Friday, May 10, 2013


ANALISIS FENOMENOLOGI PERILAKU MENUNGGU
(Studi Pada Pasien Menunggu Giliran Periksa di Apotek Kimia Farma Bandung)

A. Latar Belakang Penelitian
Bagi kebanyakan orang, menunggu adalah kegiatan yang paling membosankan. Namun demikian suka atau tidak hal ini sudah merupakan sebuah fenomena dalam kehidupan sehari-hari. Kata menunggu berasal dari kata dasar tunggu yang artinya tinggal untuk sementara untuk berjaga (menjaga). Sedangkan kata menunggu adalah tinggal beberapa saat di suatu tempat sambil berharap sesuatu akan terjadi atau datang (Pusat Bahasa Depdiknas, 2007 : 1225). Misalnya, menunggu antrian membayar belanjaan, menunggu keluar dari kemacetan ataupun traffic light, menunggu kedatangan seseorang, sampai menunggu komputer menjalankan sebuah program. Semua itu membutuhkan sikap sabar dan mungkin melakukan aktifitas lain untuk mengusir kejenuhan sampai proses menunggu berakhir.
Fenomena menunggu adalah hasil langsung dari keacakan dalam operasi pelayanan. Secara umum, kedatangan pelanggan dan waktu perbaikan tidak diketahui sebelumnya, karena jika dapat diketahui, pengoperasi sarana tersebut dapat dijadwalkan sedemikian rupa sehingga akan sepenuhnya menghilangkan keharusan untuk menunggu.[1]
Pada dasarnya, pekerjaan mengantri untuk mendapatkan layanan adalah hal yang tidak disenangi. Terutama untuk mendapatkan layanan ketika sakit atau ketika membutuhkan pelayanan kesehatan. Jenis layanan kesehatan sangat sulit untuk ditentukan trafiknya, karena kita tidak tahu kapan orang sakit atau membutuhkan layanan kesehatan. Hal ini tentu sangat mempengaruhi lamanya antrian pada pelayanan kesehatan. Dengan variasi kedatangan pasien pada layanan, tentu akan mempengaruhi kinerja dan efisiensi dari petugas medis atau tenaga kerja yang ada, dan berpengaruh terhadap kepuasan dan kenyamanan pasien. Pentingnya pengoptimalan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, dapat dilakukan salah satunya dengan mengetahui sistem antrian yang tepat digunakan pada pelayanan kesehatan.
            Salah satu fenomena menunggu juga dapat ditemui di tempat praktek dokter. Para pasien menunggu untuk diperiksa oleh dokter. Biasanya setelah mendaftar dan mengambil nomor antrian. Peneliti memilih meneliti di tempat praktek dokter bersama karena terdapat banyak dokter dan bahkan satu spesialisasi terdapat lebih dari satu dokter. Faktor ini menyebabkan banyak objek yang memungkinkan untuk diwawancarai, terutama pasien dokter umum.  Dokter umum adalah tenaga medis yang diperkenankan untuk melakukan praktik medis tanpa harus spesifik memiliki spesialisasi tertentu, hal ini memungkinkannya untuk memeriksa masalah-masalah kesehatan pasien secara umum untuk segala usia.[2] Keragaman usia pasien yang heterogen menyebabkan perilaku dan perasaan yang cenderung berbeda-beda pula selama menunggu. Hal inilah yang menurut peneliti menarik untuk dikaji lebih jauh.

