Ujian Akhir Semester (UAS)
Perspektif Psikologi Komunikasi
1.
Berbagai pendekatan psikologi komunikasi tak
bisa dilepaskan, dari muatan ilmu komunikasi sebagai bagian penting dari
disiplin psikologi komunikasi, maka apa yang yang menjadi ciri-ciri psikologi
komunikasi.
à Fisher
menyebutkan empat ciri pendekatan psikologi komunikasi
1. Penerimaan stimulus secara indrawi (sensory
resecption of stimulus)
2. Proses yang mengantarai stimulus dan
respons (internal mediation of stimulus)
3. Prediksi respons (prediction of
responses)
4. Peneguhan respons (reinforcement
of response)
Namun,
menurut Nina Syam bahwa yang paling penting dalam psikologi adalah gejala
gejala kejiwaan yang ada pada aliran psikologi, yang sangat bermanfaat untuk
menganalisis proses komunikasi intra, manakala orang sedang melakukan proses
interpetasi dari suatu stimulus, mulai dari sensasi, asosiasi, persepsi,
memori, sampai dengan berfikir, baik untuk pekerjaan mengirim maupun menerima
(Nina Syam, 2011 : 52)
2.
Berdasarkan ciri-ciri pendekatan psikologi komunikasi tersebut, terlihat
bagaimana psikologi komunikasi memakai berbagai perspektif keilmuan lain, dan
sekaligus pula menggambarkan kemandirian psikologi komunikasi sendiri sebagai
sebuah disiplin keilmuan. Dari gambaran itu, dapat dikemukakan bagaimana tujuan
umum psikologi komunikasi merujuk pada buku Prof.Nina Winangsih Syam.
à
Tujuan umum psikologi komunikasi pada buku Prof. Nina Winangsih Syam adalah
meneliti kesadaran dan pengalam manusia terutama mengarahkan perhatianya pada
perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyebabkan
terjadinya perilaku manusia itu. Selain itu juga melihat bagaimana
respons yang terjadi pada masa lalu dapat meramalkan respons yang akan datang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa psikologi komunikasi bertujuan untuk
berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan
behavioral dalam komunikasi.
3.
Kepribadian manusia terbentuk dan
berkembang melalui komunikasi. Melalui komunikasi individu menemukan dirinya
sendiri, mngembangkan konses dirinya sendiri, dan menetapkan hubungannya dengan
sekitarnya. Hubungan tersebut menentukan kualitas hidupnya sendiri. Kegagalan
berkomunikasi akan berakibat buruk pada proses pembentukan kepribadian seseorang.
Maka itu, setiap individu memerlukan keterampilan dan kemampuan untuk dapat
berkomunikasi secara efektif. Psikologi komunikasi bertujuan utntuk memamhami
tanda-tanda komunikasi yang efektif. Bagaimana penjelasan mengenai hal ini.
à Secara
umum, komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampikan oleh pengirim
(sumber = S), berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh
penerima (R). Penjelasan ini dapat dilihat dalam bentuk persamaan di bawah ini:
Ciri-ciri Komunikasi efektif
(Stewart L. Tubbs & Sylivia Moss)
a.
Pengertian
=> Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari sisi
stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Kegagalan menerima isi pesan
secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer (primary breakdown in
communication). Perlu pemahaman mengenai psikologi pesan dan psikologi
komunikator untuk menghindari hal tersebut.
b.
Kesenangan
=> Tujuan
mazhab analisis transaksional adalah sekadar berkomunikasi dengan orang lain
untuk menimbulkan keakraban. Komunikasi semacam ini biasa disebut komunikasi
fatik atau mempertahankan hubungan insani. Dan komunikasi inilah yang
menjadikan hubungan kita hangat, akrab dan menyenangkan. Komunikasi
fatis (phatic communication), dimaksudkan menimbukan kesenangan.
Komunikasi inilah yang menjadikan
hubungan kita hangat, akrab dan menyenangkan. “Saya Oke, kamu OK!”
c.
