Friday, January 3, 2014

"Satu Nama Yang Tak Asing" (ScriPt DraMa RadiO)

Sinopsis Cerita
“SATU NAMA YANG TAK ASING”

          Satu semester telah berlalu, namun sejak diterima di Universitas Internasional ini, Dodi baru mendapatkan teman sekamar. Dia adalah Satria, mahasiswa pindahan dari luar kota yang membawa misi terselubung.
             Seiring dengan berjalannya waktu Satria juga telah mengenal Siska, gadis yang terekam dalam kamera video kakaknya sesaat sebelum terbunuh. Sebagai saksi kunci, Satria selalu berusaha mendekati gadis itu untuk mendapatkan informasi namun Ia sangat tertutup.
Sedikit demi sedikit bukti-bukti mengenai pembunuhan itu mulai terkuak. Siapakah sebenarnya pembunuh itu? Siapakah nama yang tak asing itu?
Pemeran, Tokoh dan Karakternya
1.       Akbar Wahyudi sebagai Satria, 19 Tahun.
Satria adalah seorang adik yang berjiwa detektif. Dia ingin mengusut kasus pembunuhan terhadap kakaknya yang telah ditutup oleh polisi. Satria mempunyai daya analisis yang tajam, cerdas, dan mudah bergaul
2.       Muh. Ihsan sebagai Dodi, 19 Tahun.
Dodi adalah teman sekamar Satria yang merahasiakan dan membantu dalam menyelesaikan misi. Dia penyayang binatang, melankolis, introvert dan mudah menolong tapi kadang lambat dalam mengingat sesuatu.
3.       Hamid Abu Bakar sebagai Adit, 20 Tahun
Adit adalah sahabat Dodi dan Reza yang telah dibunuhnya. Dia mudah bergaul tapi egois dan berkemauan kuat.
4.       Muthiah Ahmad sebagai Siska, 20 Tahun
Siska adalah sahabat Reza sekaligus saksi kunci dalam pembunuhan itu. Dia gadis yang pendiam, introvert, tidak mudah bergaul.
5.       Nahdatunnisa Asry sebagai Script Writer dan Narator.
DIALOG
01.   Narator             :Pada suatu sore, seseorang sedang mendengarkan musik jazz sambil
                         mengelus-elus  ularnya di dalam kamar (ular mendesis). Tiba-tiba pintu     
                         diketuk oleh seseorang (pintu diketuk). Dodi pun panik, dan segera                                                 
                         memasukkan ularnya ke dalam keranjang.
02.   Dodi                 :(pintu dibuka) Siapa?
03.   Satria                :Hai, kamu Dodi kan? Perkenalkan. Saya Satria, teman sekamar kamu.
04.   Dodi                 :O, kamu mahasiswa baru? (pintu ditutup).
05.   Satria                :Iya, saya mahasiswa baru pindahan dari luar kota. Ngomong-ngomong, apa
                         kamu bisa menemani saya melihat-lihat keadaaan di asrama ini?
06.   Dodi                 :Boleh-boleh. Yuk…(pintu ditutup)
07.   Narator             :Mereka lalu keluar kamar. Dodi pun menjelaskan keadaan di asrama itu.
08.   Dodi                 :(langkah kaki) Satria, salah satu peraturan di sini itu tidak boleh memelihara
                         hewan.
09.   Satria                :O, begitu…
10.   Narator             :Setelah melihat-lihat suasana asrama mereka pun kembali ke kamar. Sambil
                         berkeliling tiba-tiba Satria mendengar suara desisan ular. Hal itu langsung
                         membuat Dodi pucat pasi dan salah tingkah. (suara langkah kaki yang terhenti
                         dan suara desisan ular)
11.   Satria                :Sepertinya bukan hanya kita yang ada di ruangan ini….
12.   Dodi                 :Maksud kamu?
13.   Satria                :Tadi kan kamu bilang kalau salah satu peraturan di sini itu tidak boleh
                         memelihara binatang, tapi sepertinya kamu telah melanggar.
