Wednesday, December 4, 2013

UAS Ayat dan Hadist Komunikasi Dakwah

1.      Buatkan defenisi komplek, defenisi operasional dan indikator-indikator dari Kata-Kata :
a.      Tabligh
b.      Irsyad
c.       Khutbah
d.      Ta’lim
e.       Ta’dib
è a. Tabligh
-Definisi Komplek: Tabligh dari kata ballagha – yuballighu berarti menyampaikan/penyampaian umum. Tablligh yaitu menyampaikan risalah berupa Al-Qur’an dan Al-Hadits kepada umat manusia agar dijadikan pedoman hidup supaya memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
-Definisi Operasional: Kegiatan menyampaikan ajaran Islam yang dilakukan secara lisan dan atau tertulis maupun melalui suatu bunyi/isyarat, seperti suara sirine, alarm, bedug, dan lain sebagainya, oleh seseorang atau beberapa orang muballigh kepada masyarakat. Disampaikan dengan keterangan yang jelas, sehingga dapat diterima oleh akal, dan dapat ditangkap oleh hati
-Indikator Tabligh
1.  Dapat dilakukan kapan saja
2.  Tidak ada syarat dan rukun
3.  Ada yang meggunakan mimbar dan ada yang tidak, tergantung tempat pelaksanaannya
4.  Ada yang tidak terbatas dan ada yang dibatasi waktunya
5.  Bisa dilakukan oleh siapa saja yang memiliki kemampuan berorasi dan pengetahuan agama
6.  Orang yang melaksanakan disebut mubaligh/mubalighot
7.  Dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti seminar atau menggunakan tehnologi



è b. Irsyad
-Definisi Komplek: Istilah irsyad berasal dari kata rasyada-yarsyudu-rusydan –wa rasyadan yang berarti mencapai kedewasaan, mengajar, memimpin, membimbing, menunjukkan, memberi nasehat dan petunjuk. Sedangkan kata irsyad (al-irsyad) berarti petunjuk , pengajaran, nasehat, pendapat dan pertimbangan.
-Definisi Operasional: penyebarluasan ajaran agama islam yang sangat spesifik dikalangan sasaran tertentu. Prosesnya dilakukan dengan cara memberitahukan dan membimbing terhadap individu, dua orang, tiga orang atau kelompok kecil (naskah) atau memberikan solusi atas permasalahan kejiwaan yang dihadapi.
-Indikator Irsyad:
1. Menampilkan hubungan personal antara pembimbing dengan terbimbing.
2.Lebih berorientasi pada pemecahan masalah individu yang dialami oleh terbimbing, sedangkan pembimbing memberikan jalan keluar sebagai masalah tersebut.
3.Penyebar luasan ajaran islam dikalangan agregat tertentu dengan suatu pesan tertentu.
4 Pesan itu merupakan paket program yang dirancang oleh pelaku dakwah.

è c. Khutbah
-Definisi Komplek: “Khotbah” berasal dari bahasa Arab yang merupakan kata bentukan dari kata “mukhathabah” yang berarti ‘pembicaraan’. Secara bahasa, adalah ‘perkataan yang disampaikan di atas mimbar’ pidato atau ceramah yang isinya mengenai keagamaan. Ada pula yang mengatakannya berasal dari kata “al-khatbu” yang berarti ‘perkara besar yang diperbincangkan’, karena orang-orang Arab tidak berkhotbah kecuali pada perkara besar.
-Definisi Operasional: Khotbah merupakan kegiatan berdakwah atau mengajak orang lain untuk meningkatkan kualitas takwa dan memberi nasihat yang isinya merupakan ajaran agama. Sebagian ulama mendefinisikan “khotbah” sebagai ‘perkataan tersusun yang mengandung nasihat dan informasi’. Khutbah juga merupakan Cabang ilmu atau seni berbicara di hadapan banyak orang dengan tujuan meyakinkan dan memengaruhi mereka.
-Indikator Khutbah:
1. Khutbah harus disampaikan secara lisan di hadapan banyak orang
2. Harus meyakinkan dengan argumen-argumen yang kuat serta memberikan pengaruh kepada pendengar, baik itu berupa motivasi atau peringatan.
3. Dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu.
4.  Ada syarat dan rukun.
5.  Ada mimbar khusus untuk melaksanakannya.
6.  Waktunya terbatas
7.  Dilakukan oleh seorang yang memiliki kemampuan berorasi dan memiliki pengetahuan yang cukup
8.  Orang yang melaksanakan disebut khatib.
9.  Dilakukan secara khusus dan memiliki tata cara tertentu.

