Friday, July 5, 2013

Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi



BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah

Manusia tidak hanya menanggapi atau membuat persepsi tentang orang lain, tetapi juga mempersepsi dirinya sendiri. Setiap manusia menjadi subjek dan objek persepsi sekaligus. Untuk melihat suatu persoalan ini lebih jelas, kita dapat melihat pemikiran Charles H. Cooley. Menurutnya, manusia dapat melakukan hal tersebut karena kita membayangkan diri kita sebagai orang lain. Gejala ini disebutnya looking glass self (diri cermin), yakni seakan-akan kita menaruh cermin di depan kita. Pertama, kita membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain. Kedua, kita membayangkan bagaimana orang menilai penampilan kita. Ketiga, kita mengalami perasaan bangga atau kecewa.
Dengan mengamati diri kita, sampailah kita pada gambaran dan penilaian diri kita yang disebut konsep diri. Walaupun konsep diri merupakan tema utama psikologi Humanistik yang muncul belakangan ini, pembicaraan tentang konsep diri dapat dilacak sampai William James. James membedakan antara “The I”, diri yang sadar dan aktif, dan “The Me”, diri yang menjadi objek renungan kita. Pada Psikologi Social - yakni psikologi social yang berorientasi pada sosiologi - konsep diri dikembangkan oleh Charles Horton Cooley (1864-1929), George Herbert Mead (1863-1931), dan memuncak pada aliran interaksi simbolis, yang tokoh terkemukanya adalah Horbert Blumer. Di kalangan Psikologi social - yang berorientasi pada psikologi - konsep diri tenggelam ketika behaviorisme berkuasa. Pada tahun 1943, Gordon E. Allport menghidupkan kembali konsep diri. Pada teori motivasi Abraham Maslow (1967,1970) dan Carl Rogers (1970) konsep diri muncul sebagai tema utama Psikologi Humanistik.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1)      Apakah pengertian Konsep Diri?
2)      Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri?
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Konsep Diri
William D. Brooks mendefinisikan konsep diri sebagai “Those physical, social, ang psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interactions with other” Persepsi tentang diri yang bersifat fisik, psikologis, dan social yang datang dari pengalaman dan interaksi  kita dengan orang lain. Konsep diri bukan hanya sekedar gambaran deskriptif, tetapi juga mengandung penilaian (evaluasi) tentang diri sendiri.nkonsep diri meliputi apa yang kita pikirkan dan yang kita rasakan tentang diri kita.
Konsep diri memiliki dua komponen: komponen kognitif dan komponen afektif. Dalam psikologi social, komponen kognitif disebut self image (citra diri) sedangkan komponen  afektif disebut self esteem (harga diri). Misalnya: komponen kognitif konsep diri kita adalah “saya bodoh”, sedangkan komponen afektif konsep diri kita adalah “saya sedih bahwa saya bodoh”
Konsep diri merupakan factor yang sangat penting dalam komunikasi antar pribadi, Keberhasilan komunikasi antar pribadi banyak tergantung pada kualitas konsep diri: negative atau positif. Konsep diri yang positif sangat mendukung komunikasi antar pribadi, sebaliknya konsep diri yang negative menghambat komuniksi antar pribadi.
1.      Konsep Diri Positif
Konsep diri positif sangat menunjang komunikasi antar pribadi. Dari konsep diri yang positif lahir pola perilaku komunikasi antar pribadi yang positif pula. Orang yang memiliki konsep diri positif memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut:
<  Memiliki keyakinan akan kemampuan mengatasi berbagai masalah, bahkan ketika mengalami kegagalan
<  Marasa sama dan setara dengan orang lain
<  Menerima pujian tanpa rasa malu atau berpura-pura rendah hati dan menerima penghargaan tanpa rasa bersalah.
<  Memiliki kemampuan untuk memperbaiki diri.
2.      Konsep Diri Negatif
Konsep diri yang negative dapat menghambat komunikasi antar pribadi. Dalam berkomunikasi orang yang berkonsep diri negative cenderung menghindar, tidak terbuka dan selalu bersikeras memperthankan pendapatnya walaupun kadangkala dengan argument yang tidak benar. Orang yang memiliki konsep diri negative memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
=  Tidak tahan menerima kritik, mudah marah, menganggap koreksi orang lain tentang dirinya sebagai usaha untuk menjatuhkan dirinya,
=  Di satu segi sangat responsive terhadap pujian namun di segi lain sangat kritis, tidak sanggup menerima kelebihan orang lain
=  Enggan untuk bersaing atau berkompetisi dengan orang lain
=  Cenderung merasa tidak disenangi, tidak diterima, dan tidak diperhatikan orang lain.
B.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
1.      Orang Lain
Kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Konsep diri kita terbentuk dari bagaimana penilaian orang lain tentang kita. Harry Stack Sullivan (1953) menjelaskan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kita, kita akan cenderung tidak menyenangi diri kita.
Umpan Balik Orang Lain


 
     
      Perilaku Kita                                                                               Konsep Diri


