TEORI
PERTUKARAN SOSIAL DAN CONTOH KASUS
(Analisis Perspektif Komunikasi Islam)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pada dasarnya, manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan orang
lain dalam menjalani kehidupannya. Manusia hidup tidak sebagai mahluk tunggal
atau individu melainkan sebagai bagian dari sebuah masyarakat. Oleh karena itu,
diperlukan interaksi untuk memenuhi kebutuhan masing-masing individu.
Interaksi
yang terjadi menjadi sebuah proses komunikasi untuk mencapai tujuan atau
kebutuhannya tersebut. Dalam proses itu terdapat unsur ganjaran, pengorbanan
dan keuntungan. Unsur-unsur ini muncul dalam teori pertukaran sosial (Social
Exchange).
Teori pertukaran sosial menelaah kontribusi
seseorang dalam suatu hubungan mempengaruhi kontribusi orang lainnya. Dengan
mempertimbangkan konsekuensinya, khususnya terhadap ganjaran yang diperoleh dan
upaya yang telah dilakukan, orang akan memutuskan untuk tetap tinggal dalam
hubungan tersebut atau meninggalkannya (Sasa Djuarsa, 2002: 81). Sedangkan
menurut Nina Syam, teori ini melihat hubungan antara perilaku dengan lingkungan
hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal) (Nina Syam: 2012, 67).
Asumsi tentang perhitungan antara ganjaran dan
keuntungan (untung-rugi) tidak berarti bahwa orang selalu berusaha untuk saling
mengeksploitasi, tetapi bahwa orang lebih memilih lingkungan dan hubungan yang
dapat memberikan hasil yang diinginkannya (Burhan Bungin: 2008, 267).
Berbagai norma berlaku untuk mengikat cara-cara
individu dalam hidup bermasyarakat. Di antaranya, norma adat/budaya, hukum
serta agama. Prinsip-prinsip berkomunikasi dalam islam pun telah dijelaskan
dalam Al-Qur’an. Termasuk penjelasan tentang contoh kasus yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, maka permasalahan
yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa
saja asumsi dasar teori Pertukaran Sosial?
2.
Bagaimana contoh kasus teori Pertukaran Sosial?
3.
Bagaimana analisis contoh kasus tersebut dari
perspektif komunikasi islam?
C. Tujuan
Penulisan
Sesuai rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui apa saja asumsi dasar teori Pertukaran Sosial?
2.
Untuk
mengetahui bagaimana contoh kasus teori Pertukaran
Sosial?
3.
Untuk
mengetahui bagaimana analisis contoh kasus tersebut dari
perspektif komunikasi islam?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Beberapa
Tokoh Pertukaran Sosial serta Kajiannya
1. Teori Pertukaran Sosial Thibaut dan Kelly
Pada umumnya, hubungan sosial terdiri daripada
masyarakat, maka kita dan masyarakat lain dilihat mempunyai perilaku yang
saling mempengaruhi dalam hubungan tersebut, yang terdapat unsur ganjaran
(reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit).
Menurut
Thibault dan Kelley, empat konsep pokok dari teori ini adalah: ganjaran, biaya,
laba dan tingkat perbandingan
- Ganjaran
adalah setiap akibat yang dinilai (+) yang diperoleh seseorang dalam suatu
hubungan. Kita akan menyukai orang yang menyukai kita; kita akan menyenangi
orang yang memuji kita (Rakhmat, 2000:115).
- Biaya adalah
akibat yang dinilai (-) yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya dapat berupa
waktu, usaha, konflik, kecemasan dan keruntuhan harga diri.
- Laba atau
hasil adalah ganjaran yang dikurangi biaya.
- Tingkat
perbandingan menunjukkan ukuran baku yang dipakai sebagai kriteria dalam
menilai hubungan individu (Komala: 2009, 172-173).
Thibault dan Kelly merasa yakin bahwa usaha
memahami tingkah laku yang kompleks dari kelompok-kelompok besar mungkin dapat
diperoleh cara menggali pola hubungan 2 orang. (Syaiful Rohim: 2009, 90).
Dalam teori pertukaran sosial, interaksi
manusia layaknya sebuah transaksi ekonomi: anda mencoba untuk memaksimalkan
manfaat dan memperkecil biaya (Little John: 2011, 292). Jadi perilaku sosial
terdiri atas pertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan perhitungan
untung-rugi. Ukuran bagi keseimbangan pertukaran antara untung dan rugi dengan
orang laian disebut comparison levels (Burhan Bungin: 2006, 263).
2.
Teori
Pertukaran Sosial George C. Homans
Menurut Homans, “Semua tindakan yang dilakukan
oleh seseorang, makin sering satu betuk tindakan tertentu memperoleh imbalan,
makin cenderung orang tersebut menampilkan tindakan tertentu tadi”, Makin
tinggi nilai hasil suatu perbuatan bagi seseorang maka makin besar pula kemungkinan
perbuatan tersebut di ulangnya kembali. Letak pembeda utama teori Homans ini
memiliki tiga ciri: Pertama, Dasar dari perilaku sosial itu pada
pokoknya ialah proses pertukaran perilaku. Kedua, perilaku sosial pada
dasarnya berjalan secara alami dan spontan muncul pada saat mengadakan
interaksi. Ketiga, perilaku sosial pada dasarnya disebut dyad pada group
kecil dan ini merupakan pondamen dasar dari bangun sosial yang lebih besar.
