dan informasi umat secara lebih propesional dan berorientasi
pada kemajuan iptek
6.
Menjadikan
masjid sebagai pusat kegiatan: ekonomi, kesehatan dan kebudayaan umat Islam.
Karenanya, sistem manajemen kemasjidan perlu ditingkatkan
7.
Menjadikan sebagai pelopor
yang propertis, humanis, dan transpormatif. Karenanya perlu dirumuskan
pendekatan-pendekatan dakwah yang progkresif dan inklusif. Dakwah
Islam tidak boleh hanya dijadikan sebagai objek dan alat legitimasi bagi
pembangunan yang semata-mata bersifat ekonomis-pragmatis berdasarkan
kepentingan sesaat para penguasa.
Sifat kajian seperti ini tentu menghendaki
pilihan metodologis yang lebih komfrehensif dan partisipatif karena sifat
objeknya menyentuh semua aspek kehidupan masyarakat. Suatu catatan penting
dalam dakwah Rasulullah Saw yaitu fase Madinah dan Mekah ketika peristiwa
hijrah. Karena dalam perspektif metodologi dakwah peristiwa ini dipandang
sebagai langkah dakwah yang sangat revolusioner dan secara metodologis
peristiwa hijrah setidaknya memberikan pesan dakwah yang sangat jelas.
Menurut Syariati (1995:15) hijrah adalah pemutusan keterikatan masyarakat
terhadap tanah kelahirannya, yang dapat mengubah pandangan manusia terhadap
alam dan mengubahnya menjadi pandangan yang luas dan menyeluruh, dan pada
akhirnya hilangnya kejumudan, kemerosotan sosial, pemikiran dan perasaan
sehingga masyarakat yang rigad dan jumud berubah menjadi masyarakat yang
dinamis.
3. Problematika Dakwah Perspektif
Profesionalisme
Dinamisasi kehidupan global yang semakin tinggi
dan kompetitif telah mengiringumat manusia senantiasa memandang problematika
hidup secara pragmatis, logis, serba instan,dan bahkan matematis. Keadaan
demikian di samping membawa manfaat berupa kemajuanilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin memudahkan aktifitas manusia, juga telah membawa
implikasi negatif berupa lemahnya semangat transendental dan
memudarnyahubungan-hubungan sosial. Implikasi ini berlangsung demikian lama,
sehingga dewasa initelah melahirkan berbagai kenyataan sosial yang cukup
bertentangan dengan cita-cita ideal Islam.
Realitas sosial di atas ada yang tidak sesuai
dengan cita ideal Islam, karenanya harus diubah melalui dakwah Islam.
Mengingat kenyataan-kenyataan sosial tersebut banyakdijumpai dalam beberapa
komunitas Islam dengan problematika yang berbeda-beda, makadiperlukan paradigma
baru dalam melakukan dakwah Islam yang mempertimbangkan jenisdan kualitas problematika
yang dihadapi oleh umat. Di sinilah institusi-institusi dakwahdituntut dapat
melakukan usaha-usaha dakwah secara sistematis dan profesional melalui
langkah-langkah yang srategis, sebagaimana yang diisyaratan dalam surat
at-Taubah ayat 105:
È@è%ur (#qè=yJôã$# uz|¡sù ª!$# ö/ä3n=uHxå ¼ã&è!qßuur tbqãZÏB÷sßJø9$#ur ( cruäIyur 4n<Î) ÉOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»pk¤¶9$#ur /ä3ã¥Îm7t^ãsù $yJÎ/ ÷LäêZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÉÎÈ
Artinya: bekerjalah kamu (secara profesional)
maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang Mukmin akan melihat pekerjaanmu itu.
(Q.S AT-Taubah:105).
Untuk mengatasi berbagai problematika umat yang
begitu kompleks, institusi dakwah tidak cukup hanya dengan dengan
melakukan program dakwah yang konvensional, sporadis, dan reaktif, tetapi
harus bersifat profesional, strategis, dan pro-aktif.
Menghadapi sasaran dakwah (mad‟u) yang
semakin kritis dan tantangan dunia global yang makin kompleks dewasa ini, maka
diperlukan strategi dakwah yang mantap, sehingga aktivitas dakwah yang
dilakukan dapat bersaing di tengah bursa informasi yang semakin kompetitif.
Pembenaran strategis terhadap unsur tersebut dapat dilakukan melalui langkah-
langkah sebagai berikut:
1.
Peningkatan
sumber daya muballigh/Da’i (SDM)
2.
Pemanfaatan
Teknologi Modern sebagai Media Dakwah
3.
Pengembangan
Metode Dakwah Fardhiyah.
4.
Penerapan
Dakwah Kultural
5.
Monitoring
dan Evaluasi Dakwah
6.
Membuat
Pemetaan (Peta Dakwah)
II.