Mempengaruhi Sikap
=> Komunikasi
persuasif memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan
pesan ynag menimbulkan efek pada komunikan. Persuasi didefinisikan sebagai
“proses mempengaruhi pendapat, sikap dan tindakan dengan mnggunakan manipulasi
psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.
d.
Hubungan sosial yang baik
=> Sudah
menjadi keyakinan umum bahwa bila seseorang dapat memilih kata yang tepat,
mempersiapkannya jauh sebelumnya, dan mengemukakannya dengan tepat pula maka
hasilnya adalah komunikasi yang sempurna. Dan dapat dipastikan hubungan sosial
yang baik akan timbul. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan
hidup sendiri. Kita ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Abraham
Maslow menyebutnya dengan “kebutuhan
akan cinta” atau belongingness. Willian Schutz memerinci kebutuhan dalam
tia hal: kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan
dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion);
pengendalian dan kekuasaan (control); cinta serta rasa kasih saying (affection).
e.
Tindakan
=>
Persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki. Menimbulkan
tindakan nyata memang indikator efektivitas yang paling penting. Untuk menimbulkan
tindakan, kita harus berhasil dulu menanamkan pengertian, membentuk dan
mengubah sikap, atau menumbuhkan hubungan yang baik.
Selain itu ada pula ciri
efektif-tidaknya komunikasi ditunjukan oleh dampak kognitif, dampak
afektif, dan dampak behavioral.
v Dampak kognitif adalah dampak
yang timbul pada diri komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau
meningkat intelektualitasnya.
v Dampak afektif adalah dampak
yang lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif. Disini tujuan komunikator
bukan hanya sekedar agar komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya yang dapat
menimbulkan perasaan tertentu, misalnya persaan iba, terharu, bahagia dan
sebagainya.
v Dampak behavioral adalah
dampak yang paling tinggi kadarnya, yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam
bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.
4.
Jelaskan ruang lingkup Psikologi Komunikasi berdasarkan unsur-unsur:
(a) Komunikator. Pesan.
Komunikan; serta (b) Bagaimana tujuan dari unsur-unsur tersebut !
à (a) - Komunikator => Komunikator adalah
pihak yang mengirim pesan kepada khalayak. Oleh karena itu, komunikastor biasa
disebut pengirim, sumber, source atau encoder. Sebagai pelaku
utama dalam proses komunikasi, komunikator memegang peranan yang sangat
penting, terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi, dan juga kaya akan
ide dan serta penuh daya kreativitas. Ketika komunikator, berkomunikasi, yang
berpengaruh bukan saja apa yang ia ketakan, tetapi juga keaadan ia sendiri. He
doesn’t communicate what he says, he communicates what he is (Jalaluddin
Rakhmat. 2000 : 255)
- Pesan => Membahas pesan dalam
proses komunikasi, tidak bisa melepaskan diri dari apa yang disebut simbol dank
ode, karena pesan yang d ikirim komunikator kepada komunikan terdiri atas
rangkaian simbol dank ode. Simbol aldalah lambang yang meiliki suatu obje,
sementara kode adalah seperangkat kode yang telah disusun secara sistematis dan
teratur sehingga memiliki arti. Sebuah simbol yang tidak memilki arti bukanlah
kode. (Hafied Cangara, 2007 : 98). Kode pada dasarnya dibedakan atas dua macam,
yakni kode verbal (bahasa) dank ode nonverbal (isyarat).
- Komunikan => Istilah komunikan
biasa disebut juga dengan sebutan penerima, sasaran, pendengar, pemirsa, audience,
atau decoder. Unsur ini merupakan salah satu actor dalam proses
komunikasi, karena itu unsur ini tidak boleh diabaikan, sebab berhasil tidaknya
suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh komunikan. Terkait ruang lingkup
psikologi Komunikasi, seorang
komunikator harus memahami komunikator dari segi kejiwaan, diantaranya hal-hal
berikut (Hafied Cangara, 2007 : 159):
* Emosi,
apakah mereka rata-rata meiliki temperamen mudah tersinggung, sabar atau
periang.
*
Bagaimana pendapat-pendapat mereka.
* Adakah
keinginan mereka yang perlu dipenuhi?