14.   Dodi                 :Tahu dari mana?
15.   Satria                :Tadi waktu saya di dekat meja itu sepertinya ada suara desisan ular.
16.   Dodi                 :Sebenarnya saya kesepian karena tidak ada yang menemaniku di kamar ini. Jadi
                         kuputuskan memelihara ular ini (sambil beranjak mengambil ular lalu
                         membelainya dan ular itupun mendesis). Ini adalah hobby saya. Karena kamu                     
                         sudah mengetahuinya, saya harap kamu dapat dipercaya.
17.   Satria                :Ock, saya bisa merahasiakannya dengan syarat kamu harus membantuku dalam
                         sebuah misi
18.   Dodi                 :Misi apa? (bingung)
19.   Satria                :Sebenarnya tujuan saya pindah ke sini untuk mengungkap siapa sebenarnya
                           pembunuh kakak saya dua tahun lalu. Kasusnya itu sudah ditutup oleh polisi. Tapi   
                           saya tidak bisa tinggal diam dengan keputusan itu, makanya saya akan berusaha
                        sendiri. (sound menegangkan)
20.   Dodi                 :Jadi kamu?
21.   Satria                :Iya, saya harap kita dapat bekerja sama dengan baik.
22.   Narator             :Setelah bersepakat mereka akhirnya larut dalam kesibukan masing-masing.
______________________________________________________________________________
23.   Narator             :(Suara kicauan burung) Keesokan harinya, di kampus. Setelah peruliahan selesai
                        mereka bergegas ke kantin.
24.   Satria                :(Langkah kaki meninggalkan ruanagn) Dodi, mau ke mana? Lapar nich…
25.   Dodi                 :Ya sudah, kita ke kantin saja Sat
26.   Narator             :Sesampai mereka di kantin ternyata tanpa sengaja Dodi melihat Adit yang
                         sedang menyantap makanannya.
27.   Dodi                 :(suara kantin yang gaduh) Hai Adit…
28.   Adit                  :Hai Dodi, sini gabung
29.   Dodi                 :(Langkah kaki mendekat dan kursi bergeser) Dit, perkenalkan ini Satria teman
                           seruangan sekaligus teman sekamar saya yang baru. Dia pindahan dari luar kota.
30.   Adit                  :O, jadi sekarang sudah punya teman sekamar?
31.   Dodi                 : Satria, ini Adit. Dia senior sekaligus sahabat saya.
32.   Adit                  :Salam kenal, semoga kita dapat menjadi sahabat juga.
33.   Satria                :Semoga
34.   Dodi                 :Sat, katanya kamu lapar, mau makan apa?
35.   Satria                :O,iya ya Dod, karena keasyikan ngobol jadi lupa pesan makanan.
______________________________________________________________________________
36.   Narator             :Seiring dengan berjalannya waktu, kini Satria, Dodi dan Adit pun telah akrab.
                         Suatu malam di kamar Dodi, Satria membeberkan semuanya.
37.   Satria                :(Suara jangkrik) Dod, kita sudah berteman selama beberapa bulan, sekarang
                         saya akan menceritakan sesuatu sama kamu.
38.   Dodi                 :Cerita apa?
39.   Satria                :Tentang kematian kakak saya yang tak wajar. Saya yakin pasti ada seseorang
                         yang sudah berencana membunuhnya. (sound menegangkan)
40.   Dodi                 :Kenapa kamu berkata seperti itu?
41.   Satria                :Sejak polisi menutup kasus itu, saya terus berusaha mencari pembuktian. Suatu
                                     ketika saya membuka handycam kesayangnnya. Di situ saya melihat seorang  
                         yang ada di tempat kejadian itu. Saya ingin mencari dia.
42.   Dodi                 :Dia siapa? Pembunuhannya di mana? Memangnya kamu yakin dya masih di sini?
43.   Satria                :Tenang dong, pertanyaannya satu-satu…..
44.   Dodi                 :Makanya cepetan ceritanya.
45.   Satria                :Dia itu seorang cewek yang tingginya 160 cm. Berambut ikal dan panjangnya
                        sebahu. Waktu itu dia mengenakan kalung dengan huruf S.      
