Sinopsis Cerita
“SATU NAMA YANG TAK ASING”
Satu semester telah berlalu, namun sejak diterima
di Universitas Internasional ini, Dodi baru mendapatkan teman sekamar. Dia
adalah Satria, mahasiswa pindahan dari luar kota yang membawa misi terselubung.
Seiring dengan berjalannya waktu Satria juga telah
mengenal Siska, gadis yang terekam dalam kamera video kakaknya sesaat sebelum
terbunuh. Sebagai saksi kunci, Satria selalu berusaha mendekati gadis itu untuk
mendapatkan informasi namun Ia sangat tertutup.
Sedikit demi sedikit bukti-bukti mengenai
pembunuhan itu mulai terkuak. Siapakah sebenarnya pembunuh itu? Siapakah nama
yang tak asing itu?
Pemeran, Tokoh dan Karakternya
1.
Akbar
Wahyudi sebagai Satria, 19 Tahun.
Satria adalah seorang
adik yang berjiwa detektif. Dia ingin mengusut kasus pembunuhan terhadap
kakaknya yang telah ditutup oleh polisi. Satria mempunyai daya analisis yang
tajam, cerdas, dan mudah bergaul
2.
Muh. Ihsan
sebagai Dodi, 19 Tahun.
Dodi adalah teman
sekamar Satria yang merahasiakan dan membantu dalam menyelesaikan misi. Dia penyayang
binatang, melankolis, introvert dan mudah menolong tapi kadang lambat dalam
mengingat sesuatu.
3.
Hamid Abu
Bakar sebagai Adit, 20 Tahun
Adit adalah sahabat
Dodi dan Reza yang telah dibunuhnya. Dia mudah bergaul tapi egois dan
berkemauan kuat.
4.
Muthiah
Ahmad sebagai Siska, 20 Tahun
Siska adalah sahabat
Reza sekaligus saksi kunci dalam pembunuhan itu. Dia gadis yang pendiam,
introvert, tidak mudah bergaul.
5.
Nahdatunnisa
Asry sebagai Script Writer dan Narator.
DIALOG
01.
Narator :Pada suatu sore, seseorang sedang
mendengarkan musik jazz sambil
mengelus-elus ularnya di dalam kamar (ular mendesis). Tiba-tiba pintu
diketuk oleh seseorang (pintu diketuk). Dodi pun panik, dan segera
memasukkan ularnya ke dalam keranjang.
mengelus-elus ularnya di dalam kamar (ular mendesis). Tiba-tiba pintu
diketuk oleh seseorang (pintu diketuk). Dodi pun panik, dan segera
memasukkan ularnya ke dalam keranjang.
02.
Dodi :(pintu dibuka) Siapa?
03.
Satria :Hai, kamu Dodi kan?
Perkenalkan. Saya Satria, teman sekamar kamu.
04.
Dodi :O, kamu mahasiswa baru? (pintu
ditutup).
05.
Satria :Iya, saya mahasiswa baru
pindahan dari luar kota. Ngomong-ngomong, apa
kamu bisa menemani saya melihat-lihat keadaaan di asrama ini?
kamu bisa menemani saya melihat-lihat keadaaan di asrama ini?
06.
Dodi :Boleh-boleh. Yuk…(pintu
ditutup)
07.
Narator :Mereka lalu keluar kamar. Dodi pun
menjelaskan keadaan di asrama itu.
08.
Dodi :(langkah kaki) Satria, salah
satu peraturan di sini itu tidak boleh memelihara
hewan.
hewan.
09.
Satria :O, begitu…
10.
Narator :Setelah melihat-lihat suasana
asrama mereka pun kembali ke kamar. Sambil
berkeliling tiba-tiba Satria mendengar suara desisan ular. Hal itu langsung
membuat Dodi pucat pasi dan salah tingkah. (suara langkah kaki yang terhenti
dan suara desisan ular)
berkeliling tiba-tiba Satria mendengar suara desisan ular. Hal itu langsung
membuat Dodi pucat pasi dan salah tingkah. (suara langkah kaki yang terhenti
dan suara desisan ular)
11.
Satria :Sepertinya bukan hanya kita
yang ada di ruangan ini….
12.
Dodi :Maksud kamu?
13.
Satria :Tadi kan kamu bilang kalau
salah satu peraturan di sini itu tidak boleh
memelihara binatang, tapi sepertinya kamu telah melanggar.
memelihara binatang, tapi sepertinya kamu telah melanggar.
