1.
Wawancara
Wawancara ialah proses
komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab
antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian. Dengan kemajuan
teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap
muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan
kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau
tema yang diangkat dalam penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain
sebelumnya. Hasil wawancara bisa saja sesuai atau berbeda dengan informasi yang
telah diperoleh sebelumnya karena merupakan proses pembuktian.
Wawancara Riset Kualitatif berbeda dengan
wawancara riset kuantitatif,. Kategori kualitatif biasanya: kurang terstruktur,
fokus pada pandangan utama (point of view), Peneliti bisa keluar dari jadwal
peneliti mencari jawaban yang kaya dan detail informan bisa diwawancarai lebih
dari sekali
Agar wawancara efektif, maka
terdapat berapa tahapan yang harus dilalui, yakni ; 1). mengenalkan diri, 2).
menjelaskan maksud kedatangan, 3). menjelaskan materi wawancara, dan 4).
mengajukan pertanyaan. Selain itu, agar informan dapat menyampaikan informasi
yang komprehensif sebagaimana diharapkan peneliti, maka berdasarkan pengalaman
wawancara yang penulis lakukan terdapat beberapa kiat sebagai berikut; 1).
ciptakan suasana wawancara yang kondusif dan tidak tegang, 2). cari waktu dan
tempat yang telah disepakati dengan informan, 3). mulai pertanyaan dari hal-hal
sederhana hingga ke yang serius, 4). bersikap hormat dan ramah terhadap informan,
5). tidak menyangkal informasi yang diberikan informan, 6). tidak menanyakan
hal-hal yang bersifat pribadi yang tidak ada hubungannya dengan
masalah/tema penelitian, 7). tidak bersifat menggurui terhadap informan, 8).
tidak menanyakan hal-hal yang membuat informan tersinggung atau marah, dan 9).
sebaiknya dilakukan secara sendiri, 10) ucapkan terima kasih setelah wawancara
selesai dan minta disediakan waktu lagi jika ada informasi yang belum lengkap.
Setidaknya, terdapat dua
jenis wawancara, yakni: 1). wawancara mendalam (in-depth interview), di mana peneliti menggali
informasi secara mendalam dengan cara terlibat langsung dengan kehidupan
informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa pedoman pertanyaan yang
disiapkan sebelumnya sehingga suasananya hidup, dan dilakukan berkali-kali; 2).
wawancara terarah (guided interview)
di mana peneliti menanyakan kepada informan hal-hal yang telah disiapkan
sebelumnya. Berbeda dengan wawancara mendalam, wawancara terarah memiliki
kelemahan, yakni suasana tidak hidup, karena peneliti terikat dengan
pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Sering terjadi pewawancara atau
peneliti lebih memperhatikan daftar pertanyaan yang diajukan daripada bertatap
muka dengan informan, sehingga suasana terasa kaku.
Bila dilihat dari bentuk
daftar pertanyaan, maka adapula jenis wawancara sebagai berikut:
·
Wawancara terstruktur (structured interview): o Peneliti membuat
daftar pertanyaan o Wawancara hanya sesuai dengan daftar pertanyaan
·
Wawancara tidak terstruktur (unstructured interview):o Peneliti
menggunakan daftar kata kunci atau isu o Informan dipersilahkan menjawab dengan
bebas o Peneliti meresponnya dengan pertanyaan lanjutan o Mirip percakapan
·
Wawancara semi terstruktur (Semi-structured interview): o Daftar
pertanyaan dibuat dan dijadikan panduan wawancara. o Pertanyaan yang berkembang
bisa saja melebar dari daftar rencana pertanyaan selama tidak melenceng jauh.
Dalam praktik sering juga
terjadi jawaban informan tidak jelas atau kurang memuaskan. Jika ini terjadi,
maka peneliti bisa mengajukan pertanyaan lagi secara lebih spesifik. Selain
kurang jelas, ditemui pula informan menjawab “tidak tahu”. Menurut Singarimbun
dan Sofian Effendi (1989: 198-199), jika terjadi jawaban “tidak tahu”, maka
peneliti harus berhati-hati dan tidak lekas-lekas pindah ke pertanyaan lain.