            Fokus kajian dalam penelitian ini adalah:
1. Apa saja yang dilakukan pasien sambil menunggu giliran periksa?
2. Bagaimana perasaan pasien yang sedang menunggu giliran periksa?
B. Teori
Istilah phenomenon mengacu pada kemunculan sebuah benda, kejadian atau kondisi yang dilihat. Oleh karena itu fenomenologi merupakan cara yang digunakan manusia untuk memahami dunia melalui pengamatan langsung (Littlejohn dan Foss, 2011 : 57). Fenomena merupakan penampakan objek, peristiwa, atau kondisi dalam persepsi. Dengan demikian, fenomenologi dapat diartikan sebagai kajian terhadap pengetahuan yang datang melalui kesadaran, yaitu cara kita memahami objek dan peristiwa melalui pengalaman secara sadar. Pada dasarnya teori ini dapat dilihat dari perspektif teori dan metodologi.[3]
Tujuan dari fenomenologi, seperti yang dikemukakan oleh Husserl, adalah untuk mempelajari fenomena manusia tanpa mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan tentang penyebab mereka, realitas objektif mereka, atau bahkan penampilan mereka. (El Karimah dan Wahyudin, 2010).
Dunia kehidupan memuat segala orientasi yang kita andaikan begitu saja dan kita hayati pada tahap-tahap paling primer. sayangnya dunia kehidupan itu sudah dilupakan. kita kerap memaknai kehidupan tidak secara apa adanya tetapi berdasarkan teori-teori, refleksi filosofis tertentu, atau berdasarkan oleh pemaparan-pemaparan yang diwarnai oleh kepentingan-kepentingan, situasi kehidupan dan kebiasaan-kebiasaan lain. Maka fenomenologi menyerukan zuruck zu de sachen selbst (kembali kepada benda-benda itu sendiri) yaitu upaya untuk menemukkan kembali dunia kehidupan (Ardianto dan Q-ness, 2007 : 127)
Stanley Deetz menyimpulkan tiga prinsip dasar dalam fenomenologi (Deetz dalam Littlejohn, 2011 : 57) yaitu:
(1) Pengetahuan adalah kesadaran, maksudnya diperoleh secara sadar;
(2) Makna sesuatu bagi seseorang selalu terkait dengan hubungan sesuatu itu dengan kehidupan orang tersebut; dan
(3) Bahasa merupakan kendaraan makna.
Proses interpretasi merupakan hal yang sangat penting dan sentral dalam fenomenologi. Interpretasi adalah proses aktif pemberian makna dari suatu pengalaman. Pada tradisi semiotika, interpretasi merupakan hal yang terpisah dari realitas, namun dalam fenomenologi, interpretasi merupaan realitas bagi seorang individu. Anda tidak dapat memisahkan realitas dari interpretasi. Interpretasi adalah proses aktif dari pikirn yaitu suatu tindakan kreatif dalam meperjelas pengalaman personal seseorang.
Menurut pemikiran fenomenologi, orang yang melakukan interpretasi (interpreter) mengalami suatu peristiwa atau situasi dan ia memberikan makna kepada setiap peristiwa atau situasi yang dialaminya. Kondisi demikian akan berlangsung terus-menerus (bolak-balik) antara pengalaman dan pemberian makna (Morissan dan Wardhani, 2009 : 32)
Sebagai manusia, bukan sekadar, menggunakan istilah Immanuel Kant, fenomena, yang pasif, sekedar bereaksi, merespos rangsangan, atau dikendalikan lingkungan, tetapi juga adalah noumena, yakni mahkluk yang berpikir, berkehendak, dan mengubah lingkungan (Mulyana, 2008 : 122). Begitupun pada situasi di tempat antrian pasien. Mereka tidak hanya sekedar menunggu panggilan, namun melakukan sesuatu untuk mengisi waktu. Perilaku pasien selama menunggu merupakan pengalaman personal yang berbeda-beda tiap manusia. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan teori fenomenologi.



C. Metodologi Penelitian
1.  Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif  kualitatif, sebuah metode penelitian efktif untuk menggambarkan atau mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada. Dalam penelitian deskriptif kualitatif, penulis sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Artinya, peneliti sendiri secara langsung mengumpulkan informasi yang didapat dari lapangan penelitian.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena fenomena pasien yang sedang menunggu panggilan dokter dengan berbagai perilakunya dijelaskan dan dideskripsikan. Penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, manusia serta alat penelitian yang memanfaatkan metode kualitatif, mengandalkan analisis dan induktif. Selain itu, penelitian jenis ini juga mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan dasar teori, bersifat deskriptif dengan mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data. Rancangan penelitian bersifat sementara dan hasil penelitiannya disepakati kedua pihak, yakni penelitian dan subjek penelitian (Moleong, 2008 : 8-13).



