Wednesday, May 15, 2013


Ujian Akhir Semester (UAS)
Perspektif Psikologi Komunikasi


1.        Berbagai pendekatan psikologi komunikasi tak bisa dilepaskan, dari muatan ilmu komunikasi sebagai bagian penting dari disiplin psikologi komunikasi, maka apa yang yang menjadi ciri-ciri psikologi komunikasi.

à Fisher menyebutkan empat ciri pendekatan psikologi komunikasi
1. Penerimaan stimulus secara indrawi (sensory resecption of stimulus)
2. Proses yang mengantarai stimulus dan respons (internal mediation of stimulus)
3. Prediksi respons (prediction of responses)
4. Peneguhan respons (reinforcement of response)
Namun, menurut Nina Syam bahwa yang paling penting dalam psikologi adalah gejala gejala kejiwaan yang ada pada aliran psikologi, yang sangat bermanfaat untuk menganalisis proses komunikasi intra, manakala orang sedang melakukan proses interpetasi dari suatu stimulus, mulai dari sensasi, asosiasi, persepsi, memori, sampai dengan berfikir, baik untuk pekerjaan mengirim maupun menerima (Nina Syam, 2011 : 52)
2. Berdasarkan ciri-ciri pendekatan psikologi komunikasi tersebut, terlihat bagaimana psikologi komunikasi memakai berbagai perspektif keilmuan lain, dan sekaligus pula menggambarkan kemandirian psikologi komunikasi sendiri sebagai sebuah disiplin keilmuan. Dari gambaran itu, dapat dikemukakan bagaimana tujuan umum psikologi komunikasi merujuk pada buku Prof.Nina Winangsih Syam.
à Tujuan umum psikologi komunikasi pada buku Prof. Nina Winangsih Syam adalah meneliti kesadaran dan pengalam manusia terutama mengarahkan perhatianya pada perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyebabkan terjadinya perilaku manusia itu. Selain itu juga melihat bagaimana respons yang terjadi pada masa lalu dapat meramalkan respons yang akan datang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa psikologi komunikasi bertujuan untuk berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi.
3. Kepribadian manusia  terbentuk dan berkembang melalui komunikasi. Melalui komunikasi individu menemukan dirinya sendiri, mngembangkan konses dirinya sendiri, dan menetapkan hubungannya dengan sekitarnya. Hubungan tersebut menentukan kualitas hidupnya sendiri. Kegagalan berkomunikasi akan berakibat buruk pada proses pembentukan kepribadian seseorang. Maka itu, setiap individu memerlukan keterampilan dan kemampuan untuk dapat berkomunikasi secara efektif. Psikologi komunikasi bertujuan utntuk memamhami tanda-tanda komunikasi yang efektif. Bagaimana penjelasan mengenai hal ini.
à Secara umum, komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampikan oleh pengirim (sumber = S), berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima (R). Penjelasan ini dapat dilihat dalam bentuk persamaan di bawah ini:


 



Ciri-ciri Komunikasi efektif (Stewart L. Tubbs & Sylivia Moss)
a. Pengertian
=> Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari sisi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Kegagalan menerima isi pesan secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer (primary breakdown in communication). Perlu pemahaman mengenai psikologi pesan dan psikologi komunikator untuk menghindari hal tersebut.
b. Kesenangan
=> Tujuan mazhab analisis transaksional adalah sekadar berkomunikasi dengan orang lain untuk menimbulkan keakraban. Komunikasi semacam ini biasa disebut komunikasi fatik atau mempertahankan hubungan insani. Dan komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab dan menyenangkan. Komunikasi fatis (phatic communication), dimaksudkan menimbukan kesenangan. Komunikasi inilah  yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab dan menyenangkan. “Saya Oke, kamu OK!”
c. Mempengaruhi Sikap
=> Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan ynag menimbulkan efek pada komunikan. Persuasi didefinisikan sebagai “proses mempengaruhi pendapat, sikap dan tindakan dengan mnggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.
d. Hubungan sosial yang baik
=> Sudah menjadi keyakinan umum bahwa bila seseorang dapat memilih kata yang tepat, mempersiapkannya jauh sebelumnya, dan mengemukakannya dengan tepat pula maka hasilnya adalah komunikasi yang sempurna. Dan dapat dipastikan hubungan sosial yang baik akan timbul. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri. Kita ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Abraham Maslow  menyebutnya dengan “kebutuhan akan cinta” atau belongingness. Willian Schutz memerinci kebutuhan dalam tia hal: kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion); pengendalian dan kekuasaan (control); cinta serta rasa kasih saying (affection).
e. Tindakan
=> Persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki. Menimbulkan tindakan nyata memang indikator efektivitas yang paling penting. Untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil dulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap, atau menumbuhkan hubungan yang baik.
            Selain itu ada pula ciri efektif-tidaknya komunikasi ditunjukan oleh dampak kognitif, dampak afektif, dan dampak behavioral.
v  Dampak kognitif adalah dampak yang timbul pada diri komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya.
v  Dampak afektif adalah dampak yang lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar agar komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya yang dapat menimbulkan perasaan tertentu, misalnya persaan iba, terharu, bahagia dan sebagainya.
v  Dampak behavioral adalah dampak yang paling tinggi kadarnya, yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.