* Adakah
selama ini mreka menyimpan rasa kecewa, frustasi atau dendam?
(b) - Komunikator => Melacak sifat-sifatnya,
yakni apa yang menyebabkan satu sumber komunikasi berhasil dalam mempengaruhi
orang lain sumber komunikasi lain yang tidak?
- Pesan => Meneliti
lambang-lambang yang disampaikan dan meneliti proses mengungkapkan pikiran.
- Komunikan => Karakteristik
manusia komunikan dan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perilaku
komunikasinya.
5. Beberapa
teori psikologi tentang perilaku komunikasi, meringkas empat konsepsi teoritik
psikologi, yang mempengaruhi teori-teori tentang perilaku komunikasi, yakni: psikoanalisis,
behaviorisme, psikologi kognitif, dan humanistic. Jelaskan konsep-konsep
ini dan bagaimana pandangan islam mengenai hal ini dengan ayat Al-Qur’an atau
Hadist!
à a. Psikoanalisis: Menurut Sigmund
Freud bahwa bekerja, bertingkah laku, memprediksi dan mengendalikan tingkah
laku manusia hanya bersifat horizontal saja Sedangkan dalam islam yang
berlandaskan Alqur’an dan Hadits berbicara bagaimana mengubah tingkah laku
menjadi baik dan bagaimana jiwa dekat dengan Tuhannya, jadi proses yang terjadi
dalam islam berkaitan dengan interaksi antar manusia dan interaksi individu
dengan Tuhannya sehingga tercipta sinergi antara dua hubungan tersebut menjadi
manusia muslim yang mempunyai akhlakul karimah yan didalamnya juga terkandung
kepribadian yang karimah pula.
Teori struktur kepribadian menurut
Alqur’an dan Hadits dengan teori yang diperkenalkan oleh Sigmund Freud
sebetulnya yang membedakannya hanyalah dari sisi semantiknya
saja.
فَأَزَلَّهُمَا
الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوا
بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ
إِلَىٰ حِينٍ
Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari
surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman:
"Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu
ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan".(Q.S.
2 : 36)
Adam
dan hawa dengan tipu daya syaithan memakan buah pohon yang dilarang itu, yang
mengakibatkan keduanya keluar dari surga, itulah yang dimaksud oleh Freud
mengenai hubungan Id yang mendorong ego untuk memenuhi segala keinginannya.
Sedangkan
menurut perspektif beberapa hadits struktur kepribadian manusia digambarkan
sebagai berikiut
“Sesuatu yang baik
itu adalah yang membuat perasaan (nafs) tenteram dan hati tenang. Sebaliknya,
dosa itu adalah yang membuat perasaan tidak tenang dan hati gelisah sekalipun
orang banyak member fatwa.” (HR. Ahmad)
à b. Behaviorisme: Tokoh aliran ini
adalah Watson. Watson mengatakan bahwa semua pengalaman dan pengamatan serta
struktur-struktur dalam masyarakat pada akhirnya akan menjadi perilaku kita,
sebab semua peristiwa yang besar dimulai dari peristiwa yang kecil-kecil.
Psikologi dalam konteks behavioural adalah
cabang eksperimen dari alam. Tujuan teoritisnya adalah peramalan dan pengasaan
perilaku. Semua bentuk perilaku pada dasarnya hanya bebentuk dari
kejadian-kejadian stimulus-respon sederhana yang dapat dilihat, diukur sehingga
dapat diketahui.
Para behaviourist beranggapan bahwa semua
perilaku dapat diamati dan akibatnya dapat diterangkan melalui
variabel-variabel lingkungan, bahkan self kontrol pun dibawah kontrol kekuatan
eksternal.
Aliran ini mnenyatakan bahwa ada 3
(tiga) asumsi dasar tentang manusia (Nina Syam: 2011, 77-78), yakni:
1.
Perilaku manusia dianggap seperti mesin
yang selalu berhubungan satu sama lain.
2.
Manusia pada dasarnya bersifat
hedonistis (selalu mencari kesenangan dan menghindari kerugian.
3.