14.
Dodi :Tahu dari mana?
15.
Satria :Tadi waktu saya di dekat meja
itu sepertinya ada suara desisan ular.
16.
Dodi :Sebenarnya saya kesepian
karena tidak ada yang menemaniku di kamar ini. Jadi
kuputuskan memelihara ular ini (sambil beranjak mengambil ular lalu
membelainya dan ular itupun mendesis). Ini adalah hobby saya. Karena kamu
sudah mengetahuinya, saya harap kamu dapat dipercaya.
kuputuskan memelihara ular ini (sambil beranjak mengambil ular lalu
membelainya dan ular itupun mendesis). Ini adalah hobby saya. Karena kamu
sudah mengetahuinya, saya harap kamu dapat dipercaya.
17.
Satria :Ock, saya bisa merahasiakannya
dengan syarat kamu harus membantuku dalam
sebuah misi
sebuah misi
18.
Dodi :Misi apa? (bingung)
19.
Satria :Sebenarnya tujuan saya pindah
ke sini untuk mengungkap siapa sebenarnya
pembunuh kakak saya dua tahun lalu. Kasusnya itu sudah ditutup oleh polisi. Tapi
saya tidak bisa tinggal diam dengan keputusan itu, makanya saya akan berusaha
sendiri. (sound menegangkan)
pembunuh kakak saya dua tahun lalu. Kasusnya itu sudah ditutup oleh polisi. Tapi
saya tidak bisa tinggal diam dengan keputusan itu, makanya saya akan berusaha
sendiri. (sound menegangkan)
20.
Dodi :Jadi kamu?
21.
Satria :Iya, saya harap kita dapat
bekerja sama dengan baik.
22.
Narator :Setelah bersepakat mereka akhirnya
larut dalam kesibukan masing-masing.
______________________________________________________________________________
23.
Narator :(Suara kicauan burung) Keesokan
harinya, di kampus. Setelah peruliahan selesai
mereka bergegas ke kantin.
mereka bergegas ke kantin.
24.
Satria :(Langkah kaki meninggalkan
ruanagn) Dodi, mau ke mana? Lapar nich…
25.
Dodi :Ya sudah, kita ke kantin saja
Sat
26.
Narator :Sesampai mereka di kantin ternyata
tanpa sengaja Dodi melihat Adit yang
sedang menyantap makanannya.
sedang menyantap makanannya.
27.
Dodi :(suara kantin yang gaduh) Hai
Adit…
28.
Adit :Hai Dodi, sini gabung
29.
Dodi :(Langkah kaki mendekat dan
kursi bergeser) Dit, perkenalkan ini Satria teman
seruangan sekaligus teman sekamar saya yang baru. Dia pindahan dari luar kota.
seruangan sekaligus teman sekamar saya yang baru. Dia pindahan dari luar kota.
30.
Adit :O, jadi sekarang sudah punya
teman sekamar?
31.
Dodi : Satria, ini Adit. Dia senior
sekaligus sahabat saya.
32.
Adit :Salam kenal, semoga kita
dapat menjadi sahabat juga.
33.
Satria :Semoga
34.
Dodi :Sat, katanya kamu lapar, mau
makan apa?
35.
Satria :O,iya ya Dod, karena keasyikan
ngobol jadi lupa pesan makanan.
______________________________________________________________________________
36.
Narator :Seiring dengan berjalannya waktu,
kini Satria, Dodi dan Adit pun telah akrab.
Suatu malam di kamar Dodi, Satria membeberkan semuanya.
Suatu malam di kamar Dodi, Satria membeberkan semuanya.
37.
Satria :(Suara jangkrik) Dod, kita
sudah berteman selama beberapa bulan, sekarang
saya akan menceritakan sesuatu sama kamu.
saya akan menceritakan sesuatu sama kamu.
38.
Dodi :Cerita apa?
39.
Satria :Tentang kematian kakak saya
yang tak wajar. Saya yakin pasti ada seseorang
yang sudah berencana membunuhnya. (sound menegangkan)
yang sudah berencana membunuhnya. (sound menegangkan)
40.
Dodi :Kenapa kamu berkata seperti
itu?
41.