4.  Jelaskan ruang lingkup Psikologi Komunikasi berdasarkan unsur-unsur:
(a) Komunikator. Pesan. Komunikan; serta (b) Bagaimana tujuan dari unsur-unsur tersebut !
à (a) - Komunikator => Komunikator adalah pihak yang mengirim pesan kepada khalayak. Oleh karena itu, komunikastor biasa disebut pengirim, sumber, source atau encoder. Sebagai pelaku utama dalam proses komunikasi, komunikator memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi, dan juga kaya akan ide dan serta penuh daya kreativitas. Ketika komunikator, berkomunikasi, yang berpengaruh bukan saja apa yang ia ketakan, tetapi juga keaadan ia sendiri. He doesn’t communicate what he says, he communicates what he is (Jalaluddin Rakhmat. 2000 : 255)
            - Pesan => Membahas pesan dalam proses komunikasi, tidak bisa melepaskan diri dari apa yang disebut simbol dank ode, karena pesan yang d ikirim komunikator kepada komunikan terdiri atas rangkaian simbol dank ode. Simbol aldalah lambang yang meiliki suatu obje, sementara kode adalah seperangkat kode yang telah disusun secara sistematis dan teratur sehingga memiliki arti. Sebuah simbol yang tidak memilki arti bukanlah kode. (Hafied Cangara, 2007 : 98). Kode pada dasarnya dibedakan atas dua macam, yakni kode verbal (bahasa) dank ode nonverbal (isyarat).

            - Komunikan => Istilah komunikan biasa disebut juga dengan sebutan penerima, sasaran, pendengar, pemirsa, audience, atau decoder. Unsur ini merupakan salah satu actor dalam proses komunikasi, karena itu unsur ini tidak boleh diabaikan, sebab berhasil tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh komunikan. Terkait ruang lingkup psikologi Komunikasi,  seorang komunikator harus memahami komunikator dari segi kejiwaan, diantaranya hal-hal berikut (Hafied Cangara, 2007 : 159):
* Emosi, apakah mereka rata-rata meiliki temperamen mudah tersinggung, sabar atau periang.
* Bagaimana pendapat-pendapat mereka.
* Adakah keinginan mereka yang perlu dipenuhi?
* Adakah selama ini mreka menyimpan rasa kecewa, frustasi atau dendam?

(b)  - Komunikator => Melacak sifat-sifatnya, yakni apa yang menyebabkan satu sumber komunikasi berhasil dalam mempengaruhi orang lain sumber komunikasi lain yang tidak?
            - Pesan => Meneliti lambang-lambang yang disampaikan dan meneliti proses mengungkapkan pikiran.           
            - Komunikan => Karakteristik manusia komunikan dan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya.
5. Beberapa teori psikologi tentang perilaku komunikasi, meringkas empat konsepsi teoritik psikologi, yang mempengaruhi teori-teori tentang perilaku komunikasi, yakni: psikoanalisis, behaviorisme, psikologi kognitif, dan humanistic. Jelaskan konsep-konsep ini dan bagaimana pandangan islam mengenai hal ini dengan ayat Al-Qur’an atau Hadist!
à a. Psikoanalisis: Menurut Sigmund Freud bahwa bekerja, bertingkah laku, memprediksi dan mengendalikan tingkah laku manusia hanya bersifat horizontal saja Sedangkan dalam islam yang berlandaskan Alqur’an dan Hadits berbicara bagaimana mengubah tingkah laku menjadi baik dan bagaimana jiwa dekat dengan Tuhannya, jadi proses yang terjadi dalam islam berkaitan dengan interaksi antar manusia dan interaksi individu dengan Tuhannya sehingga tercipta sinergi antara dua hubungan tersebut menjadi manusia muslim yang mempunyai akhlakul karimah yan didalamnya juga terkandung kepribadian yang karimah pula.
            Teori struktur kepribadian menurut Alqur’an dan Hadits dengan teori yang diperkenalkan oleh Sigmund Freud sebetulnya yang membedakannya hanyalah dari sisi semantiknya saja.
فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَىٰ حِينٍ
Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan".(Q.S. 2 : 36)