Manusia pada dasarnya seperti robot,
lingkunganlah yang mengatur dan mengendalikannya. Di sini masyarakat ingin
mendapatkan status quo.
Aliran
behaviorisme mempelajari terbentuknya perilaku manusia berdasarkan konsep
stimulus dan respon, yang berarti perilaku manusia sangat terkondisi oleh
lingkungan. Satu – satunya motivasi yang mendorong manusia bertingkah laku
adalah penyesuaian diri dengan lingkungan. Konsep ini mengisyaratkan bahwa
ketika manusia dilahirkan, ia tidak membawa bakat apa – apa dan mengingkari
potensi alami manusia. Aliran behaviorisme menolak determinan perilaku manusia,
karena manusia berkembang atas dasar stimulasi dari lingkungannya. Sebagaimana yang
dijelaskan dalam hadits Rasulullah berikut ini :
عَنْ اِبْنِ أَبى ذ ِئبٍ عَنِ
الزهرى عن أَبِى سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرحْمنِ عَنْ أَبِى هُرَيرَةَ رَضِى الله
عَنْهُ قال : قال النبِى صلى الله عليهِ
وَسلمَ (كُل مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الفِطْرَه ، فَأَبَوَاهُ يُهَودانِهِ أَو
يُنَصَرَانِهِ ، كَمَثَل الْبَهيمَةَ تُنْتَجُ البَهِيمَة ، هَلْ تَرَى فِيْهَا
جَدْعَاءَ) (رواه بخارى)
Artinya:
“Dari Ibn Abi Dzi’bin bercerita kepada kami dari al-Zuhri dari Abu Salamah ibn
Abd al-Rahman dari Abu Hurairah r.a ia berkata: Nabi SAW bersabda: Setiap anak
yang dilahirkan adalah dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.Sebagaimana binatang ternak yang
telah melahirkan anak-anaknya, apakah engkau ada melihat sumbing (cacat)
telinganya?” (HR.al-Bukhari). (Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari 1400
H: 424)
à
c. Psikologi Kognitif: studi tentang proses mental yang
mendasari kemampuan kita mempersepsikan dunia, memahami dan mengingat
pengalaman kita, berkomunikasi dengan orang lain, dan mengendalikan perilaku
kita.
Aliran psikologi kognitif menempatkan
manusia sebagai makhluk yang bereaksi secara aktif terhadap lingkungannya
dengan cara berfikir. Psikologi kognitif mempelajari bagaimana arus informasi
ditangkap oleh alat indera yang diproses dalam jiwa seseorang sebelum
diwujudkan dalam bentuk tingkah laku. Akan tetapi, dalam aplikasinya reaksi
yang timbul tidak hanya yang nyata tetapi juga dalam bentuk atau berupa
ingatan. Dalam konsep ini manusia orang yang secara sadar memecahkan
permasalahan atau persoalan. Sehingga dalam aliran ini manusia disebut sebagai
homo sapiens yaitu manusia yang berfikir.
Berpikir adalah fungsi akal, dengan
berpikir, manusia memanfaatkan akalnya untuk memahami hakikat segala sesuatu.
Hakikat segala sesuatu adalah kebenaran, dan kebenaran yang sejati adalah
Tuhan. Dengan berpikir, manusia mengenal Tuhan dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Maka berpikir adalah awal perjalanan ibadah, yang tanpanya ibadah menjadi tak
bernilai. Dalam Al Qur’an Majid surat Ali Imran: 190-191, Allah Swt berfirman:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ. الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ
جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا
خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau.
Maka lindungi kami dari siksa neraka. (Q.S. Ali Imran [3]: 190-191).
à
d. Humanistis: Aliran
psikologi humanistik menghormati manusia sebagai manusia, menjelaskan
eksitstensi manusia yang positif, serta dapat menentukan cinta, kreativitas,
nilai, makna, dan pertumbuhan pribadinya. Selain itu, perhatian pada makna
kehidupan merupakan aspek penting dalam psikologi humanistik. Manusia bukan
saja pelakon dalam panggung masyarakat, bukan saja pencari identitas, tetapi
juga pencari makna (homo ludens).
