Di samping makhluk
beragama, manusia juga adalah makhluk sosial, makhluk yang selalu hidup berinteraksi
dan bermasyarakat karena senantiasa membutuhkan peran-peran pihak lain.
Artinya, berinteraksi sosial atau hidup bermasyarakat merupakan sesuatu yang
tumbuh secara alamiah sesuai dengan fitrah kebutuhan manusia. Oleh karena itu
manusia menduduki posisi yang sangat
penting dan strategis dalam membangun peradaban dunia dengan menggunakan
kemampuannya berbiacara.
Kemampuan bicara
(bahasa) berarti kemampuan berkomunikasi dan memberi informasi. Dalam realitas
kehidupan, memang bukan hanya manusia yang bisa berkomunikasi dengan manusia
lainnya, binatang pun dapat berbicara satu sama lain, walaupun manusia tidak
mengerti bahasa mereka kecuali Nabi Sulaiman yang bisa memahami bahasa semut,
seperti yang disebutkan dalam surah an-Naml/18: 18-19, dan memahami bahasa
burung Hudhud pada ayat 22 -28 di surah yang sama. Manusia dapat pula
berkomunikasi dengan binatang, baik secara verbal maupun isyarat, seperti pada
kasus-kasus binatang peliharaan.
Dalam kehidupan ini, manusia
yang satu dengan yang lainnya berhubungan melalui komunikasi bahasa, baik verbal
maupun nonverbal. Komunikasi adalah ciri kemanusiaan yang sangat penting dalam
kehidupan. Namun komunikasi bukan sekedar cara untuk memberitahu orang lain
tetapi juga sebagai sarana dialog, tukar pikiran, sehingga manusia memilki
pengetahuan.
Dalam perspektif Islam,
komunikasi disamping untuk mewujudkan hubungan horizontal terhadap sesama
manusia (hablum minannas), juga
digunakan untuk membangun hubungan vertikal kepada Allah (hablum minallah). Komunikasi dengan Allah tercermin melalui
badah-ibadah wajib, seperti doa, shalat dan puasa yang bertujuan untuk
membentuk ketakwaan. Komunikasi dengan sesama manusia terwujud melalui
penekanan hubungan sosial (muamalah
ijtimaiyah) yang tercantum dalam semua aspek kehidupan manusia, seperti
agama, budaya, politik, ekonomi dan seni.
Komunikasi Islam
merupakan proses penyampaian atau tukar menukar informasi yang menggunakan
prinsip komunikasi dalam Al-Qur’an. Dengan demikian, komunikasi Islam dapat
didefinisikan sebagai proses penyampaian ajaran Islam dari komunikator kepada
komunikasi dengan menggunakan prinsip-prinsip yang selaras dengan Al-Quran dan
al-Hadis.
Dalam aspek perubahan
sosial, kualitas komunikasi Islam menyangkut nilai-nilai kebenaran,
kesederhanaan, kebaikan, kejujuran, integritas, keadilan; kesahihan pesan dan
sumber menjadi aspek sangat urgen dalam kounikasi Islam. Oleh karena itu, dalam
perspektif komunikasi Islam ditegakkan di atas sendi hubungan segitiga antara
“Allah, manusia dan masyarakat”.
Dakwah, tablig,
ceramah, khutbah, majlis taklim adalah bentuk-bentuk komunikasi dan informasi
dengan segala metode dan teknik untuk menginformasikan ajaran Islam. Dakwah dan
tabligh ini dilakukan oleh Rasulullah sallallahu
alaihi wasallam dan rasul-rasul sebelumnya yang kemudian dilanjutkan oleh
sahabat, tabiin, tabit-tabiin, ulama-ulama, para da’i dan muballig hingga kini
dan seterusnya sampia akhir zaman.