Adam dan hawa dengan tipu daya syaithan memakan buah pohon yang dilarang itu, yang mengakibatkan keduanya keluar dari surga, itulah yang dimaksud oleh Freud mengenai hubungan Id yang mendorong ego untuk memenuhi segala keinginannya.
Sedangkan menurut perspektif beberapa hadits struktur kepribadian manusia digambarkan sebagai berikiut
“Sesuatu yang baik itu adalah yang membuat perasaan (nafs) tenteram dan hati tenang. Sebaliknya, dosa itu adalah yang membuat perasaan tidak tenang dan hati gelisah sekalipun orang banyak member fatwa.” (HR. Ahmad)
à b. Behaviorisme: Tokoh aliran ini adalah Watson. Watson mengatakan bahwa semua pengalaman dan pengamatan serta struktur-struktur dalam masyarakat pada akhirnya akan menjadi perilaku kita, sebab semua peristiwa yang besar dimulai dari peristiwa yang kecil-kecil.
Psikologi dalam konteks behavioural adalah cabang eksperimen dari alam. Tujuan teoritisnya adalah peramalan dan pengasaan perilaku. Semua bentuk perilaku pada dasarnya hanya bebentuk dari kejadian-kejadian stimulus-respon sederhana yang dapat dilihat, diukur sehingga dapat diketahui.
Para behaviourist beranggapan bahwa semua perilaku dapat diamati dan akibatnya dapat diterangkan melalui variabel-variabel lingkungan, bahkan self kontrol pun dibawah kontrol kekuatan eksternal.
Aliran ini mnenyatakan bahwa ada 3 (tiga) asumsi dasar tentang manusia (Nina Syam: 2011, 77-78), yakni:
1.      Perilaku manusia dianggap seperti mesin yang selalu berhubungan satu sama lain.
2.      Manusia pada dasarnya bersifat hedonistis (selalu mencari kesenangan dan menghindari kerugian.
3.      Manusia pada dasarnya seperti robot, lingkunganlah yang mengatur dan mengendalikannya. Di sini masyarakat ingin mendapatkan status quo.
Aliran behaviorisme mempelajari terbentuknya perilaku manusia berdasarkan konsep stimulus dan respon, yang berarti perilaku manusia sangat terkondisi oleh lingkungan. Satu – satunya motivasi yang mendorong manusia bertingkah laku adalah penyesuaian diri dengan lingkungan. Konsep ini mengisyaratkan bahwa ketika manusia dilahirkan, ia tidak membawa bakat apa – apa dan mengingkari potensi alami manusia. Aliran behaviorisme menolak determinan perilaku manusia, karena manusia berkembang atas dasar stimulasi dari lingkungannya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits Rasulullah berikut ini :
عَنْ اِبْنِ أَبى  ذ ِئبٍ عَنِ الزهرى عن أَبِى سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرحْمنِ عَنْ أَبِى هُرَيرَةَ رَضِى الله عَنْهُ  قال : قال النبِى صلى الله عليهِ وَسلمَ (كُل مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الفِطْرَه ، فَأَبَوَاهُ يُهَودانِهِ أَو يُنَصَرَانِهِ ، كَمَثَل الْبَهيمَةَ تُنْتَجُ البَهِيمَة ، هَلْ تَرَى فِيْهَا جَدْعَاءَ) (رواه بخارى)
Artinya: “Dari Ibn Abi Dzi’bin bercerita kepada kami dari al-Zuhri dari Abu Salamah ibn Abd al-Rahman dari Abu Hurairah r.a ia berkata: Nabi SAW bersabda: Setiap anak yang dilahirkan adalah dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.Sebagaimana binatang ternak yang telah melahirkan anak-anaknya, apakah engkau ada melihat sumbing (cacat) telinganya?” (HR.al-Bukhari). (Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari 1400 H: 424)
à c. Psikologi Kognitif: studi tentang proses mental yang mendasari kemampuan kita mempersepsikan dunia, memahami dan mengingat pengalaman kita, berkomunikasi dengan orang lain, dan mengendalikan perilaku kita.
Aliran psikologi kognitif menempatkan manusia sebagai makhluk yang bereaksi secara aktif terhadap lingkungannya dengan cara berfikir. Psikologi kognitif mempelajari bagaimana arus informasi ditangkap oleh alat indera yang diproses dalam jiwa seseorang sebelum diwujudkan dalam bentuk tingkah laku. Akan tetapi, dalam aplikasinya reaksi yang timbul tidak hanya yang nyata tetapi juga dalam bentuk atau berupa ingatan. Dalam konsep ini manusia orang yang secara sadar memecahkan permasalahan atau persoalan. Sehingga dalam aliran ini manusia disebut sebagai homo sapiens yaitu manusia yang berfikir.