46.   Dodi                 :Terus, di mana terjadinya?
47.   Satria                :Kakakku terjatuh dari lantai tujuh gedung perkuliahan kita.
48.   Narator             :Dodi, terperangah seola-olah tidak percaya dengan apa yang baru saja
                        didengarnya. Suasana pun hening
______________________________________________________________________________
49.   Narator             :Percakapan semalam masih menyisakan tanda Tanya dalam hati Dodi hingga
                        pagi pun kembali menyapa mereka. (Suara ayam berkokok), (Suara mahasiswa  
                        yang gaduh sedang menunggu dosen)
50.   Dodi                 :Bosan nich di ruangan, kita nunggu dosennya di luar saja.
51.   Satria                :Ya sudah kalau begitu, yuk….
52.   Narator             :Mereka pun berjalan keluar sambil bercanda, tiba-tiba terdengar suara seseorang
                         yang memanggil Dodi. 
53.   Siska                :(Berlari mendekat) Dodi…. (Teriak)
54.   Dodi                 :Kenapa Siska? Sepertinya ada yang penting?
55.   Siska                :Iya, nich saya lagi mencari Adit, kamu lihat tidak?
56.   Dodi                 :Adit…(berpikir)
57.   Siska                :Iya, Adit…..(menegaskan)
58.   Dodi                 :Sepertinya, tadi saya melihat dia berjalan menuju loteng dech..
59.   Siska                :O,iya ya itu kan tempat tongkrongannya dia, oke dech saya langsung ke sana
                         (suara berjalan/fade out).
60.   Satria                :Siapa tadi?
61.   Dodi                 :Sorry Sat, tadi saya lupa perkenalkan. Dia itu teman seruangannya Adit
62.   Narator             :Satria tampak sedang berusaha mengingat-ingat sesuatu,
63.   Satria                :Sepertinya saya pernah melihat gadis itu, tapi di mana ya? (dalam hati)
 Memangnya gadis tadi akrab dengan Adit ya?
64.   Dodi                 :Setahu saya mereka cukup akrab, memangnya kenapa?
65.   Satria                :Kamu ingat tidak gadis yang kuceritakan semalam?
66.   Dodi                 :Yang mana ya?
67.   Satria                :Itu lho, gadis yang ada di dalam kameranya kakakku…
68.   Dodi                 :O,itu.. memangnya kenapa?
69.   Satria                :Sepertinya dia mirip dengan gadis tadi…
70.   Dodi                 :Jadi, ternyata Siska yang…(dipotong)
71.   Satria                :Belum tentu juga sich, dia orangnya tapi boleh dong kamu mengenalkan saya
                         dengannya….  
72.   Dodi                 :Ya sudah, sekarang saja kita menyusul ke sana..
73.   Satria                :Tapi dosennya?
74.   Dodi                 :Kayaknya bapak tidak masuk. Waktunya juga sudah lewat.
75.   Narator             ;Mereka segera menuju loteng. Di lantai tujuh itu pemandangan sangat indah.
                         Di sana Satria pun berkenalan dengan Siska.
76.   Adit                  :Loh, tumben kalian ke sini?
77.   Dodi                 :Tahu nich Si Satria
78.   Adit                  :Ada apa Sat?
79.   Satria                :Tidak ada apa-apa kok, cuma mau…
80.   Dodi                 :Mau kenalan sama Siska tuch……
81.   Adit                  :O, bilang kek dari tadi…… Satria, ini Siska… Siska, ini Satria, pindahan dari luar
                         kota, dia teman seruangan Dodi       .