Rasul adalah
komunikator utama dalam menyampikan mana yang baik dan mana yang buruk. Sebagai
komunikator, para rasul menyampikan wahyu Allah dalam rangka mengarahkan
manusia untuk selalu berbuat baik. Oleh karena itu rasul memiliki sifat-sifat dan kepribadian, sebagai
berikut:
a. Siddiq:
selalu berbicara dan berbuat kebenaran dalam segala aspek kehidupan secara
konsisten.
b. Amanah:
dapat dipercaya, sehingga menjadikan pihak lain “aman” dari segala bentuk
penghianatan atau ketidakjujuran.
c. Tablig: penyampaian
pesan kepada orang lain dari apa yang dimanahkan kepadanya.
d. Fatanah: keniscayaan
para rasul sebagai insan-insan cerdas karena mereka akan berhadapan dengan
orang-orang yang menjadi subjek dakwahnya yang memiliki kecerdasan pula.
Bila para da’i atau
mubaligh harus mengikuti kepribadian rasul tersebut, maka adlah amat ideal jika
jika sifat-sifat luhur da’i sebagai keomunikator pun terdapat pada dirinya
dihiasi dengan akhlak karimah dan uswah hasanah yang teringkas dalam kepribadian mulia dan tercermin dalam
kesehariannya. Para pakar sastra menekankan perlunya beberapa kriteria bagi mubalig, diantaranya:
a. Tertampungnya
seluruh pesan dalam kalimat yang disampaikan;
b. Kalimatnya
tidak bertele-tele, tetapi tidak pula terlalu singkat sehingga tidak
mengaburkan pesan;
c. Kosakata
yang merangkai kalimat tidak asing bagi pendengaran dan pengetahuan lawan
bicara, mudah diucapkan serta tidak berat terdengar;
d. Kesesuaian
kandungan kalimat dan gaya bahasa dengan sikap lawan bicara;
e. Kesesuaian
ucapan dengan tata bahasa.
Tugas para rasul
menyampaikan syariat kepada umatnya. Bila rasul terdahulu hanya menyampaikan ajaran
kepada kaumnya, lain lagi dengan Nabi Muhammad. Beliau bertugas menyampikan
ajaran Allah, Islam kepada seluruh manusia di dunia walupun dalam kenyataannya
tidak semua manusia menerimanya.
Isi ajaran yang dibawa
Rasulullah meliputi aspek akidah, aspek syariah Islam: ibadah dan muamalah (ahwalsy-syahsiyah, perdata dan pidana
Islam) danaspek akhlak. Sementara itu
media yang digunakan meliputi lisan dan tulisan. Pada masa modern sekarang ini
media yang digunakan banyak sekali, tinggal lagi kemampuan memanfaatkannya.
Rekaman DVD, VCD, video, dan film bisa dijadikan media dakwah tidak hanya tatap
muka tetapi dengan jarak jauh pun kini, dapat dilakukan.
Komunikan adalah
masyarakat penerima informasi yang amat beragam, baik dari aspek agama, udaya
maupun peradabannya. Namun bahasa Islam tetap rahmah, tepat, sopan, dialogis dan menjaga harga diri orang lain,
tidak kasar tapi tegas. Hal-hal yang diperlukan dalam menerima informasi adalah
memilih dan memilah. Seorang muslim yang biak hars pandai memilih dan memilah
apa yang wajar didengarnya untuk dicamkan dan diperkenankan, dan apa pula yang
tidak wajar. Selain itu, check dan
re-check informasi. Ketika berita harus dipilih dan dipilah akan lebih
bagus juga bila adanya checking atas
berita yang diterima, sejauh mana kebenarannya.
Feed
back dari komunikan adalah aspek lain yang perlu diperhatikan agar setiap
pesan sampai dengan baik dan dapat diterima. Maka perhatian terhadap para
komunikan merupakan sisi lain dimana segala informasi diramu berdasarkan
kemampuan masing-masing. Bisa jadi isi pesan adalah amat baik tetapi ramuan isi
masih perlu diperbaiki berdasarkan kemampuan masing-masing. Maka istilah basyir wa nazr bukan hanya terbatas pada
metode penyampaian, tetapi dilihat dari aspek penerima itu sendiri.
Sebagai feed back dari ajaran Islam ini paling
tidak ada beberapa impikasi, baik kepada penganut agama terdahulu maupun yang
lainnya, yaitu pencerahan terhadap non-muslim, seperti Ahli kitab dan para
rasul sebagai mubasysyir dan munzir.
No comments:
Post a Comment