Thursday, April 11, 2013

TEKNIK PENGUMPULAN DATA PENELITIAN KUALITATIF

Teknik-teknik Pengumpulan Data Penelitian
1.  Wawancara
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian. Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya. Hasil wawancara bisa saja sesuai atau berbeda dengan informasi yang telah diperoleh sebelumnya karena merupakan proses pembuktian.
 Wawancara Riset Kualitatif berbeda dengan wawancara riset kuantitatif,. Kategori kualitatif biasanya: kurang terstruktur, fokus pada pandangan utama (point of view), Peneliti bisa keluar dari jadwal peneliti mencari jawaban yang kaya dan detail informan bisa diwawancarai lebih dari sekali
Agar wawancara efektif, maka terdapat berapa tahapan yang harus dilalui, yakni ; 1). mengenalkan diri, 2). menjelaskan maksud kedatangan, 3). menjelaskan materi wawancara, dan 4). mengajukan pertanyaan. Selain itu, agar informan dapat menyampaikan informasi yang komprehensif sebagaimana diharapkan peneliti, maka berdasarkan pengalaman wawancara yang penulis lakukan terdapat beberapa kiat sebagai berikut; 1). ciptakan suasana wawancara yang kondusif dan tidak tegang, 2). cari waktu dan tempat yang telah disepakati dengan informan, 3). mulai pertanyaan dari hal-hal sederhana hingga ke yang serius, 4).  bersikap hormat dan ramah terhadap informan, 5). tidak menyangkal informasi yang diberikan informan, 6). tidak menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi yang tidak ada hubungannya dengan  masalah/tema penelitian, 7). tidak bersifat menggurui terhadap informan, 8). tidak menanyakan hal-hal yang membuat informan tersinggung atau marah, dan 9). sebaiknya dilakukan secara sendiri, 10) ucapkan terima kasih setelah wawancara selesai dan minta disediakan waktu lagi jika ada informasi yang belum lengkap.
Setidaknya, terdapat dua jenis wawancara, yakni: 1). wawancara mendalam (in-depth interview), di mana peneliti menggali informasi secara mendalam dengan cara terlibat langsung dengan kehidupan informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa pedoman pertanyaan yang disiapkan sebelumnya sehingga suasananya hidup, dan dilakukan berkali-kali; 2). wawancara terarah (guided interview) di mana peneliti menanyakan kepada informan hal-hal yang telah disiapkan sebelumnya. Berbeda dengan wawancara mendalam, wawancara terarah memiliki kelemahan, yakni suasana tidak hidup, karena peneliti terikat  dengan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Sering terjadi pewawancara atau peneliti lebih memperhatikan daftar pertanyaan yang diajukan daripada bertatap muka dengan informan, sehingga suasana terasa kaku.
Bila dilihat dari bentuk daftar pertanyaan, maka adapula jenis wawancara sebagai berikut:
·         Wawancara terstruktur (structured interview): o Peneliti membuat daftar pertanyaan o Wawancara hanya sesuai dengan daftar pertanyaan
·         Wawancara tidak terstruktur (unstructured interview):o Peneliti menggunakan daftar kata kunci atau isu o Informan dipersilahkan menjawab dengan bebas o Peneliti meresponnya dengan pertanyaan lanjutan o Mirip percakapan
·         Wawancara semi terstruktur (Semi-structured interview): o Daftar pertanyaan dibuat dan dijadikan panduan wawancara. o Pertanyaan yang berkembang bisa saja melebar dari daftar rencana pertanyaan selama tidak melenceng jauh.
Dalam praktik sering juga terjadi jawaban informan tidak jelas atau kurang memuaskan. Jika ini terjadi, maka peneliti bisa mengajukan pertanyaan lagi secara lebih spesifik. Selain kurang jelas, ditemui pula informan menjawab “tidak tahu”. Menurut Singarimbun dan Sofian Effendi (1989: 198-199), jika terjadi jawaban “tidak tahu”, maka peneliti harus berhati-hati dan tidak lekas-lekas pindah ke pertanyaan lain. Sebab, makna “tidak tahu” mengandung beberapa arti, yaitu:
1) Informan memang tidak mengerti pertanyaan peneliti, sehingga untuk menghindari jawaban “tidak mengerti", dia menjawab “tidak tahu”.
2) Informan sebenarnya sedang berpikir memberikan jawaban, tetapi karena suasana tidak nyaman dia menjawab “tidak tahu”.
3) Pertanyaannya bersifat personal yang mengganggu privasi informan, sehingga jawaban “tidak tahu’ dianggap lebih aman.
4) Informan memang betul-betul tidak tahu jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Karena itu, jawaban “tidak tahu" merupakan jawaban sebagai data penelitian yang benar dan sungguh yang perlu dipertimbangkan oleh peneliti.
2. Observasi
Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian. Bungin (2007: 115-117) mengemukakan beberapa bentuk observasi, yaitu:
1) Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat dalam keseharian informan. Identik dengan etnografi, tapi bisa digunakan di model lain juga. ”Terlibat secara intens di dalam sebuah komunitas selama kurun waktu tertentu, memantau perilaku, mendengarkan apa yang dikatakan setiap orang dan mengajukan pertanyaan.” (Alan Bryman: Social Reseach Methods, 2004).
2) Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan.
3)  Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian.
Dalam melakukan observasi, peneliti harus: 1) Melihat perilaku individu di dalam komunitas 2) Mendengarkan dan terlibat dalam percakapan 3) Mewawancarai informan tentang isu 4) Mengumpulkan dokumen yang berkaitan dengan isu 5) Mengembangkan pemahaman budaya komunitas 6) Menulis dalam bahasa deskriptif yang padat.
Kelebihan Observasi:
ü  Observer bisa mencatat langsung dan tidak terlalu tergantung dengan pihak lain
ü  Menyediakan data suplementer untuk survey dan wawancara
ü  Observer mungkin “melihat” faktor relevan yang tidak bisa diamati oleh yang diobservasi
ü  Mendapat informasi yang tidak dapat, atau tidak ingin didiskusikan orang
Kekurangan Observasi:
Ò  Aksesibilitas mungkin sulit atau mustahil
Ò  Reaktivitas dari subjek penelitian
Ò  Bergantung pada interpretasi observer
Ò  Membutuhkan waktu lama, mahal, dan berpotensi tidak representatif
Ò  Tidak bisa memandu diskusi/prilaku mereka yang diamati
Ò  Sulit menemukan tempat yang cocok


3. Dokumen
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan, company profile, university newsletters, laporan keuangan, internal correspondence, riset pemasaran, press release, hasil penelitian akademisi, dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna.
4. Focus Group Discussion
Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah lewat Diskusi terpusat (Focus Group Discussion), yaitu upaya  menemukan makna sebuah isu oleh sekelompok orang lewat diskusi untuk menghindari diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti. Diskusi terarah ini dengan isu tertentu dan orang tertentu• Terdiri dari sejumlah kelompok dengan background yang mungkin berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan riset.• Ada tim pencatat dan moderator atau fasilitator FGD.• Kualitas diskusi tergantung pada kemampuan moderator untuk memancing suasana pembicaraan.
Misalnya, sekelompok peneliti mendiskusikan hasil UN 2011 di mana nilai rata-rata siswa pada matapelajaran bahasa Indonesia rendah. Untuk menghindari pemaknaan secara subjektif oleh seorang peneliti, maka dibentuk kelompok diskusi terdiri atas beberapa orang peneliti. Dengan beberapa orang mengkaji sebuah isu diharapkan akan diperoleh hasil pemaknaan yang lebih objektif.

No comments:

Post a Comment

d'SwEEt piNk