Pandangan psikologi humanisme tidak
saja sangat dominan mengkaji masalah manusia, tetapi juga meninggikan derajat
manusia, yang dengan kata lain, “memanusiakan manusia”. Psikolog humanistik,
eksistensialisme diadopsi sebagai pandangan manusia yang mendambakan interaksi
dengan manusia lainnya atau kehadiran orang lain dengan berbagai interpretasi merupakan
sesuatu yang syarat dengan makna dirinya. Pandangan tersebut kemudian
dikonsepsikan dalam psikologi humanistik oleh Abraham Maslow bahwa manusia
memiliki 5 kebutuhan yakni :
1.
Kebutuhan Fisiologikal (physiological needs)
Contohnya
adalah : Sandang/pakaian, pangan/makanan, papan/rumah, dan kebutuhan biologis
seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.
2.
Kebutuhan Rasa Aman (safety needs)
Tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan
intelektual.
Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa
sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya.
3.
kebutuhan Sosial Akan Kasih
Sayang (love needs)
Misalnya adalah
: memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan
lain-lain.
4.
Kebutuhan Akan Harga Diri (esteem
needs)
Yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status. Contoh :
pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.
5.
Aktualisasi diri (self actualization)
Dalam arti tersedianya kesempatan bagi
seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga
berubah menjadi kemampuan nyata. Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka
hati sesuai dengan bakat dan minatnya. Seperti contoh pada motivasi sosial yang
mencakup afiliasi, aktualisasi, kompetisi, yang akan berpengaruh positif dalam
motivasi seseorang.
Frankl menyimpulkan asumsi-asumsi
psikologi humanistik yaitu (1) keunikan manusia, (2) pentingnya nilai dan
makna, (3) kemampuan manusia mengembangkan dirinya. Adapun Carl Rogers
menyebutkan bahwa pandangan humanisme adalah sebagai berikut:
1.
Setiap
manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi di mana the I, me, or myself menjadi pusat.
Perilaku manusia berpusat pada konsep diri, yaitu persepsi manusia tentang
identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan berubah-ubah, yang muncul dari
suatu medan fenomenal berupa pengalaman subjektif
2.
Perilaku
manusia bertujuan untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan
diri
3.
Reaksi
individu pada situasi, sesuai dengan persepsi tentang diri dan dunianya. Ia
bereaksi pada “realitas” seperti yang dipersepsikannya lewat cara yang sesuai
dengan konsep dirinya.
4.
Anggapan
adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri berupa
penyempitan dan pengakuan (rigidification)
persepsi dan perilaku penyesaian serta penggunaan mekanisme pertahanan ego
seperti rasionalisasi.
5.
Keadaan
batin manusia cenderung menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam keadaan yang
normal ia akan berperilaku rasional, kontruktif, serta menuju pengembangan dan
aktulaisasi diri (Rakhmat, 2001:30-32).
6. Kebutuhan spiritual merupakan
kebutuhan fitri yang pemenuhannya sangat tergantung pada kesempurnaan
pertumbuhan kepribadian dan kematangan individu. Terpenuhinya kebutuhan
spiritual ini sangat berpengaruh pada pembentukan konsep diri, yang pada
gilirannya akan mewujud dalam tingkah laku seseorang pada kesehariannya.
Al-Qur'an menyatakan bahwa motivasi spiritual
merupakan dorongan yang alamiah. Firman Allah swt:
فَأَقِمْ
وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ
عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu yang lurus kepada
agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (QS. Ar-Rum, 30:30).
|
|
6.
Dalam mengkaji aspek-aspek psikologi dalam komunikasi massa, terdapat bebagai
faktor yang mempengaruhi reaksi
khalayak, dan efek dari komunikasi massa:
a.
Efek seperti apa yang terjadi dari
proses komunikasi massa?
à
Efek Kehadiran media massa (Steven H. Chaffe):
* Efek ekonomis
* Efek sosial
* Efek pada penjadwalan kegiatan
* Efek pada penyaluran/penghilangan
perasaan tertentu
*Efek pada perasaan orang terhadap
media
à
Efek stimuli (informasi) dari media massa:
* Efek kognitif
**Pembentukan
citra
**Agenda Setting
**Efek
prososial kognitif
* Efek Afektif
**Pembentukan
dan perubahan sikap
**Rangsangan
emosional
**Rangsangan
seksual
*Efek behavioral
**Prososial
behavioral
**Agresi
**Teori-teori
efek sosial komunikasi massa.
b.