            Berpikir adalah fungsi akal, dengan berpikir, manusia memanfaatkan akalnya untuk memahami hakikat segala sesuatu. Hakikat segala sesuatu adalah kebenaran, dan kebenaran yang sejati adalah Tuhan. Dengan berpikir, manusia mengenal Tuhan dan mendekatkan diri kepada-Nya. Maka berpikir adalah awal perjalanan ibadah, yang tanpanya ibadah menjadi tak bernilai. Dalam Al Qur’an Majid surat Ali Imran: 190-191, Allah Swt berfirman:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ. الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau. Maka lindungi kami dari siksa neraka. (Q.S. Ali Imran [3]: 190-191).
à d. Humanistis: Aliran psikologi humanistik menghormati manusia sebagai manusia, menjelaskan eksitstensi manusia yang positif, serta dapat menentukan cinta, kreativitas, nilai, makna, dan pertumbuhan pribadinya. Selain itu, perhatian pada makna kehidupan merupakan aspek penting dalam psikologi humanistik. Manusia bukan saja pelakon dalam panggung masyarakat, bukan saja pencari identitas, tetapi juga pencari makna (homo ludens).
Pandangan psikologi humanisme tidak saja sangat dominan mengkaji masalah manusia, tetapi juga meninggikan derajat manusia, yang dengan kata lain, “memanusiakan manusia”. Psikolog humanistik, eksistensialisme diadopsi sebagai pandangan manusia yang mendambakan interaksi dengan manusia lainnya atau kehadiran orang lain dengan berbagai interpretasi merupakan sesuatu yang syarat dengan makna dirinya. Pandangan tersebut kemudian dikonsepsikan dalam psikologi humanistik oleh Abraham Maslow bahwa manusia memiliki 5 kebutuhan yakni :
1.       Kebutuhan Fisiologikal (physiological needs)
Contohnya adalah : Sandang/pakaian, pangan/makanan, papan/rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.
2.      Kebutuhan Rasa Aman (safety needs)
Tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual.
Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya.
3.      kebutuhan Sosial Akan Kasih Sayang (love needs)
Misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
4.      Kebutuhan Akan Harga Diri (esteem needs)
Yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status. Contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.
5.      Aktualisasi diri (self actualization)
 Dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya. Seperti contoh pada motivasi sosial yang mencakup afiliasi, aktualisasi, kompetisi, yang akan berpengaruh positif dalam motivasi seseorang.
Frankl menyimpulkan asumsi-asumsi psikologi humanistik yaitu (1) keunikan manusia, (2) pentingnya nilai dan makna, (3) kemampuan manusia mengembangkan dirinya. Adapun Carl Rogers menyebutkan bahwa pandangan humanisme adalah sebagai berikut:
1.      Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi di mana the I, me, or myself menjadi pusat. Perilaku manusia berpusat pada konsep diri, yaitu persepsi manusia tentang identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan berubah-ubah, yang muncul dari suatu medan fenomenal berupa pengalaman subjektif
2.      Perilaku manusia bertujuan untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan diri
3.      Reaksi individu pada situasi, sesuai dengan persepsi tentang diri dan dunianya. Ia bereaksi pada “realitas” seperti yang dipersepsikannya lewat cara yang sesuai dengan konsep dirinya.
4.      Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri berupa penyempitan dan pengakuan (rigidification) persepsi dan perilaku penyesaian serta penggunaan mekanisme pertahanan ego seperti rasionalisasi.
5.      Keadaan batin manusia cenderung menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam keadaan yang normal ia akan berperilaku rasional, kontruktif, serta menuju pengembangan dan aktulaisasi diri (Rakhmat, 2001:30-32).
6.      Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan fitri yang pemenuhannya sangat tergantung pada kesempurnaan pertumbuhan kepribadian dan kematangan individu. Terpenuhinya kebutuhan spiritual ini sangat berpengaruh pada pembentukan konsep diri, yang pada gilirannya akan mewujud dalam tingkah laku seseorang pada kesehariannya.
Al-Qur'an menyatakan bahwa motivasi spiritual merupakan dorongan yang alamiah. Firman Allah swt:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu yang lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.  (QS. Ar-Rum, 30:30).

