Wednesday, May 15, 2013


TEORI PERTUKARAN SOSIAL DAN CONTOH KASUS
(Analisis Perspektif Komunikasi Islam)



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

            Pada dasarnya, manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Manusia hidup tidak sebagai mahluk tunggal atau individu melainkan sebagai bagian dari sebuah masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan interaksi untuk memenuhi kebutuhan masing-masing individu.

Interaksi yang terjadi menjadi sebuah proses komunikasi untuk mencapai tujuan atau kebutuhannya tersebut. Dalam proses itu terdapat unsur ganjaran, pengorbanan dan keuntungan. Unsur-unsur ini muncul dalam teori pertukaran sosial (Social Exchange).

Teori pertukaran sosial menelaah kontribusi seseorang dalam suatu hubungan mempengaruhi kontribusi orang lainnya. Dengan mempertimbangkan konsekuensinya, khususnya terhadap ganjaran yang diperoleh dan upaya yang telah dilakukan, orang akan memutuskan untuk tetap tinggal dalam hubungan tersebut atau meninggalkannya (Sasa Djuarsa, 2002: 81). Sedangkan menurut Nina Syam, teori ini melihat hubungan antara perilaku dengan lingkungan hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal) (Nina Syam: 2012, 67).
Asumsi tentang perhitungan antara ganjaran dan keuntungan (untung-rugi) tidak berarti bahwa orang selalu berusaha untuk saling mengeksploitasi, tetapi bahwa orang lebih memilih lingkungan dan hubungan yang dapat memberikan hasil yang diinginkannya (Burhan Bungin: 2008, 267).
Berbagai norma berlaku untuk mengikat cara-cara individu dalam hidup bermasyarakat. Di antaranya, norma adat/budaya, hukum serta agama. Prinsip-prinsip berkomunikasi dalam islam pun telah dijelaskan dalam Al-Qur’an. Termasuk penjelasan tentang contoh kasus yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
            Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, maka permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa saja asumsi dasar teori Pertukaran Sosial?
2.      Bagaimana contoh kasus teori Pertukaran Sosial?
3.      Bagaimana analisis contoh kasus tersebut dari perspektif komunikasi islam?
C. Tujuan Penulisan
            Sesuai rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui apa saja asumsi dasar teori Pertukaran Sosial?
2.      Untuk mengetahui bagaimana contoh kasus teori Pertukaran Sosial?
3.      Untuk mengetahui bagaimana analisis contoh kasus tersebut dari perspektif komunikasi islam?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Beberapa Tokoh Pertukaran Sosial serta Kajiannya
            1. Teori Pertukaran Sosial Thibaut dan Kelly 
Pada umumnya, hubungan sosial terdiri daripada masyarakat, maka kita dan masyarakat lain dilihat mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi dalam hubungan tersebut, yang terdapat unsur ganjaran (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit).
Menurut Thibault dan Kelley, empat konsep pokok dari teori ini adalah: ganjaran, biaya, laba dan tingkat perbandingan
- Ganjaran adalah setiap akibat yang dinilai (+) yang diperoleh seseorang dalam suatu hubungan. Kita akan menyukai orang yang menyukai kita; kita akan menyenangi orang yang memuji kita (Rakhmat, 2000:115).
- Biaya adalah akibat yang dinilai (-) yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan dan keruntuhan harga diri.
- Laba atau hasil adalah ganjaran yang dikurangi biaya.
- Tingkat perbandingan menunjukkan ukuran baku yang dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu (Komala: 2009, 172-173).
Thibault dan Kelly merasa yakin bahwa usaha memahami tingkah laku yang kompleks dari kelompok-kelompok besar mungkin dapat diperoleh cara menggali pola hubungan 2 orang. (Syaiful Rohim: 2009, 90).
Dalam teori pertukaran sosial, interaksi manusia layaknya sebuah transaksi ekonomi: anda mencoba untuk memaksimalkan manfaat dan memperkecil biaya (Little John: 2011, 292). Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Ukuran bagi keseimbangan pertukaran antara untung dan rugi dengan orang laian disebut comparison levels (Burhan Bungin: 2006, 263).
 2. Teori Pertukaran Sosial George C. Homans
Menurut Homans, “Semua tindakan yang dilakukan oleh seseorang, makin sering satu betuk tindakan tertentu memperoleh imbalan, makin cenderung orang tersebut menampilkan tindakan tertentu tadi”, Makin tinggi nilai hasil suatu perbuatan bagi seseorang maka makin besar pula kemungkinan perbuatan tersebut di ulangnya kembali. Letak pembeda utama teori Homans ini memiliki tiga ciri: Pertama, Dasar dari perilaku sosial itu pada pokoknya ialah proses pertukaran perilaku. Kedua, perilaku sosial pada dasarnya berjalan secara alami dan spontan muncul pada saat mengadakan interaksi. Ketiga, perilaku sosial pada dasarnya disebut dyad pada group kecil dan ini merupakan pondamen dasar dari bangun sosial yang lebih besar.
3. Teori Pertukaran Sosial Peter M. Blau
                   Blau mengatakan tidak semua perilaku manusia dibimbing oleh pertukaran sosial, tetapi dia berpendapat kebanyakan memang demikian. Social Exchange yang dimaksudkan dalam teori Blau ialah terbatas pada tindakan-tindakan yang tergantung pada reaksi-reaksi penghargaan dari orang lain dan berhenti apabila reaksi-reaksi yang diharapkan itu tidak kunjung muncul[1].
B. Komunikasi Perspektif Islam
            Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Karena gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang Islami atau berakhlakul karimah atau beretika. Komunikasi yang berakhlak al-karimah ini bersumber pada Al-Quran dan Hadist.
Prinsip-prinsip berkomunikasi menurut Al-Qur’an (Ujang Saefullah, 2007: 68) adalah prinsip Qaulan Sadidan/ pembicaraan yang benar, jujur (QS.An-Nisa:9), Qaulan Balighan/ komunikasi efektif (An-Nisa:63), Qaulan Ma’rufan/ perkataan yang baik (QS. An-Nisa: 5), Qaulan Kariman/ kata-kata yang membesarkan hati (QS.Al- Isra’:23), Qaulan Layyinan/ kalimat yang lemah lembut (QS. Thaahaa:44), dan Qaulan Maysuran/ kata-kata yang mudah (QS.Al-Israa’:28).
Selain itu, etika berkomunikasi juga dapat dilihat dari salah satu hadist Nabi Muhammad Saw di bawah ini:

قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّي اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاَقاً (متفق عليه)
            Artinya:
“Rasulullah Saw bersabda, “Sebaik-baik kamu ialah yang terbaik akhlak (budi pekertinya).” (H.R. Bukhari dan Muslim).




BAB III
PEMBAHASAN

A. Asumsi Dasar Teori Pertukaran Sosial
Asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori pertukaran sosial mengenai sifat dasar dari suatu hubungan :
1.  Hubungan memiliki sifat saling ketergantungan. Dalam suatu hubungan ketika seorang partisipan mengambil suatu tindakan, baik partisipan yang satu maupun hubungan mereka secara keseluruhan akan terkena akibat.
2.  Kehidupan berhubungan adalah sebuah proses. Pentingnya waktu dan perubahan dalam kehidupan suatu hubungan. Secara khusus waktu mempengaruhi pertukaran karena pengalaman-pengalaman masa lalu menuntun penilaian mengenai penghargaan dan pengorbanan, dan penilaian ini mempengaruhi pertukaran-pertukaran selanjutnya.[2]
Teori ini bisa digunakan untuk meneliti fenomena hubungan sosial seseorang atau kelompok yang pindah atau berganti teman atau afiliasi kelompok. Tinggal di kelompok kemudian keluar dan masuk M. Dengan menggunakan konsep-konsep dasar terebut sebagai variabel independen dan tindakan pindah atau berganti sebagai variabe dependen (Hamidi, 2007, 76)
The reward and cost interactive relationships may be determined by several factor. as we have noted previously, some of these factors are external to the stream of interaction (exogeneous factors) and others are depends upon the stream of interaction (endogeneous factors). Exogeneous factors are abilities, similiarity, proximity, complementarity. Endogeneous factors when optimal, facilitate the maximization of positive outcomes for the participants in an interaction; when they are less than optimal, they alternate potential outcomes (Shaw and Costarizo: 1982, 86).
Pahala dan hubungan interaktif biaya dapat ditentukan oleh beberapa faktor. sebagaimana telah kita catat sebelumnya, beberapa faktor eksternal ke aliran interaksi (faktor exogeneous) dan lain-lain yang tergantung pada aliran interaksi (faktor endogeneous).
Faktor Exogeneous adalah kemampuan, kesamaan, kedekatan, saling melengkapi. Endogeneous faktor ketika optimal, memfasilitasi maksimalisasi hasil positif bagi para peserta dalam interaksi, ketika mereka kurang optimal, mereka hasil potensial alternatif.
Dalam model teoritik, teori ini dapat dilihat seperti gambar berikut:
Tindakan
 Sosial
Ganjaran
Biaya                                                  
Laba
Tingkat Perbandingan
Penilaian
=  mempengaruhi
(Coleman dan Hammen, 1974 dalam Hamidi, 2007)

B. Contoh Kasus Teori Pertukaran Sosial
Hubungan suami istri melalui sebuah ikatan pernikahan. Pola-pola perilaku dalam sebuah pernikahan, hanya akan langgeng manakala kalau semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak ditampilkan.
Banyak perceraian diantara pasangan suami istri terjadi karena salah satu di antara mereka merasa tidak terjadi kecocokan dengan pasangannya serta merasa dirugikan dengan ikatan pernikahan tersebut. Fenomena perceraian sangat sering kita saksikan melalui layar televisi, perceraian selebritis. Bahkan buntut dari perceraian tersebut adalah sebuah pertikaian dimana antara keduanya tidak ada yang mau mengalah. Yang awalnya mereka saling mengumbar kasih sayang tetapi setelah bercerai malah saling melempar caci maki dan kebencian.