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi khalayak:
à
Teori Defleur & Ball-Rokeach tentang pertemuan dengan media
Perspektif perbedaan individual,
prespektif kategori sosial, perspektif hubungan sosial. Dengan kata lain
berbagai faktor yang mempengaryhi reaksi orang terhadap media massa yaitu:
* Organisasi personal psikologis,
individu yakni potnsi biologis, sikap, kepercayaan, dan bidang pengalaman.
* Kelompok sosia dimana individu
menjadi anggota
* Hubungan interpersonal pada proses
penerimaan, pengelolaan dan penyampaian informasi melalui penggunaan media.
à
Pendekatan motivasional dan uses and gratifivation
*Motif Kognitif Gratifikasi media
a) Teori Konsistensi: Manusia selalu
dihadapkan pada konflik
b) Teori Atribusi: Manusia sebagai
psikolog amatir yang mencoba memahami sebab-sebab yang terjadi pada berbagai peristiwa yang
dihadapinya
c) Teori kategorisasi: Manusia selalu
mengelompokkan pengalaman dalam kategori-kategori yang sudah disiapkan.
d) Teori Objektivitas: Memandang
manusia sebagai makhluk pasif, selalu memgutamakan petunjuk-petunjuk eksternal untuk
merumuskan konsep-konsep tertentu.
e) Teori otonom: Manusia selalu
berusaha mengakktualisasikan dirinya sehingga mencapai identitas kepribadian
yang otonom.
f) Teori stimulus: Manusia selalu
“lapar stimuli” yang sebntiasa mencari pengalama-pengalaman baru yang
memperkaya pemikirannya.
g) Teori teleologis: manusia selalu
berusaha mencocokkan persepsinya tentang situasi sekarang representasi nternal
dari kondisi yang dikehedaki.
h) Teori utilitarian: manusia sebagai
orang yang memperlakukan setiap situasi sebagai peluang untuk memperoleh
nformasi yang berguna.
*Motif Afektif Gratifikasi
a) Teori reduksi ketegangan: manusia
sebagai sistem tegangan yang memperoleh kepuasan
b) Teori ekspresif: manusia mendapatkan
kepuasan dalam mengungkapkan eksistensi
dirinya
c) Teori ego defensive: dalam hidup
manusia selalu berusaha untuk mempertahankan citra diri.
d) Teori peneguhan: manusia akan
bertingkah laku dan meneguhkannya jika ada reward
e) Teori penonjolan: manusia sebgai
makhluk yang selalu mengembangkan diri untuk emperoleh penghargaan.
f) Teori Afiliasi: Manusia sebgai
makhluk yang mencari kasih saying dan penerimaan orang lain.
g) Teori Identifkasi: Pemain
peranan yang selalu berusaha memuaskan
egonya dengan menambahkan perana yang memuaskan konsep dirinya.
h) Teori peniruan: Manusia sebagai
makhluk yang selalu mengembangkan kemampuuan afeksinya.
7.
Dalam mengkaji aspek-aspek psikologi dalam komunikastor, terdapat berbagai
faktor yang perlu diperhatikan, yaitu ethos komunikator. Jelaskan apa yang
dimaksud dengan ethos komunikator, dan komponen-komponennya!
à
Ethos komunikator adalah Karakteristik komunikator yang kan mempengarurhi
efektivitas komunikasi. Komponen-komponennya yaitu:
*Kredibilitas:
- Keahlian: Kesan yag dibentuk
komunikate tentan kemampuan komuniaktor hubungannya dengan topik yang
dibicarakan.
- Kepercayaan: Kesan komunikate tentang
komunikator yang berkaitan dengan wataknya
-
Dinamisme: Umumnya berkaitan dengan cara komunikate dimana ia dipandang sebagai
orang yang bergairah, bersemangat, aktif, tegas, dan berani.