Studi Tokoh (KH. Abdullah Gymnastiar)
1.
Riwayat Hidup
Yan Gymnastiar (lahir di Bandung, Jawa
Barat, 29
Januari 1962; umur 51 tahun) atau lebih dikenal sebagai Abdullah Gymnastiar atau Aa
Gym adalah seorang pendakwah,
penyanyi, penulis buku dan penerbit, pengusaha dan pendiri Pondok
Pesantren Darut Tauhid di Jalan
Gegerkalong Girang, Bandung. Istrinya bernama Hj. Ninih Mutmainnah atau Teh Ninih dan
Alfarini Eridani atau Teh Rini. Sedangkan nama-nama anaknya diantaranya adalah Ghaida
Tsuraya, Muhammad Ghazi Al-Ghifari, Ghina Raudhatul Jannah, Ghaitsa Zahira Shofa, Ghefira Nur Fathimah, Ghaza Muhammad Al-Ghazali.
Ayah Aa Gym bernama Letnan Kolonel H. Engkus Kuswara dan
ibunya bernama Ny. Hj. Yeti Rohayati. AA’ Gym diberi nama Gymnastiar oleh
ayahnya karena saat itu ayah beliau sangat menggemari olahraga Gym dan berharap
anaknya menjadi anak yang sehat dan menyukai olahraga.
AA’ Gym
adalah empat bersaudara dimana ketiga saudaranya bernama Abdurrahman Yuri,
Agung Gunmartin dan Fathimah Genstreed. Keluarga AA’ Gym adalah keluarga yang
sangat disiplin hal ini dikarenakan ayahnya yang menjadi TNI sehingga didikan
kepada anak-anaknya juga disiplin layaknya tentara.
Namun juga sangat religius.
Sebagai putera seorang tentara, dia bahkan
pernah diamanahkan menjadi komandan resimen mahasiswa (menwa) Akademi Teknik
Jenderal Ahmad Yani, Bandung. Dan ternyata kekuatan yang semacam inilah yang
justru membuat dirinya dan dua orang adiknya memiliki rasa percaya diri, mampu
hidup prihatin, pantang menyerah, da kental dengan rasa kesetiakawanan.
Aa’ Gym
menempuh sekolah dasar di SD Sukarasa III Bandung, kemudian melanjutkan ke SMP
12 Bandung. Aa’ Gym termasuk siswa yang cerdas sehingga beliau diterima di
sekolah favorit yaitu SMA 5 Bandung. Beliau kemudian melanjutkan pendidikannya
dengan berkuliah di PAAP Unpad yaitu Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan,
namun hanya mengambil D1.
Setelah
lulus D1 beliau kemudian mendaftar di Akademi Teknik Jendral Ahmad Yani yang
kini menjadi Universitas Ahmad Yani atau Unjani. Beliau mengambil Teknik
Elektro namun tidak sampai selesai karena lebih sibuk berbisnis dan
berorganisasi.
2.
Aktivitas Dakwah
Aa Gym menjadi populer karena mengenalkan cara
berdakwah yang unik dengan gaya teatrikal dengan pesan-pesan dakwah Islami yang
praktis dan umum diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Pesan-pesan dakwahnya
berkisar pada pengendalian diri, hati nurani, toleransi dan keteguhan iman. Aa Gym digemari oleh ibu-ibu rumah
tangga karena ia membangun citra sebagai sosok pemuka agama yang berbeda dengan
ulama lainnya. Ketika para ulama “konvensional” berdakwah tentang keutamaan
salat, puasa, dan kemegahan surga, Aa Gym memilih untuk bercerita tentang
pentingnya hati yang tulus, keluarga yang sakinah dengan menggunakan bahasa
sehari-hari yang ringan dan menyenangkan. Topik pembahasannya seputar keluarga
dan pemirsanya terkonsentrasi pada ibu-ibu rumah tangga, citranya pun didaulat
menjadi “ustad keluarga bahagia.”
Pada tahun 2000, Aa Gym mulai tampil berdakwah di TV
Nasional. Sayap dakwah Aa’ Gym makin melebar dengan ditawarinya Aa’ Gym
untuk memberikan tauziah di RCTI melalui Hikmah Fajar. Pada tahun 2001, Aa Gym memiliki program mandiri di bawah
rangkaian program Hikmah Fajar berjudul
"Manajemen Qolbu" dan mengisi program Damai Indonesiaku di TV One.
Selain itu, dakwahnya juga melalui VCD dan buku-buku yang tersebar di Indonesia
dan juga di negara tetangga di sekitar Asia. Perkiraan jumlah undangan yang
ingin mengundang Aa’ Gym sebagai pembicara bisa mencapai 1200 per bulan. Bahkan
di bulan Ramadhan Aa’ Gym paling laris muncul di TV. Selain itu Aa’ Gym juga
menjadi penceramah dengan bayaran termahal yaitu $ 100,000 untuk 1 jam ceramah.
