A.
Paradigma Kuantitatif
Penelitian jenis ini dilakukan
berdasarkan positivist dan neo-positivis dengan perspektif dasar: realitas yang
bersifat objektif, sederhana, positif dan terdiri dari impresi indra, ada suatu
realitas di alam dan menganggap satu kebenaran. Oleh karena itu, manusia
ditentukan oleh dunia sosialnya seperti juga dunia alam ditentukan oleh hukum
yang pasti, semua tunduk pada pola yang pasti yang secara empiris dapat diamati.
Tugas peneliti adalah menemukan hukum ilmiah yang menerangkan perilaku manusia.
Menurut paradigma ini, suatu fakta
harus dipisahkan dari nilai, maksudnya peneliti sosial tidak boleh melakukan
penilaian/value judgement. Selain itu juga menganggap ilmu-ilmu alam dan
sosial meiliki pondasi logika dan metodologi yang sama. Sehingga ilmuwan sosial
tetap harus menggunakan metode yang berlaku di ilmu-ilmu fisika/alam. Sedangkan
metafisika, penalaran filsafati dan spekulasi hanyalah kecanggihan atau ilusi,
tidak dapat memberikan data yang abasah dan shahih, tidak memililki relevansi
empiris, dan tidak menggunakan prosedur yag jelas yang memungkinkan replikasi
dan testing.
Penjelasan-penjelasan dalam
penelitian dengan paradigma ini terbatas pada gejala positif dan ditarik secara
eksklusif dari pengalaman. Dalam mengkonstruksi pengetahuan ilmuawan harus
mengikuti prosedur yang eksplisit, tepat dan formal untuk mendefinisikan
konsep, menetukan proposisi dan konsep operasionalisasi serta pengukuran konsep
dan variable agar validitas dari proposisi baru dapat dinilai ulang oleh
peneliti lain, dan hasilnya ditolak atau dimodifikasi.
Tujuan paradigma ini adalah
menetapkan orientasi yang jelas dan objektif, memberikan prosedur yang ketat,
sistematis, dan teratur/disiplin, serta mengaaplikasika metodologi yang terikat
pada realitas agar dapat dapat mencapai suatu teori yang bebas dari pendekatan
yang meragukan dan asal-asalan, pemeikiran spekulatif mengenai realitas dan
teori yang dapat dipisahkan dari asumsi kehidupan sehari-hari.
Landasan ideologis paradigma ini adalah
‘Quantitativism’, yakni fokus pada pengukuran dan kuantifikasi, ‘Behaviorism’,
yaitu tekanan eksklusif pada perilaku yang dapat diamati, serta Positive
epistemology dengan bantuan statistic, dan kuantitatif modeling.
B.
Paradigma Kualitatif
Penelitian dengan menggnakan
paradigma ini menggunakan berbagai pendekatan metodologis berdasarkan
macam-macam kaidah-kaidah teori, selain itu menggunakan metode pengumpulan data
dan analisis yang non-kuantitatif. Teori sosial utama yang didukung penelitian
kualitatif adalah teori Phenomenlogy, Hermeneutics and Social Interactionism.
Sedangkan sasarannya yaitu mengeksplorasi hubungan sosial, dan mendeskripsikan
pengalaman.
Asumsi dasar dalam paradigma ini
menganggap bahwa kehidupan sosial selalu merupakan ciptaan manusia dan bukan
‘penemuan’ dengan mendekati kenyataaan tanpa gagasan yang sudah dibatasi
terlebih dahulu, tanpa ada pola atau model yang telah distruktur terlebih
dahulu. Oleh karena itu ‘ilmu pengetahuan interpretive’ mencoba menangkap
realitas sosial sebagaimana adanya yang dialami responden serta realitas dalam
interaksi, tetapi informasi disampaikan dalam ujaran/tulisan bukan dalam
formula atau angka. Hal lain yang dilakukan ketika menggunakan jenis kualitatif
yaitu mempelajari sejumlah kecil responden, tidak menerapkan random sampling
dan tidak menggunakan ukuran kuantitatif.
Peneliti dan responden dalam
penelitin ini merupakan dua elemen yang setara pentingnya. Responden tidak
direduksi menjadi variable, unit atau hipotesis tetapi satu bagian dari suatu
keseluruhan yang lebih besar. Meredusir orang-orang menjadi simbol-simbol
angka, dan angka statistik menghilangkan persepsi yang bersifat subjektif dari
perilaku manusia.
Paradigma
kualitatif ini mempelajari realitas dari dalam bukan dari luar untuk
menginterpretasi perilaku manusia yang memiliki makna serta interpretasi yang
diberikan orang mengenai dirinya atau orang/kondisi lain. Berupaya menciptakan
makna dan keteraturan pola dari tindakan sosial serta memahami manusia bukan
mngukur mereka. Sehingga metodologi menghasilkan data deskriptif yang
disampaikan dalam kutipan dari pandangan dan pengalaman responden sendiri. Pada
intinya penelitian interpretif/kualitatif ini menyelami moralitas.