6. Dalam mengkaji aspek-aspek psikologi dalam komunikasi massa, terdapat bebagai faktor  yang mempengaruhi reaksi khalayak, dan efek dari komunikasi massa:
a. Efek seperti apa yang  terjadi dari proses komunikasi massa?
à Efek Kehadiran media massa (Steven H. Chaffe):
* Efek ekonomis
* Efek sosial
* Efek pada penjadwalan kegiatan
* Efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu
*Efek pada perasaan orang terhadap media
à Efek stimuli (informasi) dari media massa:
* Efek kognitif
**Pembentukan citra
**Agenda Setting
**Efek prososial kognitif
* Efek Afektif
                        **Pembentukan dan perubahan sikap
                        **Rangsangan emosional
                        **Rangsangan seksual
*Efek behavioral
                        **Prososial behavioral
                        **Agresi
                        **Teori-teori efek sosial komunikasi massa.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi khalayak:
à Teori Defleur & Ball-Rokeach tentang pertemuan dengan media
            Perspektif perbedaan individual, prespektif kategori sosial, perspektif hubungan sosial. Dengan kata lain berbagai faktor yang mempengaryhi reaksi orang terhadap media massa yaitu:
            * Organisasi personal psikologis, individu yakni potnsi biologis, sikap, kepercayaan, dan bidang pengalaman.
            * Kelompok sosia dimana individu menjadi anggota
            * Hubungan interpersonal pada proses penerimaan, pengelolaan dan penyampaian informasi melalui penggunaan media.
à Pendekatan motivasional dan uses and gratifivation
            *Motif Kognitif Gratifikasi media
            a) Teori Konsistensi: Manusia selalu dihadapkan pada konflik
b) Teori Atribusi: Manusia sebagai psikolog amatir yang mencoba memahami sebab-sebab  yang terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapinya
c) Teori kategorisasi: Manusia selalu mengelompokkan pengalaman dalam kategori-kategori yang sudah disiapkan.
d) Teori Objektivitas: Memandang manusia sebagai makhluk pasif, selalu memgutamakan petunjuk-petunjuk eksternal untuk merumuskan konsep-konsep tertentu.
e) Teori otonom: Manusia selalu berusaha mengakktualisasikan dirinya sehingga mencapai identitas kepribadian yang otonom.
f) Teori stimulus: Manusia selalu “lapar stimuli” yang sebntiasa mencari pengalama-pengalaman baru yang memperkaya pemikirannya.
g) Teori teleologis: manusia selalu berusaha mencocokkan persepsinya tentang situasi sekarang representasi nternal dari kondisi yang dikehedaki.
h) Teori utilitarian: manusia sebagai orang yang memperlakukan setiap situasi sebagai peluang untuk memperoleh nformasi yang  berguna.
*Motif Afektif Gratifikasi
a) Teori reduksi ketegangan: manusia sebagai sistem tegangan yang memperoleh kepuasan
b) Teori ekspresif: manusia mendapatkan kepuasan dalam  mengungkapkan eksistensi dirinya
c) Teori ego defensive: dalam hidup manusia selalu berusaha untuk mempertahankan citra diri.
d) Teori peneguhan: manusia akan bertingkah laku dan meneguhkannya jika ada reward
e) Teori penonjolan: manusia sebgai makhluk yang selalu mengembangkan diri untuk emperoleh penghargaan.
f) Teori Afiliasi: Manusia sebgai makhluk yang mencari kasih saying dan penerimaan orang lain.
g) Teori Identifkasi: Pemain peranan  yang selalu berusaha memuaskan egonya dengan menambahkan perana yang memuaskan konsep dirinya.
h) Teori peniruan: Manusia sebagai makhluk yang selalu mengembangkan kemampuuan afeksinya.
7. Dalam mengkaji aspek-aspek psikologi dalam komunikastor, terdapat berbagai faktor yang perlu diperhatikan, yaitu ethos komunikator. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ethos komunikator, dan komponen-komponennya!
à Ethos komunikator adalah Karakteristik komunikator yang kan mempengarurhi efektivitas komunikasi. Komponen-komponennya yaitu:
*Kredibilitas:
- Keahlian: Kesan yag dibentuk komunikate tentan kemampuan komuniaktor hubungannya dengan topik yang dibicarakan.
- Kepercayaan: Kesan komunikate tentang komunikator yang berkaitan dengan wataknya
- Dinamisme: Umumnya berkaitan dengan cara komunikate dimana ia dipandang sebagai orang yang bergairah, bersemangat, aktif, tegas, dan berani.
- Sosiabilitas: Kesan komunikan tentang komunikator sebgai orang yang periang dan sengan bergaul.
            - Koorientasi: mewakili kelompok yang kita senangi, yang mewakili nilai-nilai kita.
            - Karisma: Sifat luar biasa yang dimmiliki komunikator yag menarik dan mengndalikan komunikan seperti magnet menarik benda-benda disekitrnya.
* Atraksi: Daya tarik yang dimiliki komunikator yang akan mempengaruhi efektivitas komunikasi. Misalnya, daya tarik fisik, ganjaran, kesamaan, dan kemampuan.
* Kekuasaan
- Kekuasaan koersif: menunjukkan kemampuan komunikator untuk mendatangkan ganjaran atau hukuman bagi komunikan.
- Kekuasaan keahlian: berasal dari pengetahuan, pengalamann keterampilan, dan kemampuan yang dimiliki komunikator.
- kekuasaan informasional: berasal dari isi komounikasi tertentu atau pengetahuan baru yang dimiliki komunikator
-kekuasaan legal: berasl dari seperangkat peraturan norm ayang menyebabkan komunikator berwenang untuk melakukan suatu tindakan.
8. Dalam mengkaji aspek-aspek psikologi dalam pesan komunikasi terdapat berbagai faktor yang perlu diperhatikan, yaitu: Organisasi, struktur, dan imbauan pesan, serta pesan verbal. Apa yang dimaksud dengan istilah-istilah tersebut? Jelaskan!
àOrganisasi pesan
            Menurut Aristoteles, pesan yang tersusun baik lebih mudah dimengerti daripada pesan yang tidak terususun baik. Ia menyerankan agar setiap pembicaraan disusun menurut urutan, yaitu pengantar, pernyataan, argument, dan kesimpulan. Retorika mengenal 6 macam organisasi pesan:
            1) Deduktif
            2) Induktif
            3) Kronologis
            4) Logis
            5) Spasial
            6) Topikal
à Struktur pesan
            Bila Anda harus menyampaikan informasi di hadapan khalayak yang tidak sepaham dengan anda, maka anda harus menentukan apakah bagian penting dari argumentasi anda yang harus didahulukan atau bagian yang kurang penting dengan menggunakan konsep Primacy-Recency
           