Sosok A’ Gym yang sangat populer mengundang
pendapat berbagai kalangan seperti Solahudin Wahid yang merupakan saudara Gus
Dur mengatakan bahwa Aa’ Gym bisa seperti itu karena semangat berbaginya yang
tulus dari hati seperti konsep tauziahnya yaitu Manajemen Hati dan Jagalah
Hati. Tak luput tokoh Islam Liberal yaitu Abshar Abdala mengatakan bahwa Aa’
Gym seperti Brithney Spears dalam Islam, bahkan Majalah Time pernah memuat
profil Aa’ Gym dalam covernya dengan topik “The Holy Man”.
3.
Prestasi-prestasi istimewa
Saat SD
beliau menjadi juara kelas ke dua dan saat mahasiswa beliau terpilih menjadi
mahasiswa teladan. Aa’ Gym juga terpilih menjadi Ketua Menwa yaitu Resimen
Mahasiswa, semacam polisi kampus. Di rumahnya Aa’ Gym terpampang berbagai piala
dan penghargaan prestasi dirinya di berbagai bidang. Pada 1982, ia menjadi Komandan Resimen Mahasiswa di
Akademi Teknik Jenderal Achmad Yani.
Pada
tahun 1987, ia
bersama teman-temannya melalui lembaga Keluarga Mahasiswa Islam Wiraswasta
(KMIW) merintis usaha wiraswasta pada bidang usaha kecil seperti pembuatan
stiker, kaos, gantungan kunci, dan peralatan tulis kantor dengan slogan-slogan
religius.
Pada
tahun 1990, KMIW
mendirikan Pondok Pesantren Darut Tauhid (DT) di rumah orang tua Aa Gym yang
kemudian pindah lokasi ke Jalan Gegerkalong Girang 38 yang awalnya berupa rumah
pondokan dengan 20 kamar yang akhirnya dibeli angsung dari pemiliknya dengan
harga Rp 100 juta. Ide pembentukan DT terilhami oleh keberhasilan gerakan
Al-Arqom dari Malaysia yang sukses mengembangkan kemandirian dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari secara Islami. Dengan perbedaannya DT tidak
bersifat eksklusif seperti Al-Arqom tetapi terbuka untuk semua orang.
Pada
tahun 1993,
Yayasan Pondok Pesantren Daarut Tauhid dibangun menjadi gedung permanen
berlantai tiga. Lantai satu digunakan untuk kegiatan perekonomian, lantai dua
dan tiga dijadikan masjid. Pada 1994, didirikan Koperasi Pondok Pesantren
(Kopontren) DT untuk menopang dakwahnya. Pada1995 sekitar 50 meter dari masjid, seorang jemaah
membelikan sebidang tanah berikut bangunannya di Jalan Gegerkalong Girang 30 D
yang kemudian digunakan sebagai kantor yayasan, kediaman pemimpin pondok, Taman
Kanak-kanak Al-Qur’an (TKA) dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), ruang
pertemuan, ruang produksi konveksi, gudang, dan kamar para santri. Pada akhir
tahun 1997 Gedung
Kopontren empat lantai di seberang masjid ini digunakan untuk kantor Baitul Mal
wat-Tamwil (BMT), penerbitan dan percetakan, swalayan dan mini market, warung
telekomunikasi, dan lainnya.
Pada
tahun 1999, DT
berhasil memiliki Radio Ummat yang mengudara sejak 9 Desember 1999, mendirikan CV House and Building (HNB), PT
MQs (Mutiata Qolbun Salim), PT Tabloid MQ, Asrama Daarul Muthmainnah 2000,
Radio Bening Hati, dan membangun Gedung Serba Guna, seluruh aset ini
diperkirakan bernilai 6 miliar rupiah.
Buku-buku yang pernah ditulisnya diantaranya: Aa Gym dan fenomena Daarut Tauhid:
Memperbaiki Diri Lewat Manajemen Qalbu. Penerbit Daarut Tauhid. Tebal 255
halaman. Cetakan pertama 2001. ISBN-13: 978-9794332894. Saya Tidak Ingin
Kaya Tapi Harus Kaya. The Power of Network Marketing - Hikmah
Silaturahmi dalam Bisnis oleh Andrew Ho dan Aa Gym. Getaran Allah di Padang Arafah, Indahnya Hidup Bersama
Rasulullah, Nilai hakiki Do’a, Seni Menata Hati Dalam Bergaul, Kiat Praktis
Menjadi Orang Terpercaya, Seni Mengkritik dan Menerima Kritik, Mengatasi
Minder, Ma’rifatullah, Lima Kiat Praktis Menghadapi Persoalan Hidup, Bersikap
Ramah Itu Indah dan Mulia, Menuju Keluarga Sakinah, Aa Gym Apa
Adanya ( bekerjasama dengan Hermawan Kertajaya).
