Tuesday, December 3, 2013

UAS Perspektif Sosiologi Komunikasi

1.       Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap media massa semakin tinggi, namun komunikasi sosial antarwarga tidak bisa digantikan media. Apa yang menjadi kekuatan komunikasi sosial sehingga tak bisa digantikan media ?
à Dalam komunikasi, kemajuan teknologi komunikasi yang kemudian diterapkan dalam berbagai media massa jelas tidak bisa menggantikan suatu komunikasi sosial. Dengan kata lain, tidak otomatis membuat komunikasi tatap muka tidak penting. Meskipun kita bisa berkomunikasi lewat telepon genggam, e-mail dan teleconferencing serta dapat mengetahui berbagai informasi melalui media massa, namun kita tetap merasa perlu berkomunikasi secara tetap muka alias bertemu langsung dengan sumber informasi (jika tendensius pertemuan dengan sumber secara langsung ada), untuk lebih meningkatkan keakuratan atau kepercayaan kita atas suatu informasi.
Komunikasi sosial atau proses komunikasi tatap muka dalam masyarakat adalah bentuk komunikasi yang paling sempurna, hal inlah yang memungkinan kita memupuk keakraban dan kehangatan dengan sesama manusia. Menurut saya, aspek humanitas yang membutuhkan unsur face to face touching, warmth sehingga menghasilkan intimacy dalam komunikasi langsung merupakan bagian tak tergantikan oleh media. Mereka yang bekerja dalam organisasi percaya bahwa penggantian percakapan tatap muka dengan surat elektronik atau pertemuan lewat video, dapat menambah perasaan terasing, tidak puas, terkucil, atau perasaan bahwa “tempat ini benar-benar tanpa sentuhan pribadi” (Pace dan Faules dalam Mulyana, 2008).
Oleh karena itu, tidaklah mengejutkan bahwa sebagian orang yang semula sengan bekerja di rumah dengan menggunakan komputer yang terhubungkan dengan kantor mereka (telecommuting), akhirnya kembali ke pola kerja mereka yang lama. Karena lewat cara kerja konvensional tersebut mereka memperoleh sentuhan manusiawi yang membuat mereka merasa tetap sebagai manusia.
Lagipula, bersama teknologi, selalu ada ada harga sosial yang harus dibayar. Penggunaan robot sebagai pengganti tenaga mausia di perusahaan-perusahaan mungkin menimbulkan pengangguran. Di jepang, hal ini malah membuat sebagian orang merasa terasing dari lingkungannya sendiri, dan sebagai akibatnya, segelintir orang melakukan bunuh diri. Teknologi  komunikasi sederhana semisal media telepon pun, menurut beberapa penelitian ternyata berkontribusi terhadapa penyakit vertigo. Penggunaan telepon selular pun boleh jadi telah menibulkan kecelakaan yang memakan  korban jiwa gara-gara sopir berkendara sambil menggunakan telepon selular.

