Friday, July 5, 2013

Makalah Komunikasi Kelompok



BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Para Psikolog sosial juga mengenal mode. Pada tahun 1960-an, tema utama mereka adalah persepsi social. Pada dasawarsa berikutnya, tema ini memudar. Studi tentang pembentukan dan perubahan sikap juga mengalami pasang surut. Pernah menjadi mode sampai tahun 1950-an, memudar pada dasawarsa berikutnya, dan populer lagi pada akhir 1970-an. Begitu pula studi kelompok. Pada tahun 1940-an ketika dunia dilanda perang, kelompok menjadi pusat perhatian. Setelah perang perhatian beralih pada individu, dan ini bertahan sampai pertengahan 1970-an. Akhir 1970-an, minat yang tinggi kembali tumbuh pada studi kelompok, dan - seperti diramalkan Steiner (1974) - menjadi dominan pada pertengashan 1980-an. Para pendidik melihat komunikasi kelompok sebagai metode pendidikan yang efektif. Para manajer menemukan komunikasi kelompok sebagai wadah yang tepat untuk melahirkan gagasan-gagasan yang kreatif. Para psikiater mendapatkan komunikasi kelompok sebagai wahana untuk memperbaharui kesehatan mental. Para ideolog juga menyaksikan komunikasi kelompok sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran politik-ideologis. Minat yang tinggi ini telah memperkaya pengetahuan kita tentang berbgai jenis kelompok dan pengaruh kelompok pada prilaku kita.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah  dipaparkan diatas, maka penulis menarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah pengertian komunikasi kelompok?
2.      Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi keefektifan komunikasi kelompok?
3.      Bagaimana efek atau pengaruh apa yang ditimbulkan dari komunikasi kelompok?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian  Sistem Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, peserta komunikasi lebih dari dua orang, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.
Dan B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005, h. 149) menyatakan komunikasi kelompok terjani ketika tiga orang atau lebih bertatap muka, biasanya di bawah pengarahan seorang pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi satu sama lain. Lebih mendalam ketiga ilmuwan tersebut menjabarkan sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:
1.      Kelompok berkomunikasi melali tatap muka
2.      Kelompok memiliki sedikit partisipan
3.      Kelompok bekerja di bawah arahan seorang pemimpin
4.      Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama
5.      Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain
B.     Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kefektifan Komunikasi Kelompok
Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: a. melaksanakan tugas kelompok, dan b. memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok.
Jalaluddin Rakhmat (2004) meyakini bahwa faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu:
1. Faktor situasional karakteristik kelompok:
a. Ukuran kelompok.
Mengenai berapa jumlah anggota kelompok yang ideal belumlah ada kesepakatan. yang jelas hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi krja kelompok bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Tugas kelompok dapat dibedakan dua macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif. Pada tugas koaktif, masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi secara teroganisasi untuk menghasilkan suatu produk, keputusan, atau penilaian tunggal. Pada kelompok tugas koatif, jumlah anggota berkorelasi positif dengan pelaksanaan tugas. Yakni, makin banyak anggota makin besar jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Misal satu orang dapat memindahkan tong minyak ke satu bak truk dalam 10 jam, maka sepuluh orang dapat memindahkan pekerjaan tersebut dalam satu jam. Tetapi, bila mereka sudah mulai berinteraksi, keluaran secara keseluruhan akan berkurang.
Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memelukan kegiatan konvergen (mencapai suatu pemecahan yang benar), hanya diperlukan kelompok kecil supaya produktif, terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber, keterampilan, dan kemampuan yang terbatas. Bila tugas memerlukan kegiatan yang divergen (seperti memhasilkan gagasan berbagai gagasan kreatif), diperlukan jumlah anggota kelompok yang lebih besar.