82.   Dodi                 :Dia juga teman sekamarku.
83.   Satria                :Hai, Sis.. (mengulurkan tangan)
84.   Siska                :Hai. (nada ketus)
85.   Satria                :O,iya kalian buat apa di sini? Boleh gabung tidak?
86.   Adit                  ;Boleh saja, di sini kami sering mengambil gambar.
87.   Satria                :O,kalian senang fotografi?
88.   Adit                  :Iya, sudah lama saya hobby memotret.
______________________________________________________________________________
89.   Narator             :Setelah aktivitas di kampus usai, mereka pun kembali ke asrama.
90.   Dodi                 :(Suara pintu dibuka) Sorry Sat, kalau perkenalannya tadi kurang bersahabat,
                         memang Siska orangnya seperti itu.            
91.   Satria                :Seperti apa maksudmu?
92.   Dodi                 :Dia itu orangnya tertutup, kurang suka sama orang baru, jadi tidak heran tadi dia
                         lebih banyak diam. O,iya, jadi bagaimana dengan gadis yang dalam kamera itu?
93.   Satria                :Saya sudah yakin, gadis itu pasti Siska, ya tidak salah lagi…..
94.   Dodi                 :Kenapa kamu bisa seyakin itu?
95.   Satria                :Karena ternyata dia masih mengenakan kalung itu, kalung berhuruf S persis
                         sama dengan yang dia gunakan waktu itu. (sound menegangkan)
96.   Dodi                 :Jadi apa rencana kamu selanjutnya?
97.   Satria                :Saya akan berusaha mendapatkan informasi dari dia. Tapi bagaimana caranya?
98.   Dodi                 :Begini, Siska kan sering bersama Adit, nach kamu minta tolong sama Adit saja..
99.   Satria                :Saran yang cukup bagus.
______________________________________________________________________________
100.   Narator            :Suatu hari ketika Satria sedang makan di kantin, tiba-tiba ekor matanya
                         menangkap sosok yang dikenalinya. Ia pun berteriak memanggilnya.
101.   Satria              :(Suara gaduh di kantin). Adit, Siska………….. Sini gabung……… (teriak)
102.   Siska              :Dit, kita cari tempat lain saja
103.   Adit                 :Maaf ya Satria….
104.   Satria              :Ya, tidak apa-apa……(suara langkah kaki menjauh)
_____________________________________________________________________________
105.   Narator       :Setelah gagal mendekati Siska di kantin, Beberapa hari kemudian, Satria pun
                          berinisiatif menemui Siska di ruangan kuliahnya.
106.   Satria              :Siska, bisa bicara sebentar?
107.   Siska              :Memangnya ada apa? (nada ketus)
108.   Satria              :Begini Sis, saya mau menyakan sesuatu yang penting.
109.   Siska              :Sorry, saya tidak punya waktu (nada ketus, berlalu meninggakan Satria)
110.   Narator            :Satria tidak putus asa dengan perlakuan Siska, dia pun beranjak untuk menemui
                         Adit dan meminta bantuannya seperti saran Dodi, namun baru saja ia berdiri, tiba-           
                         tiba Adit yang baru keluar dari ruangan sudah berada tepat didepannya.
111.   Adit                 :Hai Satria, kok tumben ada di sini?
112.   Satria              :Iya nich Dit, saya mau bicara dengan Siska, tapi kok responnya seperti itu?
113.   Adit                 :O,itu masalahnya… memang dia tidak mudah bicara dengan orang yang baru
                         dikenal. Ya udah, kamu tunggu di sini saya masuk panggilkan dia dulu. (langkah
                         kaki/ fade out.
114.   Siska              :(Langkah kaki/fade in dan berhenti). Ada apa Satria?
115.   Adit                 :O,ya saya baru ingat, tadi ada janji sama Dodi, Tidak apa-apa kan saya tinggal
                         dulu. (Langkah kaki berlalu/ fade out)
116.   Satria&Siska    :Iya tidak apa-apa
117.   Satria              :Begini Sis, sebenarnya saya mau bertanya, kamu kenal tidak dengan Reza?
                         (Sound menegangkan)
118.   Siska              :Re…re….Reza??? Kamu? Kenapa kamu menenyakan itu?
119.   Satria              :Reza itu adalah kakak kandung saya…. (sound menegangkan)
120.   Siska              :Apa????!!!! Jadi selama ini…. kamu?
121.   Satria              :Saya di sini untuk menguak bagaimana kronologis kematiannya yang
                         mencurigakan itu… Saya yakin pasti ada yang memang berniat membunuhnya. Itu
                        yang ingin saya ketahui.