è d. Ta’lim
-Definisi Komplek: Perkataan ta’lim  dipetik pula dari kata dasar ‘allama ((علّم, yu‘allimu ( يعلّم) dan ta’lim (تعليم). Dalam surat Al Jum’ah ayat 2,
uqèd Ï%©!$# y]yèt/ Îû z`¿ÍhÏiBW{$# Zwqßu öNåk÷]ÏiB (#qè=÷Ftƒ öNÍköŽn=tã ¾ÏmÏG»tƒ#uä öNÍkŽÏj.tãƒur ãNßgßJÏk=yèãƒur |=»tGÅ3ø9$# spyJõ3Ïtø:$#ur bÎ)ur (#qçR%x. `ÏB ã@ö6s% Å"s9 9@»n=|Ê &ûüÎ7B ÇËÈ
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”

Dalam surat yang diturunkan di Madinah tersebut menggunakan yu’allimu, yang merupakan salah satu kata dasar yang membentuk istilah ta’lim. 
Yu’allimu diartikan dengan mengajarkan, untuk itu istilah ta’lim diterjemahkan dengan pengajaran (instruction).
Secara bahasa, Ta’lim berarti pengajaran (masdar dari ‘alama-yu’alimu-ta’liman), secara istilah berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampian pengertian, pengetahuan dan ketrampilan.
-Definisi Operasional: Proses pemberian pengatahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, sehingga diri manusia itu menjadi suci atau bersih dari segala kotoran sehingga siap menerima hikmah dan mampu mempelajari hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya (ketrampilan). Ta’lim juga merupakan usaha terus menerus manusia sejak lahir hingga mati untuk menuju dari posisi ‘tidak tahu’ ke posisi ‘tahu’ seperti yang digambarkan dalam surat An Nahl ayat 78,
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«øx© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ
“dan Allah mengeluarkan dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur”.

-Indikator Ta’lim:
1. Orang-orang yang masuk dalam program taklim punya beban lebih, yaitu belajar dan mendalami masalah-masalah yang lebih dari ajaran Islam.
2. Mengedepankan proses pengalihan ilmu pengetahuan dari pengajar (mu’alim) dan yang diajar (muta’alim).
3. Proses dari tidak tahu menjadi tahu

è e. Ta’dib
-Definisi Komplek: Ta’dib merupakan bentuk masdar dari kata addaba-yuaddibu-ta’diban, yang berarti mengajarkan sopan santun. Istilah ini paling mewakili dari makna pendidikan berdasarkan Al Qur’an dan Al Hadith
-Definisi Operasional: Proses mendidik yang di fokuskan kepada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti pelajar. Ta’dib mencakup pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan dalam tatanan wujud keberadaan-Nya.

-Indikator Ta’dib:
1. pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur
2. mendidik anak adab yang baik sejak kecil
3. membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan dalam tatanan wujud keberadaan-Nya.