3. Teori
Pertukaran Sosial Peter M. Blau
Blau mengatakan tidak semua perilaku manusia dibimbing oleh pertukaran sosial,
tetapi dia berpendapat kebanyakan memang demikian. Social Exchange yang
dimaksudkan dalam teori Blau ialah terbatas pada tindakan-tindakan yang
tergantung pada reaksi-reaksi penghargaan dari orang lain dan berhenti apabila
reaksi-reaksi yang diharapkan itu tidak kunjung muncul[1].
B. Komunikasi
Perspektif Islam
Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam kehidupan manusia. Karena gerak langkah kita selalu disertai
dengan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang Islami atau
berakhlakul karimah atau beretika. Komunikasi yang berakhlak al-karimah
ini bersumber pada Al-Quran dan Hadist.
Prinsip-prinsip berkomunikasi menurut
Al-Qur’an (Ujang Saefullah, 2007: 68) adalah prinsip Qaulan Sadidan/
pembicaraan yang benar, jujur (QS.An-Nisa:9), Qaulan Balighan/
komunikasi efektif (An-Nisa:63), Qaulan Ma’rufan/ perkataan yang baik
(QS. An-Nisa: 5), Qaulan Kariman/ kata-kata yang membesarkan hati
(QS.Al- Isra’:23), Qaulan Layyinan/ kalimat yang lemah lembut (QS.
Thaahaa:44), dan Qaulan Maysuran/ kata-kata yang mudah (QS.Al-Israa’:28).
Selain itu, etika berkomunikasi juga
dapat dilihat dari salah satu hadist Nabi Muhammad Saw di bawah ini:
قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّي اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِنَّ
مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاَقاً (متفق عليه)
Artinya:
“Rasulullah Saw bersabda, “Sebaik-baik kamu ialah yang terbaik
akhlak (budi pekertinya).” (H.R. Bukhari dan Muslim).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Asumsi Dasar Teori Pertukaran Sosial
Asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori pertukaran
sosial mengenai sifat dasar dari suatu hubungan :
1. Hubungan memiliki sifat saling
ketergantungan. Dalam suatu hubungan ketika seorang partisipan mengambil suatu
tindakan, baik partisipan yang satu maupun hubungan mereka secara keseluruhan
akan terkena akibat.
2. Kehidupan berhubungan adalah
sebuah proses. Pentingnya waktu dan perubahan dalam kehidupan suatu hubungan.
Secara khusus waktu mempengaruhi pertukaran karena pengalaman-pengalaman masa
lalu menuntun penilaian mengenai penghargaan dan pengorbanan, dan penilaian ini
mempengaruhi pertukaran-pertukaran selanjutnya.[2]
Teori ini bisa digunakan untuk meneliti
fenomena hubungan sosial seseorang atau kelompok yang pindah atau berganti
teman atau afiliasi kelompok. Tinggal di kelompok kemudian keluar dan masuk M.
Dengan menggunakan konsep-konsep dasar terebut sebagai variabel independen dan
tindakan pindah atau berganti sebagai variabe dependen (Hamidi, 2007, 76)
The reward and cost interactive relationships
may be determined by several factor. as we have noted previously, some of these
factors are external to the stream of interaction (exogeneous factors) and
others are depends upon the stream of interaction (endogeneous factors).
Exogeneous factors are abilities, similiarity, proximity, complementarity.
Endogeneous factors when optimal, facilitate the maximization of positive
outcomes for the participants in an interaction; when they are less than
optimal, they alternate potential outcomes (Shaw and Costarizo: 1982, 86).
Pahala dan hubungan interaktif biaya dapat
ditentukan oleh beberapa faktor. sebagaimana telah kita catat sebelumnya,
beberapa faktor eksternal ke aliran interaksi (faktor exogeneous) dan lain-lain
yang tergantung pada aliran interaksi (faktor endogeneous).
Faktor Exogeneous adalah kemampuan, kesamaan,
kedekatan, saling melengkapi. Endogeneous faktor ketika optimal, memfasilitasi
maksimalisasi hasil positif bagi para peserta dalam interaksi, ketika mereka
kurang optimal, mereka hasil potensial alternatif.
Dalam model teoritik, teori ini dapat dilihat
seperti gambar berikut:
Tindakan
Sosial
|
Tingkat Perbandingan
Penilaian
(Coleman dan Hammen, 1974 dalam Hamidi, 2007)
B.
Contoh Kasus Teori Pertukaran Sosial
Hubungan suami
istri melalui sebuah ikatan pernikahan. Pola-pola perilaku dalam sebuah
pernikahan, hanya akan langgeng manakala kalau semua pihak yang terlibat merasa
teruntungkan. Jadi perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan
perhitungannya, akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika
merugikan maka perilaku tersebut tidak ditampilkan.