122.   Siska              :Tapi, apa hubungannya dengan saya?
123.   Satria              :Kamu ada di kamera video yang kakak saya pegang waktu itu.
124.   Siska              :Jadi, kamu menuduh saya pembunuhnya?
125.   Satria              :Sebenarnya saya yakin bukan kamu. Tapi.. kenapa kamu ada di situ?
126.   Siska              :Waktu itu ketika kami masih maba, Reza dan Adit sering menceritakan tentang
                         suatu tempat di mana mereka sering mendapat inspirasi. Saya penasaran dengan
                         tempat itu. Hingga suatu saat, ketika saya mencari Reza dan menayakannnya
                         kepada Adit. Ia menjawab Reza ada di loteng. Saya pun bergegas ke tempat            
                         yang telah membuatku penasaran itu. Tapi hal yang sangat tidak terduga itu terjadi 
                         (mulai terisak) ketika saya memanggilnya yang sedang di pinggir loteng, ternyata ia                           
                          kaget dan sempat menoleh ke arahku sebelum kakinya terpeleset. Akhirnya, dia
                           terjatuh (hikz..hikz….hikz….)
127.   Narator            :Siska tidak mampu lagi membendung air matanya. Ia pun segera berlari
                         meninggalkan Satria yang masih terpaku di tempatnya, Dia terhenyak setelah 
                         mendengar cerita Siska. Tanpa pikir panjang, Ia segera mencari Adit. Setelah
                         mencarinya di kantin, kelas loteng dan tempat lainnya, Satria tidak juga
                         menemukan Adit. Akhirnya, ia berinisiatif kembali ke asrama dan menuju kamar
                         Adit. Di kamar itu pun Adit tidak ada, dengan raut wajah kecewa Satria sudah
                         memutuskan untuk kembali tapi sebelum pintu itu rapat, mata Satria tertuju pada
                         sebuah kemeja yang tergantung di samping lemari Adit. Ia merasa tidak asing
                         dengan kemeja itu. Sesaat kemudian Ia pun teringat bahwa kemeja yang sekarang
                         tepat berada di depan matanya itu juga tertangkap kamera video kakaknya. Ia pun
                         bergetar, berusaha menampik pikiran buruk yang sedang bersarang di kepalanya.
                         Diambilnya kemeja itu kemudian meninggalkan kamar itu.
______________________________________________________________________________
128.   Narator            :Kini malam kian larut (suara jangkrik), namun Satria masih sibuk dengan
                         kegelisahan yang menderanya. Setelah berdebat dengan pemikirannya sendiri
                         akhirnya Ia sudah yakin dengan hasil analisisnya. Dodi yang sedari tadi ternyata
                         memperhatikannya tidak membuang waktu lagi ia pun segera memulai
                         pembicaraan
129.   Dodi                :(Suara jangkrik). Satria, kamu kenapa? Tampaknya selama di sini baru kali ini
                         saya melihatmu segelisah itu. Apa ini ada hubungannya dengan penyelidikanmu?
130.   Satria              :Dodi, sebenarnya saya sudah menemukan satu titik terang tentang siapa
                         pembunuhnya… (sound menegangkan)
131.   Dodi                :Siapa? Siapa Satria? Siapa pembunuhnya? (nada mendesak)
132.   Satria              :Satu nama yang tak asing.
133.   Dodi                :Maksud kamu?
134.   Satria              :Dodi, kamu tidak usah tahu sekarang. Besok, setelah perkuliahan usai tolong
                         kamu minta Adit dan Siska  juga ke loteng. Kita akan mendengarkan sebuah
                          pengakuan. Kamu mengerti?