2.      Jelaskan berdasarkan ayat al-Quran dan hadits tentang metoda dakwah dalam era informasi!
è Metode dakwah adalah cara mencapai tujuan dakwah, untuk mendapatkan gambaran tentang prinsip – prinsip metode dakwah teknis dakwah era informasi ini lain dengan dakwah kultural. Jika dakwah kultural dilakukan dengan cara menyesuaikan budaya masyarakat setempat, tetapi dakwah era informasi dilakukan dengan cara mengikuti teknologi yang sedang berkembang.
Untuk mengantisipasi trend masyarakat era informasi harus dapat mempersiapkan materi-materi dakwah  yang lebih mengarah pada antisipasi kecenderungan-kecenderungan masyarakat. Oleh karena itu, maka seluruh komponen dan segenap aspek yang menentukan atas keberhasilan dakwah harus ditata secara professional dan disesuaikan dengan kondisi mad’u agar dapat menghasilkan kemasan dakwah yang benar-benar mampu memperbaiki dan maningkatkan semangat dan kesadaran yang tulus dalam mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran Islam.
Ada empat hal penting yang harus diorganisir oleh da’i  dalam memfilter trend masyarakat global yang negatif,( Abd. Madjid, 2000: 79) seiring dengan perkembangan dan trend masyarakat dunia serta masalah manusia yang semakin kompleks, yaitu; 1)Perlu adanya konsep dan strategi dakwah yang tepat untuk membentuk ketahanan diri dan keluarga melalui pengefektifan fungsi nilai-nilai agama, karena dengan dasar agama yang kuat dapat dijadikan filter pertama dan utama untuk menghadapi berbagai trend budaya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam, 2) Mempertahankan nilai-nilai budaya luhur yang dapat melestarikan tradisi positif yang pada dasarnya tidak bertentangan dengan paham dan ajaran agama (Islam) yang menanamkan nilai-nilai baik dan suci, 3) Perlu dukungan dan keikutsertakan semua lapisan masyarakat untuk menciptakan dan memiliki komitmen yang sama dalam melihat seberapa bergunanya nilai-nilai baru itu untuk sebuah komunitas dan kemajuan masyarakat, dan 4) Kesiapan dan kematangan intelektual serta emosional setiap penerima message baru, apakah hal tersebut memang akan mendatangkan manfaat plus bagi diri dan lingkungannya.
Berkaitan dengan dampak era informasi pada tatanan kehidupan masyarakat, maka dibutuhkan metode  yang tepat. Metode berarti rangkaian yang sistematis dan merujuk kepada tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti, mapan, dan logis (Onong Uchjana E., 1999: 9). Dalam melaksanakan suatu kegiatan dakwah diperlukan metode penyampaian yang tepat agar tujuan dakwah tercapai. Metode dalam kegiatan dakwah adalah suatu rencana yang tersusun dan teratur yang berhubungan dengan cara penyajian. 
Persaingan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, khususnya dalam bidang periklanan adalah merupakan tantangan bagi para da’i kita untuk segera berpindah dari kebiasaan dakwah kultural ke dakwah era informasi. Dakwah era informasi adalah dakwah yang menggunakan fasilitas teknologi modern sebagaimana iklan yang lagi semarak dewasa ini, namun jika mencermati firman Allah Swt. dalam Q.S. An-Nahl 16:125:
äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7­/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
Artinya: “Serulah [manusia] kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik .“ [ Q.S. An-Nahl 16: 125].

Dari ayat tersebut dapat difahami prinsip umum tentang metode dakwah Islam yang menekankan ada tiga prinsip umum metode dakwah yaitu; Metode hikmah, metode mau’izah khasanah, meode mujadalah billati hia ahsan, banyak penafsiran para Ulama terhadap tiga Prinsip metode tersebut antara lain:
a.       Metode hikmah menurut Syeh Mustafa Al-Maroghi dalam tafsirnya mengatakan bahwa hikmah yaitu; Perkataan yang jelas dan tegas disertai dengan dalil yang dapat mempertegas kebenaran, dan dapat menghilangkan keragu-raguan.Adapun teknik yang dapat diterapkan adalah mengenal golongan; memilih saat harus bicara dan saat harus diam; mengadakan kontak pemikiran mencari titik pertemuan sebagai tempat bertolak, untuk maju secara sistematis. Namun yang perlu diperhatikan, seorang Da’i tidak boleh melepaskan Shibghah (keimanan murni), jadi walaupun dalam berdakwah amat menekankan titik temu dengan pikiran mitranya, akan tetapi sikap toleransi ini tidak boleh sampai mengorbankan soal-soal yang esensial; dan teknik selanjutnya setelah mendapatkan titik temu adalah memilih dan menyusun kata-kata yang tepat. Seorang da'i hendaknya mampu menerapkan perintah Allah dalam surat al-Ahzab ayat 70 yang berbunyi ;
ياأيها الذين أمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا
" hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar."