2. Teknik Penelitian
Teknik penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. yakni menggali kesadaran terdalam para subjek mengenai pengalaman beserta maknanya. Pendekatan ini lebih memperhatikan pada pengalaman subjektif individu karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap dirinya dan dunianya, konsep dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran atau aktualisasi dirinya (Nina Syam, 2012 : 5) Dalam hal ini penulis menelusuri pengalaman menunggu para pasien serta maknanya bagi mereka secara sadar.

3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik “utama” pengumpulan data dalam penelitian fenomenologi adalah: wawancara mendalam dengan subjek penelitian, observasi langsung perilaku narasumber, serta studi kepustakaan atau library research, dengan mempelajari dan mengkaji literatur yang berhubungan dengan permasalahan, untuk mendukung asumsi sebagai landasan teori permasalahan yang dibahas.

4. Teknik Analisis Data
          Data-data yang diperoleh penulis di lapangan, selanjutnya diolah dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
  • Mentranskripsikan rekaman hasil wawancara ke dalam tulisan.
  • Bracketing (epoche): membaca seluruh data (deskripsi) tanpa prakonsepsi.
  • Tahap Horizonalization: menginventarisasi pernyataan-pernyataan penting yang relevan dengan topik.
  • Tahap Cluster of Meaning: rincian pernyataan penting itu diformulasikan ke dalam makna, dan dikelompokkan ke dalam tema-tema tertentu. (Textural description, Structural description)
  • Tahap Deskripsi Esensi: mengintegrasikan tema-tema ke dalam deskripsi naratif.
5. Waktu dan Tempat Penelitian
            Peneliti melakukan wawancara kepada beberapa pasien yang sedang menunggu giliran periksa di Apotek Kimia Farma, JL. Ir. H. Djuanda No.1 Bandung, hari Selasa 18 Desember 2012. Di tempat ini, kebanyakan pasien datang pada waktu malam. Oleh karena itu, peneliti menunggu hingga pasien sudah banyak yang sedang mengantri, yakni pada pukul 18.00-21.00 wib.

D. Pembahasan
1. Transkripsi hasil wawancara:
a) Ny. Evy, 35 tahun. (Pasien dokter gigi)
Ke sini sendiri untuk kontrol periksa lagi gigi yang mau ditambal jadi sudah sering ke sini. Yaa.. yang namanya orang menunggu ya jenuhlah... sudah pasti. Apalagi sudah lama menunggu. Tadi cuma menelpon, kadang juga cerita sama suster. Tv d sini gak dinyalain sih....jadi gak bisa nonton...”

b) Ny. Nurhayati, 27 tahun. (Pasien dokter kandungan)
Kata susternya dokter agak telat datengnya, jadi tadi saya jalan-jalan dulu ke BEC, heheh..... Saya belum punya anak, ini baru mau pastikan ke dokter, semoga beneran hamil...  dateng k sini sendiri... rumah deket koq di cihampelas...... Santai saja saya nunggunya...... kan ada televisi, jadi bisa nonton... saya lulusan SMK Analis Kimia.......”
c) Bpk. Asep, 38 tahun. (Pasien dokter umum)
“Saya merasa nda enak badan, sudah tiga hari ini saya batuk.. uhuk..uhuk... saya datang telat, jadi harus antri lama.... pasiennya banyak sekali...uhuk...uhuk... maaf neng..... sebenarnya mau nonton berita tapi televisinya mati........ tadi cuma duduk-duduk saja... bosaan juga.... tapi ternyata di sana ada koran jadi saya ambil saja..... lumayan bisa dibaca supaya gak bosan, kebetulan juga saya belum baca koran hari ini ”
d) Bpk. Dadang, 27 tahun (Pasien dokter saraf )
Iya, maaf, kenapa? (sambil melepaskan headset dari telinganya)... iyaa ini lagi menunggu tapi setelah yang di dalam sudah giliran saya....... gak tau nih, akhir-akhir ini sering sakit kepala...... gak suka sama tayangan di televisi itu, saya lebih suka mendengarkan musik..... jadi lebih enak nunggunya... santai...”