Dalam hubungan dengan kepuasan, Hare dan Slater (dalam Rakmat, 2004) menunjukkan bahwa makin besar ukuran kelompok makin berkurang kepuasan anggota-anggotanya. Slater menyarankan lima orang sebagai batas optimal untuk mengatasi masalah hubungan manusia. Kelompok yang lebih dari lima orang cenderung dianggap kacau, dan kegiatannya dianggap menghambur-hamburkan waktu oleh anggota-anggota kelompok.
b. Jaringan komunikasi.
Terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi, diantaranya adalah sebagai berikut: roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang. Dalam hubungan dengan prestasi kelompok, tipe roda menghasilkan produk kelompok tercepat dan terorganisir.
c. Kohesi kelompok.
Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok. McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakmat, 2004) menyarankam bahwa kohesi diukur dari beberapa faktor sebagai berikut: ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain; ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personal.
Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok, makin kohesif kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok. Dalam kelompok yang kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi, sehingga komunikasi menjadi bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Pada kelompok yang kohesifitasnya tinggi, para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka makin mudah melakukan konformitas. Makin kohesif kelompok, makin mudah anggota-anggotanya tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota yang devian.
d. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan kefektifan komunikasi kelompok. Klasifikasi gaya kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh White danLippit (1960). Mereka mengklasifikasikan tiga gaya kepemimpinan: otoriter; demokratis; dan laissez faire. Kepemimpinan otoriter ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya ditentukan oleh pemimpin. Kepemimpinan demokratis menampilkan pemimpin yang mendorong dan membantu anggota kelompok untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan. Kepemimpinan laissez faire memberikan kebebasan penuh bagi kelompok untuk mengambil keputusan individual dengan partisipasi dengan partisipasi pemimpin yang minimal.
2. Faktor personal karakteristik kelompok:
a. Kebutuhan interpersonal
William C. Schultz (1966) merumuskan Teori FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientatation), menurutnya orang menjadi anggota kelompok karena didorong oleh tiga kebutuhan intepersonal sebagai berikut:
1) Ingin masuk menjadi bagian kelompok (inclusion).
2) Ingin mengendalikan orang lain dalam tatanan hierakis (control).
3) Ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain.
b. Tindak komunikasi
Mana kala kelompok bertemu, terjadilah pertukaran informasi. Setiap anggota berusaha menyampaiakan atau menerima informasi (secara verbal maupun nonverbal). Robert Bales (1950) mengembangkan sistem kategori untuk menganalisis tindak komunikasi, yang kemudian dikenal sebagai Interaction Process Analysis (IPA).
c. Peranan
Seperti tindak komunikasi, peranan yang dimainkan oleh anggota kelompok dapat membantu penyelesaian tugas kelompok, memelihara suasana emosional yang lebih baik, atau hanya menampilkan kepentingan individu saja (yang tidak jarang menghambat kemajuan kelompok). Beal, Bohlen, dan audabaugh (dalam Rakhmat, 2004: 171) meyakini peranan-peranan anggota-anggota kelompok terkategorikan sebagai berikut:
1) Peranan Tugas Kelompok. Tugas kelompok adalah memecahkan masalah atau melahirkan gagasan-gagasan baru. Peranan tugas berhubungan dengan upaya memudahkan dan mengkoordinasi kegiatan yang menunjang tercapainya tujuan kelompok.
2) Peranan Pemiliharaan Kelompok. Pemeliharaan kelompok berkenaan dengan usaha-usaha untuk memelihara emosional anggota-anggota kelompok.
3) Peranan individual, berkenaan dengan usahan anggota kelompokuntuk memuaskan kebutuhan individual yang tidak relevan dengan tugas kelompok.
C. Efek atau Pengaruh Kelompok pada Prilaku Komunikasi
1. Konformitas.
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.
2. Fasilitasi sosial.
Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu.
3.      Polarisasi.
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. 