C. Analisis Contoh Kasus dari Perspektif Komunikasi Islam
Sebuah ikatan antara suami istri dalam pernikahan harusnya dipandang sebagai sebuah ikatan suci dan sakral. Sebelum membangun komitmen dalam sebuah ikatan pernikahan seharusnya antara pria dan wanita harus saling mengenal satu sama lain. Alangkah baiknya jika sebuah pernikahan dilandasi oleh pemahaman agama yang baik. Dalam menjalani ikatan pernikahan seharusnya suami istri selalu berkomunikasi secara intens dan terbuka satu sama lain. Komunikasi ini hendaknya menggunakan prinsip-prinsip komunikasi menurut Al-Qur’an, misalnya mengucapkan kata-kata yang jujur (Qaulan Sadidan), baik (Qaulan Ma’rufan). Meskipun terjadi konflik sebagai suatu sunnatullah maka menurut Imam Nawawi harus diakhiri pada hari ketiga, tidak boleh lebih (Syafe’i: 2000: 213). Karena mereka yang bersikers memutuskan hubungan silaturahmi akan mendapat laknat dan kutukan Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:

فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَىٰ أَبْصَارَهُمْ


Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?(Q.S. 47 : 22)
 Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.(Q.S. 47 : 23)

Masing-masing pasangan juga harus saling memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki pasangannya. Ketika pasangan tidak mampu dalam suatu hal maka alangkah bijaknya jika ia tidak menuntut hal tersebut diluar kesanggupan pasangannya. Komitmen-komitmen seperti inilah yang harus dikedepankan agar tidak terjadi perselisihan yang akan berakibat pada perceraian.







BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
            Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Asumsi dasar teori pertukaran sosial adalah hubungan memiliki sifat saling ketergantungan dan kehidupan berhubungan adalah sebuah proses.
2. Suatu contoh kasus teori pertukaran sosial dapat dilihat dari kasus perceraian dalam rumah tangga. Ketika mereka merasa tidak lagi merasa mendapatkan reward yang lebih besar daripada cost, maka keretakan rumah tangga pun sulit terelakkan.
3. Kasus tersebut mestinya dapat dicegah jikalau mereka menerapkan prinsip-prinsip berkomunikasi menurut Al-Qur’an.
B. Saran
a. Saran Teori: Teori ini perlu dibahas atau menjadi bahan diskusi di kelas agarlebih menambah pengetahuan mahasiswa.
b. Saran Praktis:   Pemahaman tentang teori ini sebaiknya disosialisasikan karena sangat berguna dalam meningkatkan pemahaman saling pengertian dalam hubungan interpersonal.





DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahannya. 2007. Jakarta: Departemen Agama RI.
Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana.
----------------. 2008. Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana.

Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: Univ. Muhammadiyah Malang.

Komala, Lukiati. 2009. Ilmu Komunikasi: Perspektif, Proses dan Konteks. Bandung: Widya Padjajaran.

Littlejohn, Stephen W., Karen A. Foss. 2011. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Saefullah, Ujang. 2007. Kapita Selekta Komunikaksi Pendekatan Agama dan Budaya. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Senjadjaja, S. Djuarsa. 2002. Teori Komunikasi. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Syafe’i, Rachmat. 2000. Al-Hadis Aqidah, Akhlak, Sosial dan Hukum. Bandung: Pustaka Setia.

Syam, Nina W. 2012. Psikologi Sosial Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Shaw, Marvin E and Philip R. Costarizo. 1982. Theories of Social Psychology. New York: McGraw-Hill.

Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

http://dhonykampoesbiroe.blogspot.com/2010/06/teori-pertukaran-sosial-social-exchange.html

http://taraderifatoni.wordpress.com/2010/11/14/teori-pertukaran-sosial-social-exchange-theory/


[1] http://dhonykampoesbiroe.blogspot.com/2010/06/teori-pertukaran-sosial-social-exchange.html diakses 3 Desember 2012 pukul 20.00 wib.

[2] http://taraderifatoni.wordpress.com/2010/11/14/teori-pertukaran-sosial-social-exchange-theory/

No comments:

Post a Comment

d'SwEEt piNk