C. Perbedaan
Paradigma Kuantitatif dan Kualitatif
PARADIGMA KUANTITATIF
|
PARADIGMA KUALITATIF
|
Realita bersifat obyektif dan berdimensi
tunggal. Menilai data lebih
obyektif karena tidak boleh
terpengaruh oleh nilai atau
kepercayaan peneliti atau orang lain
(value free).
|
Realita bersifat subyektif dan berdimensi
banyak. Menilai data lebih
subyektif karena hasil observasi
langsung dilakukan peneliti, dan peneliti
sendiri yang
menyimpulkannya.
|
Peneliti independen terhadap fakta
yang diteliti.
|
Peneliti berinteraksi terhadap fakta yang
diteliti.
|
Menggunakan
struktur teori.
|
Tidak menggunakan struktur teori karena
lebih bertujuan menemukan teori bukan
memverifikasi teori, kecuali jika tujuan
penelitiannya ingin membuktikan atau
menemukan keterbatasan dari suatu
teori.
|
Struktur teori digunakan untuk
membangun satu atau lebih hipotesis.
|
Tidak ada hipotesis, jika ada hipotesis
tersebut bersifat implisit tidak eksplisit.
|
Paradigma ini menolak bahwa teori
membumi (grounded
theory) di datanya
dan berargumentasi bahwa “fact
do
not speak for themselves” (Blalock,
1969).
|
Paradigma ini sejalan dengan konsep
grounded theory yang dikembangkan oleh
Glaser dan Straus (1969) yang percaya
bahwa cara terbaik untuk menjelaskan
dan membangun teori adalah dengan
menemukannya dari data. Paradigma ini
menganggap bahwa teori grounded
di
datanya.
|
Pengujian teori dengan analisis
kuantitatif dan statistik.
|
Penyusunan teori dengan analisis
kualitatif.
|
Paradigma ini menggunakan
pendekatan deduktif, yaitu proses
pengambilan kesimpulan dengan
menggunakan fakta atau data empiris
untuk menguji hipotesis yang telah
dibangun dengan menggunakan
struktur teori. Dengan kata lain,
deduksi adalah proses pengambilan
kesimpulan berdasarkan hasil analisis
data.
|
Paradigma ini menggunakan pendekatan
induksi, yaitu suatu pendekatan yang
mengumpulkan data terlebih dahulu baru
hipotesis dibuat jika diinginkan dan
konklusi langsung diambil jika hipotesis
tidak digunakan. Dengan kata lain,
pendekatan induksi adalah sebagai suatu
proses mengambil kesimpulan (atau
pembentukan hipotesis) yang didasarkan
pada satu atau lebih fakta atau buktibukti.
|
Pendekatan ini dapat melakukan
setting artifisial dengan metode
eksperimen yaitu memanipulasi
beberapa variabel. Jika setting
artifisial
digunakan dalam paradigma ini, maka
dapat mengurangi validitas penelitian.
|
Paradigma kualitatif menolak bentuk
terstruktur dari penelitian. Pendekatan
kualitatif juga menolak pengaturanpengaturan
penelitian secara artifisial.
Penelitian dengan pendekatan kualitatif
lebih menggunakan dan menjaga setting
alamiah (natural) di mana fenomena atau
perilaku yang akan diamati terjadi.
|
Penelitian ini kurang terfokus tetapi
lebih luas, sehingga kurang
mendalam.
|
Pendekatan ini merupakan penelitian yang
lebih terfokus dan mendalam.
|
Penelitian ini biasanya menjelaskan dan
memprediksi fenomena yang tampak,
sehingga lebih mengarah ke verifikasi
teori.
|
Penelitian lebih mendetail ke hal-hal di
bawah permukaan yang belum tampak,
seperti misalnya penelitian tentang kultur.
Lebih untuk menemukan teori baru.
|
Dapat menggunakan data sekunder,
sehingga hal ini mempermudah
peneliti dalam memperoleh data.
|
Data primer harus dikumpulkan sendiri
oleh peneliti yang biasanya melibatkan
waktu yang cukup lama (bulanan sampai
dengan tahunan), peneliti harus terlibat
langsung sebagai pengobservasi di
tempat kejadian untuk memperoleh data
yang mereka
perlukan.
|
Eksternal validiti lebih tinggi karena
dapat melibatkan permasalahan yang
lebih luas, menggunakan waktu yang
lebih panjang dan perusahaan yang
lebih banyak sebagai obyek penelitian
karena tersedia di data sekunder.
|
Eksternal validiti rendah karena hanya
melibatkan satu permasalahaan di suatu
organisasi saja. Karena data primer
harus diobservasi sendiri dan
membutuhkan banyak waktu untuk
melibatkan banyak perusahaan.
|
Sumber: Hartono, 2004
- Inferensi : Melibatkan inferensi detil-detil pengamatan empiris ke suatu kesimpulan umum.
- Keterbukaan : Menerapkan metode pengumpulan data yang sistematis dan terbuka hingga bisa dinilai pihak lain.
- Perbandingan : Membandingkan data, mencari kesamaan dan perbedaan untuk menemukan pola tertentu pada data.
- Koreksi : Menggunakan prosedur untuk menghindari kesalahan analisis dan penarikan inferensi.
No comments:
Post a Comment