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.
·         Faktor-faktor keefektifan kelompok
1. Faktor situasional karakteristik kelompok:
a. Ukuran kelompok,
b. Jaringan komunikasi,
c. Kohesi kelompok,
d. Kepemimpinan.
 2. Faktor personal karakteristik kelompok:
a. Kebutuhan interpersonal
b. Tindak komunikasi
c. Kohesi kelompok.
·         Efek atau Pengaruh Kelompok pada Prilaku Komunikasi
1. Konformitas.
2. Fasilitasi sosial
3. Polarisasi
B. Saran
Manfaatkanlah sistem komunikasi kelompok secara efektif karena dapat digunakan untuk saling bertukar informasi, menambah pengetahuan, memperteguh sikap dan prilaku, mengembangkan kesehatan jiwa dan dapat meningkatkan kesadaran.


DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, Dr. Arni. 2001. Komunikasi organisasi. Bumi Aksara: Jakarta.
Rakhmat, M.Sc, Drs. Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. PT.Remaja Rosdakarya: Bandung
http://adiprakosa.blogspot.com/2008/07/komunikasi-kelompok.html



















Karakteristik Jurnalistik Radio



A.    Karakteristik Radio Siaran:
a)      Auditif : untuk didengarkan, telinga, untuk dibacakan atau disuarakan.
b)      Radio is the Now : ditinjau dari nilai aktualitas berita, mestinya radio siaran dibandingkan dengan media massa lainnya adalah yang paling aktual.
c)      Imajinatif : Karena hanya indra pendengaran yang digunakan oleh khalayak, dan pesannya pun selintas, maka radio siaran dapat mengajak kounikannya untuk berimajinasi.
d)     Akrab : Sifat radio siaran yang lainnya adalah akrab atau intim.
e)      Gaya Percakapan (Spoken Language). Menggunakan bahasa tutur atau kata-kata yang biasa diucapkan dalam obrolan sehari-hari (spoken words). Kata-kata yang dipilih mesti sama dengan kosakata pendengar biar langsung dimengerti. ”keep it simple, short, and conversational”
f)       Menjaga Mobilitas : Kita jarang mendengarkan acara radio siaran dengan cara duduk dan mendekatjan telinga pada pesawat radio.
g)      Global. Tidak detail, tidak rumit. Angka-angka dibulatkan, fakta-fakta diringkaskan.
h)      Sekilas. Tidak bisa diulang. Karenanya harus jelas, sederhana, dan sekali ucap langsung dimengerti
i)        dan dengan menempatkan iklan pada jam-jam yang tepat bisa menjangkau sasaran iklan yang tepat pula secara efektif dan dengan demikian mengurangi biaya "Cost Per Thousand" dan memperkecil penggunaan space yang sia-sia.
B.     Karakteristik pendengar  radio:
a) Heterogen: Radio memiliki kelompok sasaran yang spesifik. Pada waktu-waktu yang berbeda, bisa menjangkau berbagai kelompok yang berbeda: Ibu rumah tangga, pengendara mobil, anak muda, dll. Setiap station radio punya profil pendengarnya masing-masing.
b) Pribadi: Pendengar punya hubungan ‘satu-dengan-satu' dengan station dan penyiar favoritnya dan karena hubungan yang sangat dekat itu, mereka menjadi lebih terbuka terhadap pesan yang ingin disampaikan klien, radio itu jauh lebih dekat kepada khalayak nya dibandingkan dengan media lain.
c) Aktif: Pendengar aktif dalam menganalisis apa yang didengarkannya di radio meskipun sementara melakukan aktivitas lain dalam waktu yang bersamaan.
d) Selektif: Radio harus bersaing dalam menyajikan program yang paling menarik agar tetap mampu mempertahankan pendengar. Karena, mereka dengan bebas bisa pindah frekuensi untuk mendengarkan program lain sesuai yang diinginkannya.
C. Karakter Berita Radio:
a) Segera dan Cepat: Laporan peristiwa atau opini di radio harus sesegera mungkin disajikan kepada pendengar sebagai bagian dari keoptimalan sifat kesegeraan berita radio.
b) Aktual dan Faktual: Berita radio adalah hasil liputan peristiwa atau opini yang segar dan akurat, sesuai dengan fakta yang sebelumnya tidak diketahui oleh pendengar.
c) Penting bagi Masyarakat Luas: Berita radio memiliki keterkaitan dengan nilai berita yang berlaku dalam kaidah jurnalistik secara umum, dalam melayani kebutuhan publik akan informasi.
d) Relevan dan Berdampak Luas: Khalayak secara umum mendapat manfaat dari penyiaran berita radio sekaligus juga memancing respon dari khalayak.
D. Bentuk Berita Radio:
a) Berita tulis (writing news/ ad libs/sport news), yakni berita pendek yang bersumber pada media lain atau berita yang ditulis ulang. Termasuk liputan reporter dan teksnya diolah kembali.
b) Berita bersisipan (news with insert), yaitu berita yang dilengkapi dengan sisipan nara sumber.
c) News features, berita atau laporan jurnalistik panjang yang lebih bersifat human interest.
d) Live reports, berita langsung dari reporter di lapangan, dengan menggunakan media telepon.
e)   Buletin berita yaitu gabungan beberapa berita dalam satu blok waktu.
f)    Berita interaktif, atau nara sumber, biasa dilakukan dengan wawancara melalui telepon.
E. Penulisan Radio (Radio Writing)
a) Kata-kata yang sederhana
b) Kalau harus menggunakan angka, sebaiknya angka itu dibulatkan
c) Kalimat-kalimat yang lengkap, akurat dan bergaya obrolan.
F. Sumber-Sumber Berita Radio:
a) Sumber primer/langsung, didapatkan dengan menerjunkan langsung reporter untuk melakukan liputan lapangan. Sumber primer ini juga didapatkan dari studio atau redaksi dengan melakukan wawancara langsung melalui telpon atau nara sumber datang langsung ke studio.
b) Sumber sekunder/tidak langsung, didapatkan antara lain dari media cetak, Elektronik, siaran pers, jaringan kantor berita, hingga info dari pendengar.
G. Etika Jurnalistik Radio:
1. Menggali berita dengan cara etis. Cara etis harus ditempuh dalam memperolehberita. Hal -hal seperti kesepakatan antara reporter dengan nara sumber, bagian mana yang layak dimuat dan bagian mana yang dihilangkan, sebaiknya diketahui oleh nara sumber.
2. Tidak menerima sogokan, wartawan bodrek atau wartawan amplop merupakan penyakit bagi independence yang seharusnya dijunjung tinggi oleh jurnalis. Obyektivitas berita dapat terjaga dengan tidak menerima sogokan atau pemberian dalam bentuk apapun.
3. Konsisten pada prinsip keberimbangan dan obyektivitas, dalam jurnalisme  pernyataan sepihak atau pernyataan secara sepotong dapat dikenai delik pidana. Apalagi jika dimaksudkan untuk menguntungkan salah

d'SwEEt piNk