Satria :Sejak polisi menutup kasus itu,
saya terus berusaha mencari pembuktian. Suatu
ketika saya membuka handycam kesayangnnya. Di situ saya melihat seorang
yang ada di tempat kejadian itu. Saya ingin mencari dia.
ketika saya membuka handycam kesayangnnya. Di situ saya melihat seorang
yang ada di tempat kejadian itu. Saya ingin mencari dia.
42.
Dodi :Dia siapa? Pembunuhannya di
mana? Memangnya kamu yakin dya masih di sini?
43.
Satria :Tenang dong, pertanyaannya
satu-satu…..
44.
Dodi :Makanya cepetan ceritanya.
45.
Satria :Dia itu seorang cewek yang
tingginya 160 cm. Berambut ikal dan panjangnya
sebahu. Waktu itu dia mengenakan kalung dengan huruf S.
sebahu. Waktu itu dia mengenakan kalung dengan huruf S.
46.
Dodi :Terus, di mana terjadinya?
47.
Satria :Kakakku terjatuh dari lantai
tujuh gedung perkuliahan kita.
48.
Narator :Dodi, terperangah seola-olah tidak
percaya dengan apa yang baru saja
didengarnya. Suasana pun hening
didengarnya. Suasana pun hening
______________________________________________________________________________
49.
Narator :Percakapan semalam masih
menyisakan tanda Tanya dalam hati Dodi hingga
pagi pun kembali menyapa mereka. (Suara ayam berkokok), (Suara mahasiswa
yang gaduh sedang menunggu dosen)
pagi pun kembali menyapa mereka. (Suara ayam berkokok), (Suara mahasiswa
yang gaduh sedang menunggu dosen)
50.
Dodi :Bosan nich di ruangan, kita
nunggu dosennya di luar saja.
51.
Satria :Ya sudah kalau begitu, yuk….
52.
Narator :Mereka pun berjalan keluar sambil
bercanda, tiba-tiba terdengar suara seseorang
yang memanggil Dodi.
yang memanggil Dodi.
53.
Siska :(Berlari mendekat) Dodi….
(Teriak)
54.
Dodi :Kenapa Siska? Sepertinya ada
yang penting?
55.
Siska :Iya, nich saya lagi mencari
Adit, kamu lihat tidak?
56.
Dodi :Adit…(berpikir)
57.
Siska :Iya, Adit…..(menegaskan)
58.
Dodi :Sepertinya, tadi saya melihat
dia berjalan menuju loteng dech..
59.
Siska :O,iya ya itu kan tempat
tongkrongannya dia, oke dech saya langsung ke sana
(suara berjalan/fade out).
(suara berjalan/fade out).
60.
Satria :Siapa tadi?
61.
Dodi :Sorry Sat, tadi saya lupa
perkenalkan. Dia itu teman seruangannya Adit
62.
Narator :Satria tampak sedang berusaha
mengingat-ingat sesuatu,
63.
Satria :Sepertinya saya pernah melihat
gadis itu, tapi di mana ya? (dalam hati)
Memangnya gadis tadi akrab dengan
Adit ya?
64.
Dodi :Setahu saya mereka cukup
akrab, memangnya kenapa?
65.
Satria :Kamu ingat tidak gadis yang
kuceritakan semalam?
66.
Dodi :Yang mana ya?
67.
Satria :Itu lho, gadis yang ada di dalam
kameranya kakakku…
68.
Dodi :O,itu.. memangnya kenapa?
69.
Satria :Sepertinya dia mirip dengan
gadis tadi…
70.
Dodi :Jadi, ternyata Siska
yang…(dipotong)
71.
Satria :Belum tentu juga sich, dia
orangnya tapi boleh dong kamu mengenalkan saya
dengannya….
dengannya….
72.
Dodi :Ya sudah, sekarang saja kita
menyusul ke sana..
73.
Satria :Tapi dosennya?
74.
Dodi :Kayaknya bapak tidak masuk.
Waktunya juga sudah lewat.
75.
Narator ;Mereka segera menuju loteng. Di
lantai tujuh itu pemandangan sangat indah.
Di sana Satria pun berkenalan dengan Siska.
Di sana Satria pun berkenalan dengan Siska.
76.
Adit :Loh, tumben kalian ke sini?
77.
Dodi :Tahu nich Si Satria
78.
Adit :Ada apa Sat?
79.
Satria :Tidak ada apa-apa kok, cuma
mau…
80.
Dodi :Mau kenalan sama Siska tuch……
81.