2.      Sampai derajat tertentu besar kecilnya pengaruh media ditentukan oleh kecocokan nilai antara pembicara dengan pendengar (atau pembaca). Dalam konteks apa kecocokan nilai antara keduanya menjadi faktor dominan (faktor penentu) keberhasilan komunikasi?
à Keberhasilan komunikasi terjadi ketika tecapainya kesamaan makna antara sumber informasi dengan penerima informasi. Utamanya ketika media mempunyai tujuan tertentu terhadap audiens dengan menggunakan agenda setting-nya. Media harus memahami keinginan pendengar/penonton/pembaca alias masyarakat untuk dapat menentukan sejauh apa pengaruhnya. Jadi dalam hal ini diperlukan kecocokan dalam konteks sosial yang akan mendukung keberhasilan proses komunikasi.
Berbagai media tentunya memiliki segmentasi audiens tersendiri. Hal ini akan menjadi acuan dalam packaging-nya. Media harus memahami betul karakteristik targetnya. Di sini proses komunikasi yang bersifat sistemik, juga berlaku. Ada hal-hal dalam sistem internal dan eksternal peserta komunikasi yang kemudian akan mendukung keberhasilan tersebut jika tingkat kesamaannya tinggi.
a. Sistem internal:  C Frame rujukan (frame of reference)
                                    C Bidang pengalaman (field of experience)
                                    C Struktur kognitif (cognitive structure)
                                    C Pola pikir (thinking pattern)
                                    C Keadaan internal (internal state)
                                    C Sikap (attitude)
b. Sistem Ekternal: Penataan ruang, pencahayaan, kekuatan suara, dll.
3.      Kemajemukan masyarakat Indonesia antara lain tampak dari pranata sosial yang dianut masyarakatnya.
a. Jelaskan transformasi pranata: aspek-aspek apa yang dipertahankan dan aspek apa yang berubah?
à Keberadaan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat, bukanlah merupakan sesuatu yang bersifat statis. Karena fungsinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia yang beraneka ragam dan selalu berubah-ubah, maka pranata sosial pun dapat mengalami transformasi atau perubahan sesuai dengan fungsinya tersebut. Transformasi pada pranata sosial dapat terjadi jika pranata sosial tertentu sudah tidak memenuhi kebutuhan hidup masyarakat secara keseluruhan, sehingga pranata sosial tersebut harus diubah. Proses perubahannya itu berlangsung dalam interaksi di dalam masyarakat. Perubahan pranata sosial tidak dapat dilakukan oleh seseorang, sekalipun orang tersebut memiliki kekuasaan. Karena itu, walaupun pranata sosial bisa berubah tetapi dalam kenyataannya sulit dilakukan. Hal ini sangat tergantung pada beberapa hal seperti:
1. Proses internalisasi pranata sosial yang dialami sejak lahir sampai meninggal, merupakan proses waktu yang relatif lama.
2. Adanya kontrol sosial, yang pada dasarnya merupakan suatu mekanisme dalam kehidupan masyarakat yang dijalankan untuk menjamin agar individu mematuhi norma-norma yang berlaku. Dalam hal ini antara internalisasi dan kontrol sosial mempunyai kaitan yang sangat erat dimana keduanya berlangsung dalam suatu proses interaksi sosial. Sedangkan perbedaannya internalisasi menghasilkan kepatuhan pada individu baik melalui paksaan atau rayuan berbagai pihak dalam masyarakat.
            Dalam era globalisasi saat ini begitu banyak pranata-pranata sosial yang mengalami transformasi. Namun demikian, ada aspek-aspek yang harus dipertahankan ada pula yang harus berubah. Aspek-aspek yang harus dipertahankan, meliputi: ideologi dasar, budaya lokal, serta berbagai falsafah hidup masyarakat dalam pranata sosial tersebut. Sedangkan yang harus berubah yaitu metode komunikasi dengan menggunakan alat-alat atau fasilitas yang up-date, mengikuti perkembangan zaman, namun tetap sesuai dengan kebutuhan. Dengan masuknya hal-hal baru ini, masyarakat mempunyai anggapan-anggapan baru tentang norma-norma yang berkisar pada kebutuhan pokoknya. Sehingga pada akhirnya mendukung efektifitas dan efisiensi kegiatan masyarakat dalam pranata sosial tersebut.

b. Mengapa pranata sosial hanya dapat dipahami secara utuh melalui pendekatan emik?
à Hal ini disebabkan karena pranata sosial pada dasarnya bukan merupakan sesuatu yang kongkrit, dalam arti tidak selalu hal-hal yang ada dalam suatu pranata sosial dapat diamati atau dapat dilihat secara empirik (kasat mata). Tidak semua unsur dalam suatu pranata sosial mempunyai perwujudan fisik. Bahkan, pranata sosial lebih bersifat konsepsional, artinya keberadaan atau eksistensinya hanya dapat ditangkap dan difahami melalui pemikiran, atau hanya dapat dibayangkan dalam imajinasi sebagai suatu konsep atau konstruksi yang ada di alam pikiran.
Selain itu, pranata sosial pada hakikatnya bukan merupakan sesuatu yang bersifat empirik, karena sesuatu yang empirik unsur-unsur yang terdapat didalamnya selalu dapat dilihat dan diamati. Sedangkan pada pranata sosial unsur-unsur yang ada tidak semuanya mempunyai perwujudan fisik. Pranata sosial adalah sesuatu yang bersifat konsepsional, artinya bahwa eksistensinya hanya dapat ditangkap dan dipahami melalui sarana pikir, dan hanya dapat dibayangkan dalam imajinasi sebagai suatu konsep atau konstruksi pikir.
Oleh karena itu, dengan menggunakan pendekatan emik, suatu pranata sosial dapat dipahami secara lebih obyektif, dikaji dan dikategorikan menurut pandangan orang yang dikaji itu sendiri, berupa definisi yang diberikan oleh anggota atau masyarakat dalam pranata sosial itu sendiri.

 c. Jelaskan makna pranata sosial bagi komunikasi?
à Pranata sosial sebagai sistem-sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan warga masyarakat untuk berinteraksi menurut pola-pola atau sistem tatakelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat, Terdapat tiga kata kunci dalam setiap pembahasannnya yang kemudian mempunyai makna tersendiri bagi komunikasi, yaitu:
(1) Nilai dan norma sosial,
(2) Pola perilaku yang dibakukan atau yang disebut dengan prosedur umum,
(3) Sistem hubungan, yaitu jaringan peran serta status yang menjadi wahana untuk melaksanakan perilaku sesuai dengan prosedur umum yang berlaku.
Ketiga hal tersebut, berkaitan satu sama lain. Suatu nilai atau norma sosial yang diterapkan dalam sebuah pranata sosial akan mempengaruhi pola-pola perilaku komunikasi masyarakatnya. Pola tersebut merupakan representasi sistem hubungan komunikasi antar individu. Dengan demikian, di manapun terdapat intaraksi manusia, maka di situ terdapat makna-makna komunikasi.
d. Bagaimana pemanfaatan pranata sosial bagi pembelajaran sosialogi?
à Pranata sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut: Menurut Paul B. Horton  dan  Chester L. Hunt fungsi pranata sosial dapat dibedakan menjadi fungsi manifest dan fungsi laten.
·         Fungsi Manifes
Fungsi manifes lembaga sosial adalah fungsi yang merupakan tujuan lembaga yang diakui. Misalnya, lembaga ekonomi harus menghasilkan atau memproduksi dan mendistribusikan kebutuhan pokok serta mengarahkan arus modal ke pihak yang membutuhkan.
·         Fungsi Laten
Fungsi laten lembaga sosial adalah hasil yang tidak dikehendaki dan mungkin tidak diakui, atau jika diakui dianggap sebagai hasil sampingan. Misalnya, pada lembaga ekonomi. Lembaga ini tidak hanya memproduksi dan mendistribusikan kebutuhan pokok, tetapi juga meningkatkan pengangguran dan kesenjangan sosial.


Oleh karena itu, dalam pembelajaran sosiologi, pemanfaatan pranata sosial dapat memberikan informasi yang kaya berdasarkan perannya, yaitu:
1.    Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat.
2.    Menjaga keutuhan masyarakat.
3.    Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control).  Artinya, sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.
4.      Perkembangan teknologi komunikasi ibarat pedang bermata dua. Dampak positif kehadiran media sekuat dampak negatifya. Namun pandangan ontologis tentang manusia sebagai pelaku komunikasi menawarkan beragam bentuk aksiologi pemanfaatan media sehinggga kehadirannya menjadi instrument penting bagi humanisasi kehidupan sosial. Coba analisis masalah ini.
à Teknologi komunikasi atau informasi adalah istilah yang merujuk pada teknologi komunikasi modern yang terutama mencerminkan aplikasi komputer, telekomunikasi, atau kombinasi keduanya (Williams, 1987: 22).
      Teknologi bisa menjadi berkah, tetapi juga bisa sebagai laknat bagi kehidupan manusia, bergantung pada bagaimana kita menyikapinya. Teknologi merupakan berkah bila ia mencerahkan kehidupan kita, misalnya meningkatkan kemampuan fisik, memperpanjang harapan hidup, memudahkan kita bergerak dari satu tempat ke tempat lain, meninggikan kemampuan intelektual, martabat dan moralitas kita. Dalam konteks ini terutama meningatkan kefektifan komunkasi kita demi kebahagiaan kita bersama.
      Akan tetapi bila teknologi menghancurkan sumber daya alam dan kehidupan di bumi, menimbulkan polusi, dan menimbulkan pengangguran, serta menimbulkan perselisihan antar manusia dan antar bangsa, teknologi komunikasi adalah laknat bagi kita. Menggunakan kata-kata Williams (1987: 7) “Apakah kita tuan atau korban teknologi komunikasi bergantung pada kemampuan kita sebagai kelompok untuk menggunakannya secara bijaksana agar bermanfaat bagi manusia.
      Maka makna teknologi sebenarnya bukan terdapat pada teknologi itu sendiri, melainkan dalam kepala kita. Tanpa belandaskan prinsip-prinsip dan tujuan yang benar, teknologi hanya akan membawa kehancuran bagi kehidupan manusia. Bahkan sebagian pengamat mengatakan bahwa penggunaan teknologi harus sesuai dengan lingkungan fisik dan sistem sosiobudaya masyarakat yang akan menggunakan teknologi tersebut.
      Akhir-akhir ini penggunaan internet oleh individu-individu di rumah-rumah, di warnet, atau di tempat hiburan, menunjukkan gejala yang kurang sehat. Banyak yang memilih fungsinya yang mendatangkan hal negatif seperti “membahayakan moralitas” daripada yang semestinya bernilai positif dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang konstruktif, misalnya mencari data. Jadi, menurut saya, masalah bagaimana pemanfaatan teknologi ini berlaku teori bebas nilai (value free). Tergantung the man behind yang menggunakan berbagai fasilitas canggih itu.

5.      Terjalin  hubungan saling membutuhkan antar media dan pemerintah. Sistem pers yang dianut akan menentukan bentuk-bentuk relasi antara media dan pemerintah.
a. Berikan ilustrasi bagaimana hubungan antara media dan pemeritah di Indonesia.
à Pada kondisi ideal pers dan pemerintah saling bergantung antara satu sama lain. Pers dan masyarakat pun sama halnya. Pers mustahil hidup dan berkembang di suatu wilayah  tanpa ada pemerintah dan masyarakat. Sebab wilayah tanpa kekuatan pengatur dan yang biasa disebut pemerintah, akan cenderung menjadi rimba bagi serigala-serigala manusia yang menghuninya. Hukum rimba akan melembaga dan membudaya disana.
Dengan demikian “interaksi positif pemerintah-pers-masyarakat” adalah budaya komunikasi massa yang cocok dengan konstitusi dan falsafah hidup bangsa. Dalam hal ini pers menjadi jembatan yang menghubungkan kepentingan pemerintah dan masyarakat, secara timbal balik. Bahkan juga untuk menjembatani kepentingan dirinya sendiri (kepentingan pers) dengan masyarakat, yang tidak mustahil terjadi benturan kepentingan, dan sebagai jembatan antara kepentingan pers dan pemerintah yang dapat  “bertarung langsung”.
Mendengar ancaman pemboikotan terhadap 3 media massa di Indonesia yang diutarakan Dipo Alam sebagai Sekretaris Kabinet pemerintahan Soesilo Bambang Yudhoyono merupakan satu ilustrasi hubungan media dan pemerintah di Indonesia. Ditelaah melalui sisi dunia komunikasi, media massa adalah suatu alat komunikasi satu arah yang bersifat seperti peluru mengarah kepada suatu objek atau bisa dikatakan sebagai penerima informasi dan merupakan senjata utama di dunia modern dalam membentuk persepsi publik baik positif atau negatif secara serentak. Media massa memang sulit untuk dikontrol kecuali media massa tersebut benar-benar idealis dan mengutamakan kualitas informasi yang sangat layak untuk disiarkan kepada publik.
Realita yang terjadi saat ini, media massa di Indonesia terkesan mengesampingkan nilai dari berita hanya untuk mendapatkan rating siar yang tinggi. Hal ini dapat dilihat melalui pemberitaan-pemberitaan yang bersifat negatif relatif memiliki jumlah penonton, pendengar, dan pembaca yang tinggi. Tanpa memihak kedua belah pihak, pernyataan Dipo Alam sebenarnya merupakan hal yang biasa saja. Pernyataan Dipo Alam tersebut menandakan kelemahan pemerintahan SBY dalam merangkul media massa. Pemberitaan media massa akan kinerja pemerintah merupakan wujud sebuah demokrasi akan kebebasan informasi, pemberitaan negatif ataupun positif selama hal itu merupakan suatu realita adalah benar untuk diinformasikan kepada publik. Namun dilain pihak, media massa harus benar-benar menjunjung kualitas berita dan nilai kepentingan publik akan suatu berita sebelum naik ke meja redaksi.

Media massa di Indonesia pada dasarnya belum bisa menjadi suatu media massa yang memiliki fokus utama dalam fungsinya sebagai penyiar informasi, mayoritas media massa di Indonesia masih bertumpu kepada rating dan oplah yang bagaikan dewa bagi media massa. Dewasa ini sudah saatnya media massa maju satu langkah untuk benar-benar menjadi alat pendidik masyarakat melalui siar informasi.
Dewasa ini sudah saatnya media massa maju satu langkah untuk benar-benar menjadi alat pendidik masyarakat melalui siar informasi. Pemerintah juga bisa menjalankan fungsinya sebagai filter media massa tanpa harus menahan suatu penyebaran informasi, hal ini bisa dilakukan melalui press conference apabila pemerintah menganggap informasi yang sampai ke publik tidak benar. Pemerintah harus bisa pro-aktif dalam menanggapi pemberitaan-pemberitaan, kritik ataupun saran yang disampaikan media massa harus dengan cepat dan tegas ditindak-lanjuti bukan dibiarkan hingga dapat menjadi suatu bumerang bagi pemerintah itu sendiri. Perlu diingat, pemerintahan yang kuat adalah pemerintahan yang mendapat dukungan rakyat.
Hal ini seharusnya tidak diributkan, pemerintah harus bisa legowo dalam menerima pemberitaan-pemberitaan negatif dan apabila tidak benar hendaknya menggunakan hak jawab untuk mengklarifikasi. Media massa alangkah baiknya untuk berada di tengah menjadi filter terhadap pemerintahan bersama rakyat tanpa mengesampingkan fungsi media massa itu sendiri. Sajikan informasi yang berkualitas tanpa merugikan salah satu pihak dan juga mampu berfungsi sebagai pendidik terhadap publik.
b.Dibandingkan dengan masa Orde Baru, bulan madu antara pers dan pemerintah pada masa reformasi cenderung lebih pendek. Coba analisis mengapa kecenderugan ini terjadi?
àPers masa reformasi sedikit banyak telah menemukan jati dirinya. Pers menjadi lemabga yang independen. Pada masa reformasi, komunikasi politik yang terjadi antara masyarakat dan pemerintah tidak hanya komunikasi top – down, melainkan juga bottom – up. Pers menjadi sarana masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya, baik berupa tuntutan maupun dukungan. Pers juga menjadi sarana pemerintah mensosialisasikan kebijakan – kebijakan yang telah diambilnya. Pers menjadi wadah pemerintah untuk mengetahui apakah kebijakan – kebijakan yang akan diambil disetujui rakyat atau tidak. Apabila suatu kebijakan telah diambil dan dilaksanakan, pers dapat mengambil perannya sebagai pengontrol kebijakan. Intinya, pers masa reformasi senantiasa melaksanakan fungsinya pada setiap proses sistem politik. Pada masa ini, 9 elemen dasar serta fungsi – fungsi pers cukup terlaksana.
Sampai di sini menurut saya dapat dikatakan masa bulan madu pers era reformasi karena selanjutnya kebebasan yang telah diraihnya justru membuatnya kebablasan dan melampaui batas. Saking bebasnya, akhirnya terdapat ketidakseimbangan antara keinginan masyarakat dengan kepentingan pers. Pers cenderung menampilkan sesuatu yang berbau komersil dan hanya memikirkan keuntungan perusahaan. Berita yang disajikan terkadang tidak objektif. Tidak hanya itu, pers juga terkadang melanggar kode etik nya sendiri. Norma dan nilai yang ada di masyarakat diabaikan. Dalam pencarian berita pun pers sering meniadakan kesopan santunan. Pers tidak lagi menghargai privatisasi sumber berita.
Sebagai contoh, pers seharusnya fokus hanya pada masalah – masalah yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat, seperti kebijakan pemerintah, akan tetapi pers menambahkannya dengan urusan pribadi sumber berita. Hal itu sangat melanggar norma. Kekhawatiran masyarakat terhadap kebebasan pers, sempat muncul dalam aksi perlawanan dalam bentuk kekerasan fisik. Hal ini antara lain ditandai dengan penyerangan harian Jawa Pos di Surabaya oleh Banser pendukung Abdurrahman Wahid (Alam Emilianus, 2005: 128).
Intinya, menurut saya hal ini disebabkan karena setelah euforia kebebasan yang dirasakannya pasca bebas dari masa orde baru, pers menjadi lupa bahwa kebebasan pun masih harus ada batasnya.
c. Jelaskan pula hubungan antara konsep kategori sosial, kosmopolitanisme, dan penggunaan media. Berikan ilustrasinya.
à Sebelum memberikan hubungan antara konsep kategori sosial, kosmopolitanisme, dan penggunaan media serta ilustrasinya, terlebih dahulu saya akan menguraikan definisi konsep kategori sosial dan kosmopolitanisme.
a. Kategori sosial merupakan kesatuan manusia yang terwujud karena adanya suatu ciri khas atau suatu kompleks ciri-ciri objektif yang dapat dikenakan kepada manusia-manusia itu. Ciri khas tersebut dilakukan dengan maksud untuk memudahkan penggolongan dalam suatu tujuan dan biasanya dikenakan oleh pihak luar tanpa disadari oleh pihak yang bersangkutan. Misalnya peneliti memberikan kategori tertentu pada objek penelitiannya, seperti kategori mahasiswa yang memiliki banyak buku bacaan dan kategori Mahasiswa yang sedikit memiliki buku bacaan dengan maksud untuk menentukan minat belajar. Dari uraian tersebut dapatlah dikatakan bahwa unsur yang terkait dengan konsep kategori sosial biasanya tidak terikat dengan kesatuan adat, sistem norma, tidak mempunyai lokasi dan mengarah pada pembicaraan “kerumunan”.
b. Kosmopolitanisme: konsep ini kadang disamaartikan dengan konsep globalisasi. Namun, pada kenyataannya kedua konsep tersebut sungguh berbeda. Di mana pada dasarnya globalisasi membahas masalah perkembangan, pertumbuhan, dan perubahan ekonomi, selain itu globalisasi itu pada intinya merupakan proses peningkatan hubungan keterikatan antar negara-negara. Sedangkan kosmopolitanisme lebih kepada filosofi, ide, atau pendekatan tentang penerimaan atau hidup di antara latar belakang dan budaya yang memiki tingkat diversitas yang  tinggi. Perbedaan mendasar antar keduanya karena di dalam kosmopolitanisme masih terdapat ‘toleransi’, maksudnya di mana masyarakat dunia masih diberikan kesempatan untuk memilih akan menerima atau menolak atau mungkin mengkombinasikan ‘unsur’ yang baru dengan apa yang negara mereka miliki.
Dengan segala kemudahan dan kecanggihan yang dimiliki teknologi media saat ini, banyak pihak yang serta merta menggunakan atau memanfaatkannya. Namun, tak hanya memberikan manfaat bagi para pengguna, berkembangnya teknologi tersebut juga memberikan dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang dimaksudkan disini adalah pihak-pihak seperti organisasi/komunitas, lembaga sosial, lembaga politik, termasuk kategori sosial yang telah disinggung sebelumnya yang juga memanfaatkan kecanggihan teknologi komunikasi di era globalisasi seperti saat ini.
Dahulu betapa rumitnya berhubungan dengan orang lain yang jaraknya sangat jauh dengan kita, misalnya di luar kota atau daerah menggunakan media komunikasi di era ‘80 hingga 90-an? Jika mengirim surat melalui pos, tentunya memakan waktu yang cukup lama dan pada saat itu juga baik telepon maupun handphone jumlahnya sangatlah terbatas. Bagi masyarakat yang tidak memiliknya, mungkin dapat memanfaatkan warung telepon (wartel) dengan tarif yang cukup mahal untuk berkomunikasi interlokal.
Akan tetapi, kesulitan tersebut kini tak akan lagi dirasakan. Pergerakan globalisasi yang semakin maju nyatanya mampu mendorong manusia untuk melakukan perubahan secara fisik maupun intelektual. Hal inilah yang kemudian menimbulkan terjadinya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin modern. Semakin canggih suatu teknologi, semakin berkurang pula halangan-halangan yang membuat telekomunikasi tersendat.
Berbagai bentuk teknologi dilahirkan untuk membantu manusia berkomunikasi. Contoh dari teknologi tersebut ialah, internet. Internet menyediakan bermacam layanan yang mampu membuat manusia dari segala penjuru dunia terkoneksi dan berinteraksi dengan sangat baik. Peristiwa ini yang lalu dikenal dengan Global Village, yang mana jarak fisik ataupun geografis bukan lagi menjadi penghalang proses komunikasi, sehingga manusia kini dapat berinteraksi dan hidup dalam skala global.

Disamping itu dalam hal ini muncul pula penerapan konsep kosmopolitanisme dalam pemanfaatan media oleh kategori sosial tertentu. Misalnya, kelompok orang-orang yang betul-betul memanfaatkan internet dengan tujuan positif, maka mereka dapat menolak atau memilih untuk tidak menggunakannya untuk tujuan negatif.

No comments:

Post a Comment

d'SwEEt piNk