Seiring waktu Daarut Tauhiid mengalami
pertumbuhan yang pesat. Dengan perjuangan umat Islam yang ikhlas, Daarut
Tauhiid kemudian didirikan di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya, dan
dakwah tersiarkan media radio, radio internet, video streaming, twitter,
facebook, youtube, sms Tauhiid dan media lainnya. tentu dengan adanya sarana
ini dakwah AaGym bisa melintasi batas negara dan mencapai
Jerman, Kanada, Malaysia, Jepang, dan China.
Karena
hobi bisnis dan organisasi inilah pada tahun 1987 Aa’ Gym kemudian mengajak
teman seangkatannya untuk membuat suatu organisasi berlatar wirausaha dengan
nama Keluarga Mahasiswa Islam Wiraswasta atau disingkat KMIW. Dimana organisasi
ini menjalankan berbagai bisnis seperti membuat gantungan kunci, pembuatan kaos
dengan sablonan kata-kata mutiara tentang Islam serta lainnya.
Usaha
ini menempati lahan milik orang tua Aa’ Gym. Dalam organisasi ini tidak melulu
berbisnis namun juga ada kegiatan agama Islam seperti tauziah yang diadakan
seminggu sekali. Tauziah tersebut mengangkat tema dari kehidupan sehari-hari
dengan bahasa yang gampang di cerna dan mudah diaplikasikan sehingga semakin
banyaklah anggota organisasi atau jamaahnya.
Oleh
karena tempat sudah tidak cukup, mereka (Aa’ Gym dan kawan-kawan) mengontrak
sebuah kos-kosan dengan 20 kamar dan kemudian dibeli seharga 100 juta. Pondokan
itu kemudian di pugar menjadi bangunan tiga lantai dimana lantai satu untuk
kegiatan bisnis dan lantai dua dan tiganya digunakan untuk masjid sebagai
kegiatan keagamaan seperti tauziah dan TPA. Pondokan ini kemudian diberi nama
Daarut Tauhid yang berlokasi di Geger Kalong Girang 38 seperti saat ini kita
kenal.
Sebenarnya
model organisasi Aa’ Gym ini mencontoh model organisasi Al- Arqom yang ada di
Malaysia dimana telah berhasil memberdayakan kemandirian umat dengan
konsep-konsep Islami namun Daarut Tauhid (DT) pimpinan Aa’ Gym tidaklah
se eksklusif Al-Arqom. Ponpes Daarut Tauhid bukanlah bangunan yang terpisah
dari masyarakat namun justru membaur dengan masyarakat sehingga masyarakat
sekitar juga terkena imbas ekonomi dan nuansa religinya dengan adanya Ponpes DT
ini.
Model
penggalangan dana dari bisnis yang dijalankan Daarut Tauhid adalah koperasi
dengan sistem bagi hasil yang terkenal dengan nama Kopontren Daarut Tauhid dan
dari infaq jamaah. Ada juga dari waqaf jamaah yang berupa tanah dan bangunannya
yang kemudian digunakan sebagai asrama santri, kediaman pemimpin pondok, TPA,
TKA (Taman kanak-kanak Al Quran), gudang, ruang pertemuan, dan ruang konveksi.
4.
Lembaga/organisasi yang pernah dikelola
Pada tahun 2002, Aa Gym telah memiliki 15 usaha penerbitan yang
telah menerbitkan 32 judul buku dan lusinan kaset serta VCD nya sebagai media
menyebarkan dakwahnya. Aa Gym tercatat menerima 1.200 undangan untuk menjadi
pembicara setiap bulannya. Tarif siarnya untuk berdakwah bisa mencapai USD
100.000 per jam pada bulan Ramadhan, dan penampilannya menjadi rebutan
stasiun-stasiun TV. Usaha lainnya yang ia miliki adalah penyiaran radio, studio
mini televisi, dan usaha media lainnya termasuk kantor situs-situs web,
koperasi supermarket, mesjid dan pesantren berkapasitas 500 santri, dua panti
asuhan, rumah persinggahan untuk menampung pengunjung yang datang, serta
penyelenggaraan seminar-seminar pelatihan manajemen yang tarifnya mencapai USD
200 per kepala.
DAFTAR REFERENSI
Asep
Muhyidin, Agus Ahmad Syafei. 2002. Metode Pengembangan Dakwah. Pustaka
Setia: Bandung.
Asep
Saeful Muhtadi, Agus Ahmaf Syafei. 2003. Metode Penelitian
Dakwah. Pustaka Setia: Bandung.
Masyari,
Anwar. 1992. Butir-Butir Problematika Dakwah Islamiyah. Surabaya:
Bina Ilmu.