Qaulan syadidan dalam ayat tersebut mempunyai arti kata yang lurus, tidak berbelit-belit, keluar dari hati yang suci bersih dan diungkapkan dengan cara demikian rupa sehingga tepat sasaran. Selain qaulan syadidan seorang da'I juga diperintahkan untuk menyampaikan dakwah dengan Qaulan Layyinan yakni kata yang berkesinambungan dan dapat mengetuk otak dan hati mad'u. Teknik-teknik diatas kemudian ditutup dengan melakukan perpisahan dan mengakhiri perdebatan yang justru merangsang untuk melanjutkan mujadalah pada waktu lain sebab, dalam dakwah suatu saat akan menghadapi konfrontasi pemikiran yang bertolak belakang dengan mitranya.
b.      Metode mau’izah khasanah menurut Ibnu Syayyidiqi adalah memberi ingat kepada orang lain dengan pahala dan siksa yang dapat menaklukkan hati. Menurut bahasa Mauidlotul Hasanah berasal dari dua kata yakni; Mauidlo yang berarti nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan, Hasanah adalah kebalikan sayyi'ah yang berarti kebaikan. Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi mauidlo hasanah adalah (perkataan-perkataan) yang tidak tersembuyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan Al-Qur'an. Menurut abd. Hamid al-Bilali mauidlo hasanah merupakan salah satu metode dakwah untuk mengajak ke jala Allah dengan memberikan nasihat atau bimbingan dengan lembut agar mereka berbuat baik.
Adapun penerapan metode ini adalah dengan memberikan nasihat atau petuah (biasanya dilakukan oleh orang yang levelnya tinggi kepada yang lebih rendah seperti orang tua terhadap anaknya); study bimbingan, Study pengajaran (pendidikan), Study Penyuluhan, Study psikoterapy; memberikan stimulus melalui kisah-kisah, kabar gembira dan peringatan (al-Basyir dan an Nadzir), serta wasiat (pesan-pesan positif)
c.       Metode mujadalah dengan sebaik – baiknya berdakwah. Menurut Imam Ghazali dalam kitabnya Ikhy Ulumuddin menegaskan agar orang – orang yang melakukan tukar fikiran itu tidak beranggapan bahwa yang satu sebagai lawan bagi yang lainnya, tetapi mereka harus menganggap bahwa para peserta mujadalah atau diskusi itu sebagai kawan yang saling tolong – menolong dalam mencapai kebenaran. Menurut bahasa Mujadalah berasak dari kata Jadala yang ermakna memintal, melilit. Jika ditambah alif pada jim yang mengikuti wazan faala maka mempunyai arti berdebat. Dan mujadalah berarti perebatan. Menurut istilah mujadalah adalah upaya bertukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantar keduanya. Metode ini juga bisa dilakukan dengan system as'ilah wa ajwibah.
Adapun operasionalisasi dari ketiga metode tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
a)      Dakwah bi al-kitabah yaitu berupa buku, majalah, surat, surat kabar, spanduk, pamplet, lukisan-lukisan dan sebagainya, berdakwah lewat tulisan ini terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain; memelihara kepekaan (hatinya tersayat dan perasaanya tidak terima saat ada sesuatu yang menyimpang; menumbuhkan disiplin; menjaga stamina. Pengertian menjaga stamina diatas adalah dengan terus mengasah ide dengan membiasakan diri mengumpulkan suplemen otak sebanyak-banyaknya sebab seperti layaknya stamina tubuh, stamina otakpun perlu dijaga agar sumber ide tersebut tak akan pernah kering.
 b)Dakwah bi al-lisan, meliputi ceramah, seminar, symposium, diskusi, khutbah, saresehan, brain storming, obrolan, dan sebagainya
 c) Dakwah bi al-hal, yaitu berupa prilaku yang sopan sesuai ajaran Islam, memelihara lingkungan, dan lain sebagainya (Wardi Bachtiar, 1997: 34). Dakwah bil Lisan al haal mempunyai arti menyeru, mengajak dengan perbuatan nyata. Pengertian ini sejalan dengan sebuah ungkapan hikmah " Lisan al-haal abyanu min Lisan al- maqaal " yang artinya kenyataan itu lebih menjelaskan dari ucapan.
Aplikasi dakwah al-Lisan al-Haal telah dicontohkan pada masa Rosulullah, salah satunya adalah adanya perjanjian Hudaibiyah. Sedangkan aplikasi dakwah bi al Lisan al Haal pada masa kini yakni dengan merumuskan terlebih dahulu persoalan ummat Islam misalnya masalah keterbelakangan social ekonomi, keterbelakangan dalm bidang pendidikan, lemahnya etos kerja ummat islam, belum terealisasinya ukhuwah islamiyah dan isolasi diri Ummat islam terhadap pergaulan dunia. Setelah rumusan-rumusan itu ditemukan maka, lakukan tindakan selanjutnya dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang misalnya melakukan pengaturan (menejemen) dan pengembangan masyarakat Islam contoh; study manajemen dan organisasi masyarakat, study manajemen Bank dan Ekonomi Islam, study pengembangan komunitas muslim, pengembangan sumber daya lingkunaga dan lain-lain.
Demikianlah antara lain pendapat sebagaian Mufassirin tentang tiga prinsip metode tersebut. Selain metode tersebut Nabi Muhammad Saw bersabda:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ

 “Siapa di antara kamu melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah selemah-lemah iman.” [ H.R. Muslim].





Dari hadis tersebut terdapat tiga tahapan metode yaitu;
1. Metode dengan tangan [bilyadi], tangan di sini bisa difahami secara tektual ini terkait dengan bentuk kemunkaran yang dihadapi, tetapi juga tangan bisa difahami dengan kekuasaan atau power, dan metode dengan kekuasaan sangat efektif bila dilakukan oleh penguasa yang berjiwa dakwah.
2. Metode dakwah dengan lisan [bil-lisan], maksudnya dengan kata – kata yang lemah lembut, yang dapat difahami oleh mad’u, bukan dengan kata – kata yang keras dan menyakitkan hati.
3. Metode dakwah dengan hati [bil-qolb], yang dimaksud dengan metode dakwah dengan hati adalah dalam berdakwah hati tetap ikhlas, dan tetap mencintai mad’u dengan tulus, apabila suatu saat mad’u atau objek dakwah menolak pesan dakwah yang disampaikan, mencemooh, mengejek bahkan mungkin memusuhi dan membenci da’i atau muballigh, maka hati da’i tetap sabar, tidak boleh membalas dengan kebencian, tetapi sebaliknya tetap mencintai objek, dan dengan ikhlas hati da’i hendaknya mendo’akan objek supaya mendapatkan hidayah dari Allah SWT.
Selain dari metode tersebut, metode bil uswatun hasanah, yaitu dengan memberi contoh prilaku yang baik dalam segala hal. Keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW. Hanya ditentukan oleh akhlaq belia yang sangat mulia yang dibuktikan dalam realitas kehidupan sehari – hari oleh masyarakat. Seorang muballigh harus menjadi teladan yang baik dalam kehidupan sehar – hari.
Menjadi uswatun hasanah menurut bahasa berasal dari kata uswah yang berarti orang yang ditiru dan hasanah yang berarti baik jadi, uswatun Hasanah adalah contoh yang baik, kebaikan yang ditiru, contoh identifikasi, suri tauladan atau keteladanan.
Aplikasi Metode Dakwah Era informasi
Ketiga metode dakwah tersebut diaplikasikan dalam berbagai pendekatan, diantarnya yaitu:
a.    Pendekatan Personal; Pendekatan dengan cara ini terjadi dengan cara individual. Antara da’i dan mad’ulangsung bertatap muka sehingga materi yang disampaikan langsung diterima.
b.    Pendekatan Pendidikan; Pada masa Nabi, dakwah lewat pendidikan dilakukan beriringan dengan masuknya Islam kepada kalangan sahabat. Begitu juga pada masa sekarang ini,kita dapat melihat pendekatan pendidikan teraplikasi dalam lembaga – lembaga pendidikan pesantren, yayasan yang bercorak Islam ataupun perguruan tinggi yang didalamnya terdapat materi-materi keislaman.
c.    Pendekatan Diskusi; Pendekatan diskusi pada era sekarang sering dilakukan lewatberbagai diskusi keagamaan, da’i berperan sebagai nara sumber sedang mad’u berperan sebagai undience.
d.    Pendekatan Penawaran; Cara ini dilakukan Nabi dengan memakai metode yang tepat tanpa paksaan sehingga mad’u ketika meresponinya tidak dalam keadaan tertekan bahkan ia melakukannya dengan niat yang timbul dari hati yang paling dalam.
e.    Pendekatan Misi; Maksud dari pendekatan ini adalah pengiriman para da’i ke daerah – daerah di luar tempat domisisli.
Secara lebih khusus dunia telekomunikasi di era informasi ini sedang dirancang sebuah protokol / standar telekomunikasi baru yang disebut LTE (Long Term Evolution) dimana jalur data komunikasi semakin cepat, lebih luas cakupannya, lebih besar kapasitasnya dan lebih reliable. Dengan teknologi LTE ini maka semakin mendukung terciptanya sebuah dunia tanpa batas, di mana orang yang berbeda negara dapat saling terhubung menggunakan internet dan bisa berkomunikasi secara audio visual tanpa ada halangan dan gangguan yang begitu berarti.