Adit :O, bilang kek dari tadi……
Satria, ini Siska… Siska, ini Satria, pindahan dari luar
kota, dia teman seruangan Dodi .
kota, dia teman seruangan Dodi .
82.
Dodi :Dia juga teman sekamarku.
83.
Satria :Hai, Sis.. (mengulurkan tangan)
84.
Siska :Hai. (nada ketus)
85.
Satria :O,iya
kalian buat apa di sini? Boleh gabung tidak?
86.
Adit ;Boleh saja, di sini kami
sering mengambil gambar.
87.
Satria :O,kalian senang fotografi?
88.
Adit :Iya, sudah lama saya hobby
memotret.
______________________________________________________________________________
89.
Narator :Setelah aktivitas di kampus usai,
mereka pun kembali ke asrama.
90.
Dodi :(Suara pintu dibuka) Sorry
Sat, kalau perkenalannya tadi kurang bersahabat,
memang Siska orangnya seperti itu.
memang Siska orangnya seperti itu.
91.
Satria :Seperti apa maksudmu?
92.
Dodi :Dia itu orangnya tertutup,
kurang suka sama orang baru, jadi tidak heran tadi dia
lebih banyak diam. O,iya, jadi bagaimana dengan gadis yang dalam kamera itu?
lebih banyak diam. O,iya, jadi bagaimana dengan gadis yang dalam kamera itu?
93.
Satria :Saya sudah yakin, gadis itu
pasti Siska, ya tidak salah lagi…..
94.
Dodi :Kenapa kamu bisa seyakin itu?
95.
Satria :Karena ternyata dia masih
mengenakan kalung itu, kalung berhuruf S persis
sama dengan yang dia gunakan waktu itu. (sound menegangkan)
sama dengan yang dia gunakan waktu itu. (sound menegangkan)
96.
Dodi :Jadi apa rencana kamu
selanjutnya?
97.
Satria :Saya akan berusaha mendapatkan
informasi dari dia. Tapi bagaimana caranya?
98.
Dodi :Begini, Siska kan sering
bersama Adit, nach kamu minta tolong sama Adit saja..
99.
Satria :Saran yang cukup bagus.
______________________________________________________________________________
100.
Narator :Suatu
hari ketika Satria sedang makan di kantin, tiba-tiba ekor matanya
menangkap sosok yang dikenalinya. Ia pun berteriak memanggilnya.
menangkap sosok yang dikenalinya. Ia pun berteriak memanggilnya.
101.
Satria :(Suara gaduh di kantin). Adit,
Siska………….. Sini gabung……… (teriak)
102.
Siska :Dit, kita cari tempat lain saja
103.
Adit :Maaf ya Satria….
104.
Satria :Ya, tidak apa-apa……(suara langkah
kaki menjauh)
_____________________________________________________________________________
105.
Narator :Setelah gagal mendekati Siska di
kantin, Beberapa hari kemudian, Satria pun
berinisiatif menemui Siska di ruangan kuliahnya.
berinisiatif menemui Siska di ruangan kuliahnya.
106.
Satria :Siska, bisa bicara sebentar?
107.
Siska :Memangnya ada apa? (nada ketus)
108.
Satria :Begini Sis, saya mau menyakan
sesuatu yang penting.
109.
Siska :Sorry, saya tidak punya waktu
(nada ketus, berlalu meninggakan Satria)
110.
Narator :Satria tidak putus asa dengan
perlakuan Siska, dia pun beranjak untuk menemui
Adit dan meminta bantuannya seperti saran Dodi, namun baru saja ia berdiri, tiba-
tiba Adit yang baru keluar dari ruangan sudah berada tepat didepannya.
Adit dan meminta bantuannya seperti saran Dodi, namun baru saja ia berdiri, tiba-
tiba Adit yang baru keluar dari ruangan sudah berada tepat didepannya.
111.
Adit :Hai Satria, kok tumben ada di
sini?
112.
Satria :Iya nich Dit, saya mau bicara
dengan Siska, tapi kok responnya seperti itu?
113.
Adit :O,itu masalahnya… memang dia
tidak mudah bicara dengan orang yang baru
dikenal. Ya udah, kamu tunggu di sini saya masuk panggilkan dia dulu. (langkah
kaki/ fade out.
dikenal. Ya udah, kamu tunggu di sini saya masuk panggilkan dia dulu. (langkah
kaki/ fade out.