2. Horizonalization
            Pasien laki-laki dan perempuan, selain berbeda secara fisik, tentu saja juga berbeda secara psikologis. Oleh karena itu peneliti membedakan pernyataan-pernyataan  penting yang diucapkan pasien berdasarkan jenis kelamin.




            a) Pernyataan penting pasien perempuan mengenai “perilaku menunggu”:
Pernyataan informan A
Penyataan informan B
1. Namanya orang menunggu, jenuh.
2. Cuma menelpon.
3. Kadang juga cerita sama suster
4. Tv d sini gak dinyalain, gak bisa nonton
1. Jalan-jalan dulu .
2. Dokter agak telat datengnya
3. Santai saja saya nunggunya.
4. Kan ada televisi, jadi bisa nonton.

            b. Pernyataan penting pasien laki-laki mengenai “perilaku menunggu”:
Pernyataan informan C
Penyataan informan D
1. Saya datang telat, jadi harus antri lama.
2. Sebenarnya mau nonton berita tapi televisinya mati.
3. Cuma duduk-duduk saja.
4. Bosan juga
5. Ada koran, lumayan bisa dibaca
1. Gak suka sama tayangan di televisi itu. 2. Saya lebih suka mendengarkan musik.
 3. Jadi lebih enak nunggunya.
4. Santai

3. Cluster of Meaning
a. Textural description
Textural description adalah apa yang dialami subjek penelitian tentang sebuah fenomena. Berikut ini adalah hal-hal yang penulis amati sebagai perilaku pasien selama menunggu giliran periksa.
a. Termenung
b. Mengobrol
c. Menelpon (hp)
d. Mengetik pesan (hp)
e. Menonton
f. Bercermin/make up
g. Membaca koran
h. Mengetik di tablet
i. Mendengarkan musik
j. Bermain bersama anak
Untuk mengidentifikasi perilaku menunggu tersebut, peneliti membagi perilaku ke dalam kategori pemanfaatan fasilitas umum, pribadi, dan tanpa fasilitas/benda, berdasarkan pemanfaatan benda-benda atau fasilitas.




Pengelompokan Tema-Tema Umum
Pemanfaatan Fasilitas
Umum
Pemanfaatan Fasilitas
Pribadi
Tanpa Fasilitas
1. Menonton
2. Membaca koran

1. Menelpon (hp)
2. Mengetik pesan (hp)
3. Bercermin/make up
4. Mengetik di tablet
5. Mendengarkan musik
1. Termenung 
2. Mengobrol
3. Bermain bersama anak