135.   Dodi                :Iya, Sat…. Baiklah saya akan memberi tahu mereka sebelum perkuliahan mulai.
136.   Narator            :Keesokan harinya dengan wajah penasaran Adit, Siska dan Dodi pun sudah
                         menunggu di loteng. Akhirnya Satria muncul juga. Tak seperti biasanya, kali
                        ini Satria mengenakan sebuah tas ransel
137.   Adit                 : Ada apa, Sat? Kenapa kami diminta ke sini?
138.   Satria              :(Sambil mengeluarkan sebuah kemeja dari tas ranselnya). Adit, kamu kenal
                         kemeja ini?
139.   Adit                 :(Sambil tertawa) he..he… kamu apa-apaan sich Sat? Itu kan kemejaku… Tapi
                         kenapa ada padamu?
140.   Satria              :Kalau kamera ini?
141.   Adit                 :Ka…ka…kamera itu… (menunjuk kamera) Kenapa juga ada padamu? Ada apa
                         ini Satria? (nada marah) Sepertinya ada yang tidak beres…..!
142.   Satria              :Kamu yang tidak beres !!! (sambil melempar kemeja itu)
143.   Adit                 :Maksud kamu apa???
144.   Satria              :Kamera ini adalah milik kakakku, Reza…. (Sound menegangkan)
145.   Adit                 :Apa???? Jadi kamu??? (nada ketakutan)
146.   Satria              :Sekarang kamu jelaskan, kenapa kamu ada di belakang Siska saat kakakku 
                         terjatuh?
147.   Adit                 :Saat itu saya ingin mengambil gambar juga bersama Reza, tapi saya lupa
                         membawa kamera jadi saya turun sebentar untuk mengambilnya, kebetulan di
                         bawah saya bertemu Siska yang sedang mencari Reza, Jadi saya menyuruh dia
                          ke sini…
148.   Satria              :Bohong!!!! Dalam kamera ini tampak kameramu sudah ada di dekat pintu itu.
                         supaya kamu dapat memastikan Siska sampai di sini dan mengagetkan Reza
                         hingga terjatuh. Kamu sudah tahu kan, Reza akan berada di pinggir loteng ini
                         karena             hanya dari situ angle terbaik untuk mengambil gambar terbenamnya
                         matahari, yang sudah lama videonya  diinginkannya. Kamu juga tahu bahwa
                         Siska sangat ingin ke tempat ini, makanya dia kamu manfaatkan. Ia kan?           
149.   Adit                 :(Tersungkur dan menceritakan semuanya). Ia, analisamu sangat tepat. Saya pikir
                        kasus ini tidak akan terkuak dan saya bisa mengubur cerita ini. Namun, ternyata
                        Reza yang pintar itu juga memiliki adik yang cerdik. Itulah sebenarnya yang
                        membuatku merencanakan pembunuhan ini. Meskipun Reza itu sahabatku, namun
                       saya sangat iri karena Ia selalu mengguliku dalam segala hal, saya tidak mampu
                       mengalahkan IPK nya, selalu saja beda tipis. Saya memanfaatkan Siska untuk
                       mengesankan jatuhnya benar-benar murni kecelakaan hanya karena kaget ketika
                       dipanggil oleh Siska padahal sebenarnya sudah lama saya menginginkan
                       kematiannya supaya tidak ada lagi yang menyaingiku. Saya bosan diolok-olok tidak
                        bisa mengalahkan Reza. Termasuk persaingan mendapatkan beasiswa bergengsi
                        waktu itu. Ia tetap mengalahkanku. Akhirnya saya terpaksa saya mengorbankan
                        persahabatan demi ego. Hingga menempuh jalan pintas ini supaya bisa
                        unggul sendiri. Tapi ternyata saya salah, kematian Reza tidak membuat prestasiku
                        naik. Saya tidak bisa memaafkan diriku sendiri...... Saya Menyesal……………….
150.   Narator            :Akhirnya mereka tidak dapat berkata apa-apa lagi…. Mereka hanya diam
                         mematung  menyaksikan Adit segera digiring oleh polisi. (Suara serine mobil polisi)

____________________________________THE END______________________________________

d'SwEEt piNk