114.
Siska :(Langkah kaki/fade in dan
berhenti). Ada apa Satria?
115.
Adit :O,ya saya baru ingat, tadi ada
janji sama Dodi, Tidak apa-apa kan saya tinggal
dulu. (Langkah kaki berlalu/ fade out)
dulu. (Langkah kaki berlalu/ fade out)
116.
Satria&Siska :Iya tidak apa-apa
117.
Satria :Begini Sis, sebenarnya saya mau
bertanya, kamu kenal tidak dengan Reza?
(Sound menegangkan)
(Sound menegangkan)
118.
Siska :Re…re….Reza??? Kamu? Kenapa kamu
menenyakan itu?
119.
Satria :Reza itu adalah kakak kandung
saya…. (sound menegangkan)
120.
Siska :Apa????!!!! Jadi selama ini….
kamu?
121.
Satria :Saya di sini untuk menguak
bagaimana kronologis kematiannya yang
mencurigakan itu… Saya yakin pasti ada yang memang berniat membunuhnya. Itu
yang ingin saya ketahui.
mencurigakan itu… Saya yakin pasti ada yang memang berniat membunuhnya. Itu
yang ingin saya ketahui.
122.
Siska :Tapi, apa hubungannya dengan
saya?
123.
Satria :Kamu ada di kamera video yang
kakak saya pegang waktu itu.
124.
Siska :Jadi, kamu menuduh saya
pembunuhnya?
125.
Satria :Sebenarnya saya yakin bukan kamu.
Tapi.. kenapa kamu ada di situ?
126.
Siska :Waktu itu ketika kami masih maba,
Reza dan Adit sering menceritakan tentang
suatu tempat di mana mereka sering mendapat inspirasi. Saya penasaran dengan
tempat itu. Hingga suatu saat, ketika saya mencari Reza dan menayakannnya
kepada Adit. Ia menjawab Reza ada di loteng. Saya pun bergegas ke tempat
yang telah membuatku penasaran itu. Tapi hal yang sangat tidak terduga itu terjadi
(mulai terisak) ketika saya memanggilnya yang sedang di pinggir loteng, ternyata ia
kaget dan sempat menoleh ke arahku sebelum kakinya terpeleset. Akhirnya, dia
terjatuh (hikz..hikz….hikz….)
suatu tempat di mana mereka sering mendapat inspirasi. Saya penasaran dengan
tempat itu. Hingga suatu saat, ketika saya mencari Reza dan menayakannnya
kepada Adit. Ia menjawab Reza ada di loteng. Saya pun bergegas ke tempat
yang telah membuatku penasaran itu. Tapi hal yang sangat tidak terduga itu terjadi
(mulai terisak) ketika saya memanggilnya yang sedang di pinggir loteng, ternyata ia
kaget dan sempat menoleh ke arahku sebelum kakinya terpeleset. Akhirnya, dia
terjatuh (hikz..hikz….hikz….)
127.
Narator :Siska tidak mampu lagi membendung
air matanya. Ia pun segera berlari
meninggalkan Satria yang masih terpaku di tempatnya, Dia terhenyak setelah
mendengar cerita Siska. Tanpa pikir panjang, Ia segera mencari Adit. Setelah
mencarinya di kantin, kelas loteng dan tempat lainnya, Satria tidak juga
menemukan Adit. Akhirnya, ia berinisiatif kembali ke asrama dan menuju kamar
Adit. Di kamar itu pun Adit tidak ada, dengan raut wajah kecewa Satria sudah
memutuskan untuk kembali tapi sebelum pintu itu rapat, mata Satria tertuju pada
sebuah kemeja yang tergantung di samping lemari Adit. Ia merasa tidak asing
dengan kemeja itu. Sesaat kemudian Ia pun teringat bahwa kemeja yang sekarang
tepat berada di depan matanya itu juga tertangkap kamera video kakaknya. Ia pun
bergetar, berusaha menampik pikiran buruk yang sedang bersarang di kepalanya.