b.  Structural description
Structural description adalah bagaimana subjek mengalami dan memaknai pengalamannya. Dalam hal ini bagaimana perasaan pasien yang sedang menunggu giliran periksa tersebut.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan yang diungkapkan para informan pada tahap horizonalization maka dapat diketahui bahwa perasaan mereka secara umum terbagi dua jenis, yaitu, ada yang merasa jenuh seperti yang dialami informan A. Dia hanya memanfaatkan Hp nya untuk menelpon sebagai pengisi waktunya selama menunggu atau mendapat giliran periksa oleh dokter gigi.  Selain jenuh, sebenarnya informan A juga merasa kecewa karena televisi di dekat tempat duduknya menunggu tidak dinyalakan. Tidak seperti televisi yang dipasang di tempat menunggu dokter lain, televisinya dihidupkan. Sementara itu  hal yang berbeda tampak pada penjelasan informan B,C, dan D. Mereka bertiga merasa santai selama menunggu. Informan B dan D santai dengan menonton dan mendengarkan musik melalui hp nya. Demikian pula dengan informan C, meskipun mengatakan dia santai, bisa membaca koran yang ada namun tampak merasa agak kurang nyaman karena penyakit batuk yang dideritanya.
4. Deskripsi Esensi
            Pada tahap terakhir ini peneliti mendeskripsikan atau membangun konstruksi menyeluruh atas makna-makna yang muncul berdasarkan perilaku pasien yang menunggu giliran pemeriksaan oleh dokter di Apotek Kimia Farma.
            Deskripsi mendalam mengenai “perilaku menunggu”:
            Berbagai macam perilaku pasien selama menunggu muncul sebagai akibat kejenuhan ataupun ketidakjenuhan mereka. Pada intinya dapat mengisi waktu sebelum mendapat giliran diperiksa.
Perilaku seseorang dalam menunggu umumnya ditentukan oleh faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal pasien dalam penelitian ini meliputi kondisi tempat praktek dokter tersebut yang nyaman dan menyediakan berbagai fasilitas untuk pasien yang sedang menunggu. Sedangkan faktor internalnya adalah kondisi psikis pasien.
Pasien dengan penyakit yang tidak terlalu parah atau tidak membutuhkan pangobatan segera bisa menunggu dengan santai apalagi dengan memanfaatkan fasilitas yang disediakan. Sebaliknya pasien yang penyakitnya terasa menganggu aktivitas sehari-harinya misalnya batuk, seperti informan B, maka rasa santai yang dirasakannya selama menunggu tidak senyaman yang dirasakan pasien B dan D. Meskipun dapat memanfaatkan fasilitas koran sebagai pengisi waktu.
Lain halnya dengan perasaan jenuh yang dirasakan pasien A. Perasaan itu muncul akibat faktor eksternal, yakni fasilitas televisi yang mungkin sedang bermasalah di dekat tempatnya menunggu, sehingga tidak difungsikan. Hal ini menyebabkan rasa kecewa dan hanya mengandalkan fasilitas pribadi (hp) untuk menelpon sebagai pengisi waktu selama menunggu.

E. Penutup
1. Simpulan
Penelitian yang berjudul “ANALISIS FENOMENOLOGI PERILAKU MENUNGGU” (Studi Pada Pasien Menunggu Giliran Periksa di Apotek Kimia Farma Bandung) ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis fenomenologi. Berdasarkan wawancara dan pengamatan yang dilakukan peneliti di tempat praktek dokter Apotek Kimia Farma Bandung, maka ditemukan jawaban atas fokus kajian yang telah dijelaskan sebelumnya.
Hal-hal yang dilakukan pasien selama menunggu giliran periksa di Apotek Kimia Farma adalah termenung, mengobrol, menelpon (hp), mengetik pesan (hp), menonton, bercermin/make up, membaca koran, mengetik di tablet, mendengarkan musik, bermain bersama anak. Sedangkan perasaan para pasien yaitu ada yang merasa jenuh adapula yang merasa santai.

                       2. Saran
                       Sebaiknya semua tempat umum yang merupakan tempat menunggu  menyediakan fasilitas untuk mendukung kenyamanan dalam menunggu. Selain itu segera melakukan perbaikan jika terdapat permasalahan.






DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro dan Bambang Q-Anees. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Kismiyati, El Karim. 2007. Filsafat dan Etika Komunikasi. Bandug: PT. Remaja Rosdakarya.

Littlejohn, Stephen W dan Karen A. Foss. 2011. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Moleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif . Cet. 25; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008.

Morissan dan Andy Corry Wrdhani. 2009. Teori Komunikasi tenteng Komunikastor, Pesan, Percakapan, dan Hubungan. Bogor: Ghalia Indonesia.

Mulyana, Deddy. 2008. Komunikasi Massa: Kontroversi, Teori dan Aplikasi. Bandung: Widya Padjajaran.

Pusat Bahasa dan Depdiknas 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed. III. Jakarta: Balai Pustaka.
Syam, Nina W. 2012. Psikologi Sosial Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
http://klikharry.com/2012/05/15/fenomena-antrian-rumah-sakit/
http://id.wikipedia.org/wiki/Dokter_


[1]http://klikharry.com/2012/05/15/fenomena-antrian-rumah-sakit/ diakses 11 Desember 2012 pukul 21.11 wib.
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Dokter_umum diakses 11 Desember 2012 pukul 20.55 wib.
[3]http://kk.mercubuana.ac.id/files/94022-13-772299373715.doc diakses pada 16 Desember 2012 pukul 17.20 wib.


No comments:

Post a Comment

d'SwEEt piNk