-
Sosiabilitas: Kesan komunikan tentang komunikator sebgai orang yang periang dan
sengan bergaul.
- Koorientasi: mewakili kelompok
yang kita senangi, yang mewakili nilai-nilai kita.
- Karisma: Sifat luar biasa yang
dimmiliki komunikator yag menarik dan mengndalikan komunikan seperti magnet
menarik benda-benda disekitrnya.
*
Atraksi: Daya tarik yang dimiliki komunikator yang akan mempengaruhi
efektivitas komunikasi. Misalnya, daya tarik fisik, ganjaran, kesamaan, dan
kemampuan.
*
Kekuasaan
- Kekuasaan koersif: menunjukkan
kemampuan komunikator untuk mendatangkan ganjaran atau hukuman bagi komunikan.
- Kekuasaan keahlian: berasal dari
pengetahuan, pengalamann keterampilan, dan kemampuan yang dimiliki komunikator.
- kekuasaan informasional: berasal dari
isi komounikasi tertentu atau pengetahuan baru yang dimiliki komunikator
-kekuasaan legal: berasl dari
seperangkat peraturan norm ayang menyebabkan komunikator berwenang untuk
melakukan suatu tindakan.
8.
Dalam mengkaji aspek-aspek psikologi dalam pesan komunikasi terdapat berbagai
faktor yang perlu diperhatikan, yaitu: Organisasi, struktur, dan imbauan pesan,
serta pesan verbal. Apa yang dimaksud dengan istilah-istilah tersebut?
Jelaskan!
àOrganisasi
pesan
Menurut Aristoteles, pesan yang
tersusun baik lebih mudah dimengerti daripada pesan yang tidak terususun baik.
Ia menyerankan agar setiap pembicaraan disusun menurut urutan, yaitu pengantar,
pernyataan, argument, dan kesimpulan. Retorika mengenal 6 macam organisasi
pesan:
1) Deduktif
2) Induktif
3) Kronologis
4) Logis
5) Spasial
6) Topikal
à
Struktur pesan
Bila Anda harus menyampaikan
informasi di hadapan khalayak yang tidak sepaham dengan anda, maka anda harus
menentukan apakah bagian penting dari argumentasi anda yang harus didahulukan
atau bagian yang kurang penting dengan menggunakan konsep Primacy-Recency
à
Imbauan pesan
Apabila pesan-pesan kita dimaksudkan
untuk mempengaruhi orang lain, kita harus menyentuh motif yang
menggerakkan/mendorong perilaku komunikate.
* Imbauan Rasional: Didasarka pada
anggapan bahwa menusia pada dasrnya adalah makhluk rasional yang baru bereaksi
pada imbauan emosional, bila imbauan rasional tidak ada.
* Imbauan emosional: menggunakan
pernyataan-pernyataan atau bahasa yang menyentuh emosi komunikate.
* Imbauan takut: menggunakan pesan yang
mencemaskan, mangancan atau meresahkan.
* Imbauan ganjaran: meggunakan rujukan
yang menjanjikan komunikate sesuatu yang mereka perlukan atau inginkan.
* Imbauan motivasional: menggunakan imbauan
motif (motive appeals) yang menyentuh kondisi intern dalam diri
manusia.
àPesan
verbal: Pesan verbal dalam pemakaiannya menggunkan bahasa. Bahasa dapat
didefinisikan seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur sehngga
menjadi himpunan kalimat yang mengandung arti. Bahasa memiliki banyak fungsi,
namun sekura-kurangnya ada tiga fungsi yang erat hubungannya dalam meniptakan
komunikasi yang efektif (Hafied Cangara, 2007 : 99):
a)
Untuk mempelajari tentang dunia sekeliling kita;
b)
Untuk membina hubungna yang baik di antara sesame manusia;
c)
Untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Syam, Nina W. 2011. Psikologi
Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Rakhmat, Jalaluddin.
2000. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Cangara, Hafied.
2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
http://hasyimzain.blogspot.com/2011/11/efektivitas-komunikasi.html
http://nichanghan2.multiply.com/journal/item/20?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem