Manusia
disebut animal symbolicum, yakni
makhluk yang mempergunakan simbol, yang secara generik mempunyai cakupan yang
lebih luas daripada homo sapiens
(makhluk yang berpikir). Sebab dalam kegiatan berpikirnya mempergunakan
simbol-simbol dalam mengomunikasikan pikirannya. Dalam perspektif Al-Qur’an,
kemampuan berbahasa dalam bentuk mempergunakan simbol-simbol dan
mengkomunikasikannya memang menjadikan manusia unik dan istimewa dibandingkan
dengan makhluk lain, sehingga dengan keunikan tersebut manusia pantas dan layak
mengemban amanat sebagai khalaifah yang membangun peradaban di muka bumi ini,
sebagaimana isyarat dalam QS. Al-Baqarah: 30-31, bahwa Allah SWT menyampaikan
amanat-Nya menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi.
Proses
komunikasi mengharuskan adanya beberapa unsur fundamental, antara lain:
1. Komunikator:
pelaku/orang yang menyampaikan pesan kepada orang lain. Pelaku ini dapat
terdiri dari perorangan atau kelompok. Komuikator disebut pula encoder, yaitu suatu upaya komuniktor
dalam menafsirkan pesan (message)
yang akan disampaikan kepada komunikan agar komunikan dapat memahaminya;
2. Message:
pesan, baik berupa kata-kata, lambang-lambang, isyarat, tanda-tanda atau gambar
yang disampaikan (dikomunikasikan);
3. Komunikan:
orang/pihak yang menerima pesan dari komunikator. Komunikasn juga disebut decoder, karena komunikan mempunyai
sifat decoding, yaitu suatu usaha komunikan dalam menafsirkan pesan yang
disampaikan oleh komunikator;
4. Medium:
alat atau media yang digunakan untuk berkomunikasi agar hasil komunikasi dapat
mencapai sasaran yang lebih banyak dan luas. Media ini ada yang bersifat
nirmassa, seperti telepon, HP, dan yang lainnya, dan adapula yang bersifat
media massa, seperti televisi radio, surat kabar, internet, film, dll.
Menurut Muhammad A.
Qadir Hatim dalam al-I’lam fil Qur’an,
unsur-unsur komunikasi yang dirumuskan oleh ilmu komunikasi konvensional di tas
sebenarnya telah diisyaratkan oleh Al-Qur’an dengan penjelasan ringkas sebagai
berikut:
1. Rasul
sebagai komunikator
Di
dalam Al-Qur’an tugas terpenting par rasul adalah menyampaikan risalah/misi
Tuhan kepada manusia (tablig). Para
Rasul adalah muballig (komunikator)
yang telah secara sempurna menyampaikan semua yang diwahyukan Allah subhanahu wa ta’ala.
2. Risalah
Al-Qur’an sebagai pesan komunikasi
Al-Qur’an
memperkenalkan diriya sebagai hudan
lin-nas (petunjuk untuk seluruh manusia. Inila fungsi utama kehadirannya
bagi umat manusia.
3. Umat
manusia sebagai komunikan
Ketika
Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa
sallam mendeklarasikan dakwahnya untuk pertama kali, pernyatan pertama yang
disampaikannya di hadapan kaumnya adalah, “Sesungguhnya
aku adalah utusan Allah kepada kalian khususnya dan umat manusia secara
keseluruhan.” Pernyataan ini menegaskan bahwa, seja kemunculannya, Islam
telah mendekarasikan dirinya sebagai agama yang diturunkan untuk seluruh
manusia.
4. Media
komuikasi
a) Khitabah
Khitabah yang
dimaksudkan disini adalah prinsip-prinsip
penyampaian pesan melalui komunikasi lisan.
b) Komunikasi
tulisan
Dalam
Al-Qur’an, beberapa term yang berkaitan dengan tulis-menulis memang telah
menjadi motivasi normatif bagi munculnya tradisi komunikasi melalui media
tulisan dalam sejarah Islam.
Sementara
itu dalam perkembangan dan pembangunan komunikasi islam di masa depan, terdapat
beberapa tantangan.
a. Keberadaan
publikasi informasi merupakan sarana efektif dalam penyebaran isu.
b. Dalam
banyak aspek kekuatan dan hegemoni barat dalam dominasi dan imperialisme
informasi pada era ini menimbulkan sekularisme, kapitalisme, pragmatisme, dsb.
c. Dari
sisi pelaksanaan komunikasi informasi, ekspos persoalan-persoalan seksualitas,
peperangan dan tindakan kriminal lainnya mendatangkan efek yang berbanding
terbalik dengan tujuan komunikasi dan informasi itu sendiri.
d. Lemahnya
sumber daya, modal maupun kualitas negara-negara muslim, memaksa masyarakat
muslim mengimpor teknologi komunikasi informasi dari dunia barat yang lebih
maju.
Membangun
paradigma komunikasi dan informasi Islam sesungguhnya tidak harus dimulai dari
nol. Dasaran sintesisnya dapat menggunakan teori-teori komunikasi konvensional.
Maka yang menjadi tugaspara intelektual muslim adalah membuat sintesis baru
melalui aspek-aspek yang meliputi, ontologi, dan aksiologi. Pembenahan pada
apek dimensi nilai dan etika harus dapat berkolaborasi dengan ketauhidan dan
tanggung jawab ukhrawi. Fungsi komunikasi islam adalah untuk mewujudkan
persamaan makna, dengan demikian akan terjadi perubahan sikap dan tingkah laku
masyarakat muslim. Sedanagkan ultimate
goal dari komunikasi Islam adalah kebaikan hidup duania dan akhirat.
No comments:
Post a Comment