Diambilnya kemeja itu kemudian meninggalkan kamar itu.
meninggalkan Satria yang masih terpaku di tempatnya, Dia terhenyak setelah
mendengar cerita Siska. Tanpa pikir panjang, Ia segera mencari Adit. Setelah
mencarinya di kantin, kelas loteng dan tempat lainnya, Satria tidak juga
menemukan Adit. Akhirnya, ia berinisiatif kembali ke asrama dan menuju kamar
Adit. Di kamar itu pun Adit tidak ada, dengan raut wajah kecewa Satria sudah
memutuskan untuk kembali tapi sebelum pintu itu rapat, mata Satria tertuju pada
sebuah kemeja yang tergantung di samping lemari Adit. Ia merasa tidak asing
dengan kemeja itu. Sesaat kemudian Ia pun teringat bahwa kemeja yang sekarang
tepat berada di depan matanya itu juga tertangkap kamera video kakaknya. Ia pun
bergetar, berusaha menampik pikiran buruk yang sedang bersarang di kepalanya.
Diambilnya kemeja itu kemudian meninggalkan kamar itu.
______________________________________________________________________________
128.
Narator :Kini malam kian larut (suara
jangkrik), namun Satria masih sibuk dengan
kegelisahan yang menderanya. Setelah berdebat dengan pemikirannya sendiri
akhirnya Ia sudah yakin dengan hasil analisisnya. Dodi yang sedari tadi ternyata
memperhatikannya tidak membuang waktu lagi ia pun segera memulai
pembicaraan
kegelisahan yang menderanya. Setelah berdebat dengan pemikirannya sendiri
akhirnya Ia sudah yakin dengan hasil analisisnya. Dodi yang sedari tadi ternyata
memperhatikannya tidak membuang waktu lagi ia pun segera memulai
pembicaraan
129.
Dodi :(Suara jangkrik). Satria, kamu
kenapa? Tampaknya selama di sini baru kali ini
saya melihatmu segelisah itu. Apa ini ada hubungannya dengan penyelidikanmu?
saya melihatmu segelisah itu. Apa ini ada hubungannya dengan penyelidikanmu?
130.
Satria :Dodi, sebenarnya saya sudah
menemukan satu titik terang tentang siapa
pembunuhnya… (sound menegangkan)
pembunuhnya… (sound menegangkan)
131.
Dodi :Siapa? Siapa Satria? Siapa
pembunuhnya? (nada mendesak)
132.
Satria :Satu nama yang tak asing.
133.
Dodi :Maksud kamu?
134.
Satria :Dodi, kamu tidak usah tahu
sekarang. Besok, setelah perkuliahan usai tolong
kamu minta Adit dan Siska juga ke loteng. Kita akan mendengarkan sebuah
pengakuan. Kamu mengerti?
kamu minta Adit dan Siska juga ke loteng. Kita akan mendengarkan sebuah
pengakuan. Kamu mengerti?
135.
Dodi :Iya, Sat…. Baiklah saya akan
memberi tahu mereka sebelum perkuliahan mulai.
136.
Narator :Keesokan harinya dengan wajah
penasaran Adit, Siska dan Dodi pun sudah
menunggu di loteng. Akhirnya Satria muncul juga. Tak seperti biasanya, kali
ini Satria mengenakan sebuah tas ransel
menunggu di loteng. Akhirnya Satria muncul juga. Tak seperti biasanya, kali
ini Satria mengenakan sebuah tas ransel
137.
Adit : Ada apa, Sat? Kenapa kami
diminta ke sini?
138.
Satria :(Sambil mengeluarkan sebuah
kemeja dari tas ranselnya). Adit, kamu kenal
kemeja ini?
kemeja ini?
139.
Adit :(Sambil tertawa) he..he… kamu
apa-apaan sich Sat? Itu kan kemejaku… Tapi
kenapa ada padamu?
kenapa ada padamu?
140.
Satria :Kalau kamera ini?
141.
Adit :Ka…ka…kamera itu… (menunjuk
kamera) Kenapa juga ada padamu? Ada apa
ini Satria? (nada marah) Sepertinya ada yang tidak beres…..!
ini Satria? (nada marah) Sepertinya ada yang tidak beres…..!
142.
Satria :Kamu yang tidak beres !!! (sambil
melempar kemeja itu)
143.
Adit :Maksud kamu apa???
144.
Satria :Kamera ini adalah milik kakakku,
Reza…. (Sound menegangkan)
145.
Adit :Apa???? Jadi kamu??? (nada
ketakutan)
146.
Satria :Sekarang kamu jelaskan, kenapa
kamu ada di belakang Siska saat kakakku
terjatuh?
terjatuh?
147.