Mengetahui hal ini semua, umat Islam sudah seharusnya memperbaharui tema-tema dakwahnya sekaligus cara berdakwahnya. Metode-metode klasik dalam berdakwah memang tidak perlu kita hilangkan namun alangkah baiknya dikembangkan. Disaat umat lain telah berupaya menyebarkan ajaran dan pandangannya menggunakan iklan-iklan di televisi, di komunitas maya menggunakan email, mailing list, forum diskusi, internet messenger, sampai yang ter-update saat ini (Facebook), apakah kita akan diam saja dan hanya menjadi pengagum dan penonton mereka?
Dakwah dalam Islam berarti mengajak seseorang atau kelompok dari tidak tahu Islam menjadi tahu, dari yang anti Islam menjadi pendukung Islam, dari yang bukan muslim menjadi seorang muslim. Dan cara kita berdakwah juga telah diajarkan yaitu menggunakan hikmah dan kata-kata yang baik, sedangkan tekniknya kita sesuaikan. Dengan mengambil konsep dakwah yang telah digariskan Rasulullah sekaligus nilai-nilai positif dari perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi maka dari sinilah tercetus kata-kata e-dakwah.
E-dakwah memiliki konsep dan hubungan yang tidak jauh dengan kata-kata e-mail, e-learning, e-government, e-commerce dan sejenisnya. Kalau email adalah metoda simpan dan teruskan dari pembuatan, pengiriman, penerimaan dan penyimpanan pesan menggunakan sistem komunikasi elektronik jaringan atau internet (wikipedia). E-government adalah penggunakan teknologi internet sebagai sebuah landasan dalam pertukaran data, penyediaan layanan dan transaksi kepada warga negara, pebisnis atau tangan pemerintah yang lain (wikipedia). Dan hampir e-e yang lainnya pun tidak beda jauh, yaitu mereka menggunakan media internet sebagai infrastrukturnya. E disini bisa berarti melibatkan cara, range / jarak / geografical position, sebuah system atau proses dan infrastruktur. Maka e-dakwah pun kurang lebih adalah proses pengajaran, pembelajaran, penyampaian sesuatu informasi / pesan berkaitan dengan dunia Islam dengan harapan orang yang diberikan informasi tersebut menjadi tertarik bahkan bisa bergabung kedalam barisan kaum muslimin. Oleh karena itu informasi yang akan disampaikan dalam e-dakwah ini harus bersifat valid, terpercaya, bukan sebuah fitnah, bersifat konstruktif, membuka dan memperdalam wawasan, terbuka untuk didiskusikan dan tidak mengandung unsur-unsur lain yang dapat merusak makna dakwah itu sendiri.
E-dakwah ini sendiri akan terus berkembang seiring dengan perkembangan ilmu, teknologi dan pengetahuan manusia, seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan dakwah Islam kepada manusia, seiring dengan pertumbuhan manusia itu yang semakin meningkat, seiring dengan pertumbuhan Islam itu sendiri. Dan tergantung sejauh mana generasi penerus dapat memanfaatkannya secara optimal sesuai dengan kebutuhan
DAFTAR REFERENSI

Anas, Ahmad. Paradigma Dakwah Kontemporer, WaliSongo Press IAIN Walisongo,Semarang, 2006

Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Effendy, Onong Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Cet. II; Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000.

Madjid, Abd., Tantangan dan Harapan Umat Islam di Era Globalisasi, Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2000.

Muriah , Siti. Metodologi Dakwah Kontemporer, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2000, Cet.I Yayasan Penyelenggaraan Penerjemah/Penafsir al-Qur‟an, al-Qur’an dan Terjemahannya,Lembaga Percetakan Raja Fahd, tt .


No comments:

Post a Comment

d'SwEEt piNk