Sebab, makna “tidak tahu” mengandung beberapa arti, yaitu:
1) Informan memang tidak
mengerti pertanyaan peneliti, sehingga untuk menghindari jawaban “tidak
mengerti", dia menjawab “tidak tahu”.
2) Informan sebenarnya sedang
berpikir memberikan jawaban, tetapi karena suasana tidak nyaman dia menjawab
“tidak tahu”.
3) Pertanyaannya bersifat
personal yang mengganggu privasi informan, sehingga jawaban “tidak tahu’
dianggap lebih aman.
4) Informan memang
betul-betul tidak tahu jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Karena itu,
jawaban “tidak tahu" merupakan jawaban sebagai data penelitian yang benar
dan sungguh yang perlu dipertimbangkan oleh peneliti.
2. Observasi
Selain wawancara, observasi
juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim dalam
metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan
menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk
memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil
observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana
tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh
gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan
penelitian. Bungin (2007: 115-117) mengemukakan beberapa bentuk observasi,
yaitu:
1)
Observasi partisipasi adalah (participant
observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti
terlibat dalam keseharian informan. Identik
dengan etnografi, tapi bisa digunakan di model lain juga. ”Terlibat secara
intens di dalam sebuah komunitas selama kurun waktu tertentu, memantau
perilaku, mendengarkan apa yang dikatakan setiap orang dan mengajukan
pertanyaan.” (Alan Bryman: Social Reseach Methods, 2004) .
2) Observasi tidak
terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman
observasi, sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan
perkembangan yang terjadi di lapangan.
3) Observasi kelompok
ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap sebuah
isu yang diangkat menjadi objek penelitian.
Dalam melakukan observasi, peneliti harus: 1)
Melihat perilaku individu di dalam komunitas 2) Mendengarkan dan terlibat dalam
percakapan 3) Mewawancarai informan tentang isu 4) Mengumpulkan dokumen yang
berkaitan dengan isu 5) Mengembangkan pemahaman budaya komunitas 6) Menulis dalam
bahasa deskriptif yang padat.
Kelebihan Observasi:
ü
Observer bisa mencatat
langsung dan tidak terlalu tergantung dengan pihak lain
ü
Menyediakan data
suplementer untuk survey dan wawancara
ü
Observer mungkin
“melihat” faktor relevan yang tidak bisa diamati oleh yang diobservasi
ü
Mendapat informasi yang
tidak dapat, atau tidak ingin didiskusikan orang
Kekurangan Observasi:
Ò Aksesibilitas mungkin sulit atau mustahil
Ò Reaktivitas dari subjek penelitian
Ò Bergantung pada interpretasi observer
Ò Membutuhkan waktu lama, mahal, dan berpotensi tidak
representatif
Ò Tidak bisa memandu diskusi/prilaku mereka yang diamati
Ò Sulit menemukan tempat yang cocok
3. Dokumen
Selain melalui wawancara dan
observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam
bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal
kegiatan, company profile, university newsletters, laporan keuangan, internal
correspondence, riset pemasaran, press release, hasil penelitian akademisi, dan
sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali
infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik
untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak
bermakna.
4. Focus Group Discussion
Metode terakhir untuk
mengumpulkan data ialah lewat Diskusi terpusat (Focus Group Discussion), yaitu upaya menemukan
makna sebuah isu oleh sekelompok orang lewat diskusi untuk menghindari diri
pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti. Diskusi terarah ini dengan isu
tertentu dan orang tertentu• Terdiri dari sejumlah kelompok dengan background
yang mungkin berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan riset.• Ada tim pencatat dan
moderator atau fasilitator FGD.• Kualitas diskusi tergantung pada kemampuan
moderator untuk memancing suasana pembicaraan.
Misalnya, sekelompok peneliti
mendiskusikan hasil UN 2011 di mana nilai rata-rata siswa pada matapelajaran
bahasa Indonesia rendah. Untuk menghindari pemaknaan secara subjektif oleh
seorang peneliti, maka dibentuk kelompok diskusi terdiri atas beberapa orang
peneliti. Dengan beberapa orang mengkaji sebuah isu diharapkan akan diperoleh
hasil pemaknaan yang lebih objektif.
No comments:
Post a Comment