Banyak
perceraian diantara pasangan suami istri terjadi karena salah satu di antara
mereka merasa tidak terjadi kecocokan dengan pasangannya serta merasa dirugikan
dengan ikatan pernikahan tersebut. Fenomena perceraian sangat sering kita
saksikan melalui layar televisi, perceraian selebritis. Bahkan buntut dari
perceraian tersebut adalah sebuah pertikaian dimana antara keduanya tidak ada
yang mau mengalah. Yang awalnya mereka saling mengumbar kasih sayang tetapi
setelah bercerai malah saling melempar caci maki dan kebencian.
C. Analisis Contoh
Kasus dari Perspektif Komunikasi Islam
Sebuah ikatan
antara suami istri dalam pernikahan harusnya dipandang sebagai sebuah ikatan
suci dan sakral. Sebelum membangun komitmen dalam sebuah ikatan pernikahan
seharusnya antara pria dan wanita harus saling mengenal satu sama lain.
Alangkah baiknya jika sebuah pernikahan dilandasi oleh pemahaman agama yang
baik. Dalam menjalani ikatan pernikahan seharusnya suami istri selalu
berkomunikasi secara intens dan terbuka satu sama lain. Komunikasi ini
hendaknya menggunakan prinsip-prinsip komunikasi menurut Al-Qur’an, misalnya
mengucapkan kata-kata yang jujur (Qaulan Sadidan), baik (Qaulan
Ma’rufan). Meskipun terjadi konflik sebagai suatu sunnatullah maka
menurut Imam Nawawi harus diakhiri pada hari ketiga, tidak boleh lebih (Syafe’i:
2000: 213). Karena mereka yang bersikers memutuskan hubungan silaturahmi akan
mendapat laknat dan kutukan Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
فَهَلْ
عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا
أَرْحَامَكُمْ
|
|
|
أُولَٰئِكَ
الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَىٰ أَبْصَارَهُمْ
|
Maka
apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan?(Q.S. 47 : 22)
Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah
dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.(Q.S. 47
: 23)
Masing-masing
pasangan juga harus saling memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki
pasangannya. Ketika pasangan tidak mampu dalam suatu hal maka alangkah bijaknya
jika ia tidak menuntut hal tersebut diluar kesanggupan pasangannya.
Komitmen-komitmen seperti inilah yang harus dikedepankan agar tidak terjadi
perselisihan yang akan berakibat pada perceraian.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Asumsi dasar
teori pertukaran sosial adalah hubungan memiliki sifat saling ketergantungan
dan kehidupan berhubungan adalah sebuah proses.
2. Suatu contoh
kasus teori pertukaran sosial dapat dilihat dari kasus perceraian dalam rumah
tangga. Ketika mereka merasa tidak lagi merasa mendapatkan reward yang
lebih besar daripada cost, maka keretakan rumah tangga pun sulit
terelakkan.
3. Kasus
tersebut mestinya dapat dicegah jikalau mereka menerapkan prinsip-prinsip
berkomunikasi menurut Al-Qur’an.
B. Saran
a. Saran Teori:
Teori ini perlu dibahas atau menjadi bahan diskusi di kelas agarlebih menambah
pengetahuan mahasiswa.
b. Saran
Praktis: Pemahaman tentang teori ini sebaiknya
disosialisasikan karena sangat berguna dalam meningkatkan pemahaman saling
pengertian dalam hubungan interpersonal.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan
Terjemahannya. 2007. Jakarta: Departemen Agama RI.
Bungin, Burhan.
2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana.
----------------.
2008. Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat.
Jakarta: Kencana.
Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi: Pendekatan
Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: Univ.
Muhammadiyah Malang.
Komala, Lukiati. 2009. Ilmu Komunikasi: Perspektif, Proses dan
Konteks. Bandung: Widya Padjajaran.
Littlejohn, Stephen W., Karen A. Foss. 2011. Teori Komunikasi.
Jakarta: Salemba Humanika.
Saefullah, Ujang. 2007. Kapita Selekta Komunikaksi Pendekatan
Agama dan Budaya. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Senjadjaja, S. Djuarsa. 2002. Teori Komunikasi. Jakarta:
Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Syafe’i, Rachmat. 2000. Al-Hadis Aqidah, Akhlak, Sosial dan
Hukum. Bandung: Pustaka Setia.
Syam, Nina W. 2012. Psikologi Sosial Sebagai Akar Ilmu
Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Shaw, Marvin E
and Philip R. Costarizo. 1982. Theories
of Social Psychology. New York: McGraw-Hill.
Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam dan
Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
http://dhonykampoesbiroe.blogspot.com/2010/06/teori-pertukaran-sosial-social-exchange.html
http://taraderifatoni.wordpress.com/2010/11/14/teori-pertukaran-sosial-social-exchange-theory/
No comments:
Post a Comment