à Imbauan pesan
            Apabila pesan-pesan kita dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain, kita harus menyentuh motif yang menggerakkan/mendorong perilaku komunikate.
* Imbauan Rasional: Didasarka pada anggapan bahwa menusia pada dasrnya adalah makhluk rasional yang baru bereaksi pada imbauan emosional, bila imbauan rasional tidak ada.
* Imbauan emosional: menggunakan pernyataan-pernyataan atau bahasa yang menyentuh emosi komunikate.
* Imbauan takut: menggunakan pesan yang mencemaskan, mangancan atau meresahkan.
* Imbauan ganjaran: meggunakan rujukan yang menjanjikan komunikate sesuatu yang mereka perlukan atau inginkan.
* Imbauan motivasional: menggunakan imbauan motif (motive appeals) yang menyentuh kondisi intern dalam diri manusia.
àPesan verbal: Pesan verbal dalam pemakaiannya menggunkan bahasa. Bahasa dapat didefinisikan seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur sehngga menjadi himpunan kalimat yang mengandung arti. Bahasa memiliki banyak fungsi, namun sekura-kurangnya ada tiga fungsi yang erat hubungannya dalam meniptakan komunikasi yang efektif (Hafied Cangara, 2007 : 99):
a) Untuk mempelajari tentang dunia sekeliling kita;
b) Untuk membina hubungna yang baik di antara sesame manusia;
c) Untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia.









DAFTAR PUSTAKA

Syam, Nina W. 2011. Psikologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

http://hasyimzain.blogspot.com/2011/11/efektivitas-komunikasi.html

http://nichanghan2.multiply.com/journal/item/20?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

d'SwEEt piNk