Adit :Saat itu saya ingin mengambil
gambar juga bersama Reza, tapi saya lupa
membawa kamera jadi saya turun sebentar untuk mengambilnya, kebetulan di
bawah saya bertemu Siska yang sedang mencari Reza, Jadi saya menyuruh dia
ke sini…
membawa kamera jadi saya turun sebentar untuk mengambilnya, kebetulan di
bawah saya bertemu Siska yang sedang mencari Reza, Jadi saya menyuruh dia
ke sini…
148.
Satria :Bohong!!!! Dalam kamera ini
tampak kameramu sudah ada di dekat pintu itu.
supaya kamu dapat memastikan Siska sampai di sini dan mengagetkan Reza
hingga terjatuh. Kamu sudah tahu kan, Reza akan berada di pinggir loteng ini
karena hanya dari situ angle terbaik untuk mengambil gambar terbenamnya
matahari, yang sudah lama videonya diinginkannya. Kamu juga tahu bahwa
Siska sangat ingin ke tempat ini, makanya dia kamu manfaatkan. Ia kan?
supaya kamu dapat memastikan Siska sampai di sini dan mengagetkan Reza
hingga terjatuh. Kamu sudah tahu kan, Reza akan berada di pinggir loteng ini
karena hanya dari situ angle terbaik untuk mengambil gambar terbenamnya
matahari, yang sudah lama videonya diinginkannya. Kamu juga tahu bahwa
Siska sangat ingin ke tempat ini, makanya dia kamu manfaatkan. Ia kan?
149.
Adit :(Tersungkur dan menceritakan
semuanya). Ia, analisamu sangat tepat. Saya pikir
kasus ini tidak akan terkuak dan saya bisa mengubur cerita ini. Namun, ternyata
Reza yang pintar itu juga memiliki adik yang cerdik. Itulah sebenarnya yang
membuatku merencanakan pembunuhan ini. Meskipun Reza itu sahabatku, namun
saya sangat iri karena Ia selalu mengguliku dalam segala hal, saya tidak mampu
mengalahkan IPK nya, selalu saja beda tipis. Saya memanfaatkan Siska untuk
mengesankan jatuhnya benar-benar murni kecelakaan hanya karena kaget ketika
dipanggil oleh Siska padahal sebenarnya sudah lama saya menginginkan
kematiannya supaya tidak ada lagi yang menyaingiku. Saya bosan diolok-olok tidak
bisa mengalahkan Reza. Termasuk persaingan mendapatkan beasiswa bergengsi
waktu itu. Ia tetap mengalahkanku. Akhirnya saya terpaksa saya mengorbankan
persahabatan demi ego. Hingga menempuh jalan pintas ini supaya bisa
unggul sendiri. Tapi ternyata saya salah, kematian Reza tidak membuat prestasiku
naik. Saya tidak bisa memaafkan diriku sendiri...... Saya Menyesal……………….
kasus ini tidak akan terkuak dan saya bisa mengubur cerita ini. Namun, ternyata
Reza yang pintar itu juga memiliki adik yang cerdik. Itulah sebenarnya yang
membuatku merencanakan pembunuhan ini. Meskipun Reza itu sahabatku, namun
saya sangat iri karena Ia selalu mengguliku dalam segala hal, saya tidak mampu
mengalahkan IPK nya, selalu saja beda tipis. Saya memanfaatkan Siska untuk
mengesankan jatuhnya benar-benar murni kecelakaan hanya karena kaget ketika
dipanggil oleh Siska padahal sebenarnya sudah lama saya menginginkan
kematiannya supaya tidak ada lagi yang menyaingiku. Saya bosan diolok-olok tidak
bisa mengalahkan Reza. Termasuk persaingan mendapatkan beasiswa bergengsi
waktu itu. Ia tetap mengalahkanku. Akhirnya saya terpaksa saya mengorbankan
persahabatan demi ego. Hingga menempuh jalan pintas ini supaya bisa
unggul sendiri. Tapi ternyata saya salah, kematian Reza tidak membuat prestasiku
naik. Saya tidak bisa memaafkan diriku sendiri...... Saya Menyesal……………….
150.
Narator :Akhirnya mereka tidak dapat berkata
apa-apa lagi…. Mereka hanya diam
mematung menyaksikan Adit segera digiring oleh polisi. (Suara serine mobil polisi)
mematung menyaksikan Adit segera digiring oleh polisi. (Suara serine mobil polisi)
____________________________________THE
END______________________________________