                       Figur 1.1 Proses Pembentukan Konsep Diri
Aspek-aspek konsep diri seperti jenis kelamin, agama, kesukuann, pendidikan, pengalaman, rupa fisik kita, dan sebagainya kita internalisasikan lewat pernyataan (umpan balik) orang lain yang menegaskan aspek-aspek tersebut kepada kita, yang pada gilirannya menuntut kita berperilaku sebagaimana orang lain memandang kita.
Tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri kita. Ada yang paling berpengaruh, yaitu oaring-orang yang paling dekat dengan diri kita. George Herbert Mead (1934) menyebut mereka significant others - orang lain yang sangat penting. Ketika masih kecil mereka adalah orang tua kita, saudara-saudara kita, dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita. Richard Dewey dan W.J. Humber (1966) menamainya affective others - orang lain yang dengan mereka kita mempunyai ikatan  emosional. Dari merekalah perlahan-lahan kita membentuk konsep diri kita.
Ketika kita tumbuh dewasa, kita akan mencoba menghimpun semua peniilaian semua orang yang pernah berhubungan dengan kita. Kita akan menilai diri kita sesuai dengan penilaian orang lain. Mead menyebut konsep ini dengan generalized others, yakni pandangan diri kita tentang keseluruhan pandangan orang lain terhadap diri kita.
2.      Kelompok acuan (reference group)
Dalam kehidupan, setiap orang sebagai anggota masyarakat menjadi anggota berbagai kelompok. Setiap kelompok memiliki norma-norma sendiri. Di anatara kelompok-kelompok ini, ada yang disebut kelompok acuan, yang membuat orang mengerahkan perilakunya sesuai dengan nilai dan norma yang dianut olehh kelompok tersebut. Kelompok inilah yang mempengaruhi konsep diri kita.
Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat dengan kenyataan. Bila konsep diri kita sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman, dan gagasan-gagasan baru dan lebih cermat memandang diri kita dan orang lain.
Hubungan antara konsep diri dan membuka diri dapat dijelaskan dengan Johari Window.  Dalam Johari Window digambarkan bahwa manusia terdiri dari empat self (diri). Sehingga  dapat diungkapkan  keterbukaan dan tingkat kesadaran tentang diri kita. Nama Johari berasal dari singkatan nama penemunaya, yakni Joseph Luft dan Harry Ingham.
            Open area adalah informasi tentang diri kita yang diketahui oleh orang lain seperti nama, jabatan, pangkat, status perkawinan, lulusan mana, dll. Ketika memulai sebuah hubungan, kita akan menginformasikan sesuatu yang ringan tentang diri kita. Makin lama maka informasi tentang diri kita akan terus bertambah secara vertical sehingga mengurangi hidden area. Makin besar open area, makin produktif dan menguntungkan hubungan interpersonal kita.
Hidden area berisi informasi yang kita tahu tentang diri kita tapi tertutup bagi orang lain. Informasi ini meliputi perhatian kita mengenai atasan, pekerjaan, keuangan, keluarga, kesehatan, dll. Dengan tidak berbagi mengenai hidden area, biasanya akan menjadi penghambat dalam berhubungan. Hal ini akan membuat orang lain miskomunikasi tentang kita,  yang kalau dalam hubungan kerja akan mengurangi tingkat kepercayaan orang.
Blind area yang menentukan bahwa orang lain sadar akan sesuatu tapi kita tidak. Misalnya bagaimana cara mengurangi grogi, bagaimana caranya menghadapi dosen A, dll. Sehingga dengan mendapatkan masukan dari orang lain, blind area akan berkurang. Makin kita memahami kekuatan dan kelemahan diri kita yang diketahui orang lain, maka akan bagus dalam bekerja tim.
Unknown area adalah informasi yang orang lain dan juga kita tidak mengetahuinya. Sampai kita dapat pengalaman tentang sesuatu hal atau orang lain melihat sesuatu akan diri kita bagaimana kita bertingkah laku atau berperasaan. Misalnya ketika pertama kali seneng sama orang lain selain anggota keluarga kita. Kita tidak pernah bisa mengatakan perasaan “cinta”. Jendela ini akan mengecil sehubungan kita tumbuh dewasa, mulai mengembangkan diri atau belajar dari pengalaman.
Yang dimaksud dengan daerah publik adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh dirinya dan orang lain. Daerah buta adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh orang lain tetapi tidak diketahui oleh dirinya. Dalam berhubungan interpersonal, orang ini lebih memahami orang lain tetapi tidak mampu memahami tentang diri, sehingga orang ini seringkali menyinggung perasaan orang lain dengan tidak sengaja. Daerah tersembunyi adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh diri sendiri tetapi tidak diketahui oleh orang lain. Dalam daerah ini, orang menyembunyikan/menutup dirinya. Informasi tentang dirinya disimpan rapat-rapat. Daerah yang tidak disadari membuat bagian kepribadian yang direpres dalam ketidaksadaran, yang tidak diketahui baik oleh diri sendiri maupun orang lain. Namun demikian sketidaksadaran ini kemungkinan bias muncul.     














BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Melalui komunikasi dengan orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa diri kita, namun juga bagaimana kita merasakan siapa kita. Aspek-aspek konsep diri seperti jenis kelamin, agama kesukuan, pendidikan, pengalaman, rupa,fisik, kita tanam kepada diri kita lewat pernyataaan (umpan balik) orang lain dalam masyarakat yang menegaskan aspek-aspek tersebut dan ini dilakukan lewat komunikasi.  Setelah seseorang melakukan upaya mengenali kekuatan dan kelemahan diri, orang lain akan menyadari siapa saya?  Mengenal diri bukanlah tujuan. Pengenalan diri adalah sebagai wahana (sarana) untuk mencapai tujuan hidup. Oleh karenanya, setelah seseorang dapat menjawab pertanyaan siapa saya? maka pertanyaan selanjutnya adalah saya ingin menjadi siapa?  Jawaban atas pertanyaan tersebut tentunya beragam, sesuai dengan peran-peran yang dimainkannya. Manusia memiliki kemampuan untuk mengubah atau mengembangkan diri.
B.     Saran
Perlunya penciptaan konsep diri positif agar dapat mengefektifkan komunikasi, khususnya dalam komunikasi antarpribadi.






DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Deddy. 2004. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosda.
Rachmat, Jalaluddin.2007. Psikoologi Komunikasi. Bandung: Rosda.
http://www.WordPress.com weblog



















No comments:

Post a Comment

d'SwEEt piNk